Home / Romansa / Hasrat dan Dendam Mafia Kejam / Bersiaplah Menyambut Keganasanku!

Share

Bersiaplah Menyambut Keganasanku!

Author: Aksara_Lizza
last update Last Updated: 2025-02-17 23:46:15

Emily menganggukkan kepalanya dengan pelan. Hawa dingin yang menyelimuti ruangan membuatnya semakin sulit untuk bernapas dengan tenang.

"Ya. Aku ingin tahu. Tapi, jika kau keberatan untuk memberitahuku, maka jangan diberitahu," ucapnya dengan suara yang nyaris bergetar.

Felix tersenyum miring, ekspresinya bak seekor serigala yang tengah menikmati ketakutan mangsanya. Tatapannya tajam, menelanjangi kegelisahan yang berusaha disembunyikan oleh Emily.

"Jadi, kau ingin tahu atau tidak, hm?" suaranya terdengar tenang, tetapi ada nada permainan dalam ucapannya—seolah ia sedang menggoda Emily, namun dengan cara yang justru menambah ketegangan di udara.

Emily menggigit bibirnya, jari-jarinya mengepal di atas meja. Ia tidak tahu harus menjawab apa.

Rasa penasaran dan ketakutan bertarung dalam pikirannya, sementara pria di hadapannya terus menunggu dengan sabar, menikmati setiap detik kebingungan yang ia alami.

"Lihat aku, Emily!"

Nada suara Felix tiba-tiba berubah dingin, menusuk hingga ke tul
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Sangkar Emas Menjerat Emily

    Setelah berjam-jam perjalanan panjang yang melelahkan, akhirnya mereka tiba di Yunani.Langit malam yang jernih bertabur bintang menyambut kedatangan mereka, sementara cahaya lampu kota berpadu dengan lautan luas, menciptakan pemandangan yang nyaris seperti lukisan.Emily membelalakkan mata, terpesona oleh keindahan yang terbentang di hadapannya. Angin malam berembus lembut, membawa aroma laut yang menyegarkan ke dalam paru-parunya."Wow!" gumamnya, nyaris tanpa suara, matanya terus mengamati pemandangan yang seolah tidak nyata."Aku tidak menyangka akan pergi ke negara seindah ini," lanjutnya lirih, suaranya mengandung decak kagum yang tulus.Namun, kekagumannya terhenti seketika ketika tiba-tiba lengan kekar Felix melingkar di pinggangnya. Emily tersentak, tubuhnya menegang karena sentuhan yang datang begitu tiba-tiba.Ia menoleh, mendapati wajah Felix begitu dekat dengannya. Pria itu menatapnya dengan mata tajam, dingin, dan penuh arti."Kau menyukai tempat ini, hm?" suara beratnya

    Last Updated : 2025-02-18
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Jangan Berpikir akan Memberikannya!

    "Bangunlah, Emily."Suara Felix menyerupai desau angin senja yang menggelitik dedaunan, berat namun membelai dengan kelembutan yang nyaris menghipnotis.Emily membuka matanya perlahan, pupilnya yang masih dibalut kantuk bergetar saat menatap wajah pria yang kini berada begitu dekat.Tangan kekar itu bergerak seperti gelombang pasang yang menyentuh pantai, merayap di dada Emily dengan sentuhan yang membuat pori-porinya terbuka, menyambut sensasi yang menggigilkan. Emily menggeliat, tubuhnya seolah kelopak mawar yang terbuka saat embun pagi mencium permukaannya."Felix, tanganmu …."Namun, ucapannya terputus begitu saja. Bibir Felix sudah lebih dulu menempel di miliknya, mencuri kata-kata yang hendak meluncur dari bibir lembutnya. Ciuman itu bukan sekadar pertemuan dua insan, melainkan badai yang menyapu, ganas, membakar setiap nadi yang berdenyut di bawah kulit.Felix menyibakkan mini dress yang dikenakan Emily dengan mudah, seolah kain itu tak lebih dari kelopak bunga yang gugur ter

    Last Updated : 2025-02-19
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Tak Bisa Berhenti, Mungkin Sampai Pagi

    “Jadi… pernikahan ini hanya untuk menuntaskan hasratmu saja?”Suara Emily terdengar parau saat ia akhirnya mengucapkan pertanyaan itu. Di dalam dadanya, ada sesuatu yang bergejolak—rasa sakit yang tak berwujud, seperti belati yang menembus perlahan, mengirisnya dari dalam. Namun, ia tetap menatap Felix, menunggu jawaban yang sepertinya sudah ia ketahui.Felix tidak terburu-buru menjawab. Ia membiarkan keheningan menggantung sejenak, membiarkan Emily merasakan betapa dingin dan mutlaknya kenyataan ini. Lalu, dengan santai, ia menganggukkan kepalanya. “Ya.”Hanya satu kata.Satu kata yang cukup untuk meruntuhkan semua harapan yang mungkin pernah tersisa dalam diri Emily.Namun, Felix belum selesai. Matanya menyipit sedikit, nada suaranya berubah tajam seperti bilah pisau yang menggores kulit. “Tapi, jangan coba-coba mencari pria lain di luar sana. Ingat, Emily. Kau adalah istriku. Kau sudah menikah.”Kalimat itu bukan peringatan biasa. Itu adalah ancaman terselubung yang berlapis kepe

    Last Updated : 2025-02-20
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Bukan Sekadar Bulan Madu

    Cahaya matahari pagi merayap masuk melalui celah tirai sutra yang masih sedikit terbuka, membiaskan rona keemasan di dalam kamar yang luas. Emily menggeliat pelan, kelopak matanya terasa berat saat ia membuka mata, membiarkan kesadaran perlahan kembali padanya. Namun, begitu tubuhnya mulai bergerak, rasa nyeri menjalar ke seluruh persendiannya, membuatnya mengerang pelan.Seakan tubuhnya telah berperang melawan badai semalaman.Setiap otot terasa kaku, setiap inci kulitnya mengingatkan pada betapa ganasnya Felix menyentuhnya semalam. Sebuah tanda kepemilikan yang tak terlihat, namun begitu nyata terasa di setiap denyut tubuhnya.Ia menoleh ke sisi ranjang, mencari sosok yang semalam begitu rakus menelannya dalam pusaran gairah. Namun, kasur di sebelahnya sudah dingin—Felix telah pergi."Ke mana dia?" gumamnya, suara seraknya terdengar samar di dalam keheningan kamar.Emily melirik jam di nakas—baru pukul tujuh pagi."Astaga… dia sudah pergi sepagi ini?" Keluhan itu meluncur begitu s

    Last Updated : 2025-02-20
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Felix yang Posesif

    "Jangan terlalu dipikirkan, Emily. Felix akan kembali saat urusannya selesai,” ucap Shopia seraya menatap wajah Emily yang tampaknya sedang melamun.Emily tersenyum tipis, rasa malunya jelas terlihat di wajahnya. "Maaf, aku hanya... aku belum mengenal Felix dengan baik. Dia selalu pergi dan tidak memberitahuku, Shopia.”Shopia mengangguk pelan. "Ya, aku mengerti. Kalian baru menikah beberapa hari dan sebelumnya tidak pernah dekat. Suamimu itu sangat sibuk dan misterius. Jadi, jangan heran.”Emily menatapnya dengan ekspresi terkejut. "Jadi, kau tahu kalau aku dan Felix menikah karena terpaksa? Aku hanya pengantin pengganti kakak tiriku?"Shopia terkekeh melihat ekspresi Emily yang polos. "Tentu saja aku tahu. Tapi bukan berarti itu buruk, bukan? Felix akan memberikan apa pun yang kau inginkan, Emily. Percayalah.”Emily terdiam, hatinya terasa sedikit berat. Sebelum ia bisa berkata lebih jauh, Shopia tersenyum dan menggandeng tangannya."Daripada menghabiskan waktu dengan murung, bagaim

    Last Updated : 2025-02-21
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Mandi Bersama Denganku!

    Langit malam yang mendung seakan menjadi saksi bisu atas pertempuran yang sedang berlangsung di markas Marko.Suara tembakan menggema di antara gedung-gedung tua, bercampur dengan teriakan dan suara tubuh yang roboh akibat perkelahian brutal.Asap hitam mulai mengepul dari beberapa titik, tanda bahwa pertempuran ini tidak akan berakhir dengan cepat.Felix berdiri di ambang pintu masuk markas, matanya tajam menelusuri setiap sudut area pertempuran. Dia seharusnya mendengarkan Pram dan kembali ke vila untuk menemui Emily. Namun, dia tidak bisa tinggal diam.Ini adalah kesempatan besar untuk menghancurkan Marko. Tapi ada satu masalah besar: Marko tidak ada di sini.Felix mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras menahan kemarahan. Dia melihat anak buahnya bertempur mati-matian, tetapi tanpa target utama di sini, semua ini terasa sia-sia.Pram, yang akhirnya menyusul Felix, mendekatinya dengan napas tersengal. "Felix, kita harus pergi dari sini! Ini berbahaya. Tanpa Marko di sini, pertemp

    Last Updated : 2025-02-22
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Pekerjaan yang Berisiko

    "Kemarilah, Sayang. Apa kau tidak merindukanku?" ucap Felix dengan nada lembut, meski tetap terasa ada sesuatu yang mendominasi dalam suaranya.Emily menggigit bibirnya pelan. Rindu? Kenapa ia harus merindukan pria yang mengikatnya dalam ikatan yang tak sepenuhnya ia inginkan? Tatapan matanya kosong, tapi ia tahu, tidak ada pilihan lain selain menurut."Emily." Suara Felix kini berubah lebih datar, lebih tegas. "Apa kau ingin menjadi istri pembangkang? Kenapa masih berdiri di sana? Cepat masuk!"Gemetar, Emily menelan ludahnya. Perintah itu bukan sesuatu yang bisa ditolak. Ia tahu bagaimana temperamen Felix jika ia berani membangkang.Dengan tangan sedikit bergetar, ia perlahan melepas kain yang membungkus tubuhnya, membiarkan kulitnya yang pucat terekspos oleh udara hangat. Sekilas ia menangkap seringai tipis di wajah Felix. Ada kepuasan tersirat di sana."Good," gumam Felix dengan nada puas. "Kau memang istri yang baik. Tidak salah aku mengambilmu setelah wanita gila itu meninggalka

    Last Updated : 2025-02-23
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Bukan itu yang Dia Inginkan

    “Ke—kenapa kau mengambil pekerjaan yang sudah kau ketahui bahwa itu sangat berisiko?” tanya Emily lagi sembari menatap wajah Felix.Suaranya terdengar ragu, namun ada keteguhan dalam sorot matanya. Ia ingin tahu jawabannya, meski di lubuk hati, ia takut akan apa yang akan didengarnya.Felix, pria yang duduk di hadapannya dengan sikap santai, hanya menatapnya balik dengan senyum tipis yang mengandung misteri.Cahaya lampu gantung di dalam kamar mandi itu membentuk bayangan samar di wajahnya yang tegas.Tangannya dengan ringan memainkan batang gelas wine yang hampir kosong, sementara matanya menyorotkan tatapan yang sulit diartikan.“Karena aku… haus kekuasaan,” jawabnya tenang, seolah itu adalah hal yang wajar. “Dan hanya pekerjaan ini yang dapat memberiku kekuasaan. Menggerakkan orang-orang lemah sepertimu adalah kesenanganku.”Emily menelan salivanya dengan pelan. Perkataannya terasa seperti belati yang menusuk ke dalam dirinya.Ia sadar, mungkin selama ini dirinya hanyalah alat, sek

    Last Updated : 2025-02-24

Latest chapter

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Selalu Membahas Tentang Marsha

    Keesokan harinya, setelah kepastian kehamilan Emily diumumkan oleh dokter, suasana di rumah menjadi berbeda.Felix berubah menjadi sosok yang sangat protektif, namun tetap dengan cara yang khas dirinya—tegas, dingin, dan penuh aturan.Di dalam kamar mereka yang luas dan elegan, Emily sedang duduk bersandar di sandaran tempat tidur dengan bantal-bantal empuk menopangnya.Felix berdiri di hadapannya, tangan disilangkan di dada, matanya menatap tajam seolah sedang menyusun strategi perang.“Kau harus makan makanan bergizi, minum vitamin secara rutin, dan jangan lupa susu ibu hamil setiap pagi dan malam,” ucapnya tegas.“Istirahat cukup. Tidak boleh tidur larut. Dan yang paling penting, kau dilarang melakukan pekerjaan berat. Selama kau hamil, kau hanya perlu menjalankan tugasmu sebagai ibu hamil.”Emily menghela napas berat. Suara Felix yang seperti perintah militer itu membuatnya lelah, meskipun niatnya jelas karena perhatian. Ia tahu, tak ada ruang untuk perdebatan jika pria itu sudah

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Kabar Mengejutkan

    Malam itu, suasana ruang makan dipenuhi aroma masakan hangat dan cahaya lampu gantung yang temaram. Felix dan Emily duduk berhadapan di meja makan, namun suasana di antara mereka terasa kaku.Di depan mereka, hidangan favorit Emily tersaji rapi, namun wanita itu hanya memandangi makanannya tanpa benar-benar berniat menyentuhnya.Felix melirik istrinya. Dia menyadari bahwa sejak mereka duduk, Emily belum banyak bicara.“Sudah. Makan saja,” katanya, suaranya tenang namun tegas. “Jangan memikirkan hal yang tidak perlu kau pikirkan.”Emily mengangkat wajahnya perlahan. Matanya menatap dalam ke arah suaminya, lalu dengan suara lirih ia berkata, “Maaf…”Felix tak membalas. Ia hanya menunduk, kembali menyendok makanannya dengan wajah datar. Tak ada senyum. Tak ada kata-kata penghiburan.Emily masih menatapnya. Hatinya terasa sesak.Padahal… saat dia baru sadar dari pingsannya siang tadi, Felix begitu perhatian. Tatapannya lembut, suaranya hangat, bahkan menggenggam tangannya tanpa ragu.Tapi

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Tidak Perlu Tahu

    “Ibumu sudah pulang?” suara Felix pelan, tapi jelas, saat ia menghampiri Emily yang sedang berdiri diam di depan jendela kamar mereka.Cahaya senja menyorot separuh wajah perempuan itu, membuat bayangannya tampak rapuh.Emily menoleh pelan, dan mengangguk. “Ya. Sudah sejak dua jam yang lalu. Terima kasih, sudah memberi Mama tumpangan, Felix.” Senyumnya lembut, namun di baliknya tampak sisa-sisa kelelahan yang belum sepenuhnya reda.Felix memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana hitamnya. Langkahnya tenang, tapi matanya tak bisa menyembunyikan kegelisahan yang ia simpan sejak siang tadi.Ia berdiri di sisi Emily, menyamakan tinggi pandangan mereka ke luar jendela, seakan mencoba membaca isi hati sang istri melalui pantulan kaca.“Apa saja yang dikatakan oleh Mark padamu?” tanyanya, suaranya rendah namun penuh ketegangan.Emily terdiam. Hening menggantung cukup lama hingga bunyi detak jarum jam terdengar seperti dentuman. Ia akhirnya menghela napas, berat.“Dia… dia menginginkank

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Sudah tidak Mengharapkannya

    “Untuk yang pertama dan terakhir kalinya?” tanya Emily dengan suara pelan namun penuh dorongan rasa ingin tahu yang tak bisa ia bendung lagi.Hatinya bergolak, seolah jawaban itu akan menentukan bagaimana ia memandang seluruh masa lalunya bersama Felix.Mala mengangguk pelan. “Aku rasa begitu. Karena setelah itu, Marsha pergi. Tidak kembali dan menggunakan uang yang diberikan Felix untuk kabur. Dan Felix tidak tahu ke mana perginya Marsha.”Emily menatap ibunya lekat-lekat, mencoba membaca tiap gestur yang mungkin menyimpan sesuatu yang belum diucapkan.Ia bisa melihat dari sorot mata ibunya—betapa getir dan rumitnya masa lalu yang kini perlahan terbongkar di hadapannya.Bayangan akan hari pernikahan yang batal, akan gadis yang seharusnya menggantikan dirinya berdiri di altar, kini terasa lebih menyakitkan.Di saat pernikahan sudah di depan mata, Marsha memilih pergi begitu saja… meninggalkan kekacauan yang pada akhirnya harus ia tanggung sendiri.“Aku ingin tahu… apakah Felix sempat

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Penjelasan Mala

    "Ya. Dia tahu dariku," ucap Mala dengan nada pelan, seolah kata-kata itu membawa kembali kenangan pahit yang selama ini ia simpan sendiri."Dia sempat menanyakan kenapa ayahmu meninggal. Lalu, aku memberitahunya semuanya."Emily terdiam. Bibirnya mengatup, sementara pikirannya melayang pada percakapan terdahulu bersama Felix.Perlahan, ia menghela napas panjang—sebuah napas yang terdengar berat, seperti membawa seluruh beban hatinya."Pantas saja dia bertanya padaku tentang hal yang membuatku bingung saat mendengarnya," ucap Emily, suaranya pelan, nyaris seperti gumaman.Mala menoleh cepat, rasa penasaran tergambar jelas di wajahnya yang penuh kekhawatiran. "Apa yang dia tanyakan padamu, Nak?"Emily menatap ibunya. Ada luka yang tampak samar di balik matanya—bukan luka fisik, melainkan luka yang tak terlihat, namun terasa begitu menyakitkan."Apakah aku akan berpaling dari Felix jika ada orang yang mencintaiku," jawabnya akhirnya.Pertanyaan itu kembali terngiang di benaknya. Waktu it

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Kedatangan Mala ke Rumah Felix

    "Aku harus pergi," ucap Felix dengan suara pelan, hampir seperti bisikan, setelah dengan lembut menyuapi Emily hingga suapan terakhir.Tangannya menggenggam sendok, namun tatapannya seolah ingin menahan waktu agar tak berjalan."Pergi? Kau mau pergi ke mana, Felix?" tanya Emily dengan nada pelan, namun jelas terdengar ada kegelisahan dalam suaranya.Matanya menatap Felix dengan dalam, seolah ingin menembus lapisan-lapisan misteri yang selama ini menyelubungi pria itu."Ada yang harus aku selesaikan. Selama dua hari ini aku tidak pergi ke mana-mana karena menunggumu siuman. Aku juga ingin terus menemanimu. Tapi... aku harus pergi dulu," jawab Felix dengan nada datarnya.Emily terdiam. Matanya menunduk, menyembunyikan kekecewaan kecil yang datang begitu saja. Ia tahu, Felix punya tanggung jawab besar. Tapi mengapa hatinya merasa kosong saat mendengar kepergian itu?"Aku tidak akan lama. Hanya memantau situasi saja. Ada pengiriman barang ke New York dan aku harus memeriksanya," lanjut Fe

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Perhatian Manis Felix

    Sayup-sayup, kelopak mata Emily bergerak, perlahan seperti tirai yang tersibak angin pagi.Dunia tampak buram di hadapannya, seakan realitas masih berselimut kabut dan waktu belum benar-benar mengizinkannya terjaga.Kepalanya berat, seolah menyimpan seluruh beban dari mimpi buruk yang belum selesai.“Sst… di mana ini? Aku di mana?” gumamnya lemah, suaranya rapuh seperti bisikan dedaunan yang digoyang angin.Tangan mungilnya meraba pelipis, mencoba menangkap kembali rasa sadar yang menguap entah ke mana.Ia menyandarkan tubuhnya perlahan, lalu mengedarkan pandang, menatap ruangan yang belum sepenuhnya dikenalnya.“Emily?” suara itu memecah keheningan, lembut namun menggetarkan.Felix, duduk tak jauh darinya, menatap dengan mata yang penuh kelegaan dan kecemasan yang belum sempat pergi. “Akhirnya kau siuman juga.”Mata Emily membulat. Seakan baru sadar, ia melesat maju dan mendekap tubuh Felix seerat mungkin.Pelukannya adalah pelarian, tempat ia menumpahkan semua ketakutan yang membatu

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Akhirnya Ditemukan

    “Emily!” Suara Felix menerobos kesunyian yang membeku, menembus kabut pekat ketakutan yang menyelimuti ruang sempit itu.Di sudut ruangan, cahaya redup mengguratkan bayangan pada wajah yang nyaris kehilangan hidup—Emily, dengan luka memar menghiasi pipinya bak tanda luka dari malam yang bengis.Samar-samar, kelopak matanya yang berat terbuka, menatap Felix seakan menatap mimpi yang gentayangan.Ia tidak tahu, tidak sadar, bahwa yang kini berlutut di hadapannya adalah pria yang dulu pernah ia panggil “rumah.”“Tolong aku,” bisiknya. Suaranya serupa daun kering yang diterbangkan angin musim gugur—nyaris tak terdengar, namun menyayat.“Aku di sini. Aku akan membawamu pulang.” Dengan segenap kerinduan dan kegentingan yang menyatu, Felix mengangkat tubuh Emily yang begitu ringkih, seakan tulangnya terbuat dari kaca dan jiwanya hampir tercerabut dari raganya.Ia menggigil. Dingin menggigit tulang, namun demam membakar dagingnya. Peluh bercampur air mata mengalir di pelipisnya, sementara tub

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Menyerang Markas Mark

    DUAR!!!Ledakan itu memecah keheningan seperti dentum gendang neraka yang dibunyikan di ujung dunia.Langit malam seketika menyala merah darah, memantulkan kobaran api yang melahap markas besar milik Mark yang berdiri tak jauh dari pelabuhan tua—sebuah tempat terlupakan yang kini menjadi saksi kehancuran.Asap pekat membumbung tinggi, menari liar di angin laut yang asin dan lembap, seakan roh-roh para pengkhianat menjerit dari dalam kobaran.“Bos! Markas kita dibom!” teriak salah satu anak buah Mark lewat sambungan telepon, suaranya tercekat oleh ketakutan.Mark yang duduk di dalam ruang gelap langsung berdiri, tubuhnya gemetar menahan gelombang kemarahan yang membuncah seperti air bah.“Argh! Sialan! Kenapa bisa terjadi?! Apa yang kalian lakukan di sana sampai tidak mengetahui semuanya, hah?!” teriaknya, suaranya menggelegar seperti badai yang menabrak tebing.Dengan tangan bergetar, ia membuka monitor pengawas. Gambar yang terpampang di layar membuat darahnya mendidih. Api. Asap. Re

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status