Home / Romansa / Hasrat dan Dendam Mafia Kejam / Mandi Bersama Denganku!

Share

Mandi Bersama Denganku!

Author: Aksara_Lizza
last update Last Updated: 2025-02-22 22:38:41

Langit malam yang mendung seakan menjadi saksi bisu atas pertempuran yang sedang berlangsung di markas Marko.

Suara tembakan menggema di antara gedung-gedung tua, bercampur dengan teriakan dan suara tubuh yang roboh akibat perkelahian brutal.

Asap hitam mulai mengepul dari beberapa titik, tanda bahwa pertempuran ini tidak akan berakhir dengan cepat.

Felix berdiri di ambang pintu masuk markas, matanya tajam menelusuri setiap sudut area pertempuran. Dia seharusnya mendengarkan Pram dan kembali ke vila untuk menemui Emily. Namun, dia tidak bisa tinggal diam.

Ini adalah kesempatan besar untuk menghancurkan Marko. Tapi ada satu masalah besar: Marko tidak ada di sini.

Felix mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras menahan kemarahan. Dia melihat anak buahnya bertempur mati-matian, tetapi tanpa target utama di sini, semua ini terasa sia-sia.

Pram, yang akhirnya menyusul Felix, mendekatinya dengan napas tersengal. "Felix, kita harus pergi dari sini! Ini berbahaya. Tanpa Marko di sini, pertemp
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Pekerjaan yang Berisiko

    "Kemarilah, Sayang. Apa kau tidak merindukanku?" ucap Felix dengan nada lembut, meski tetap terasa ada sesuatu yang mendominasi dalam suaranya.Emily menggigit bibirnya pelan. Rindu? Kenapa ia harus merindukan pria yang mengikatnya dalam ikatan yang tak sepenuhnya ia inginkan? Tatapan matanya kosong, tapi ia tahu, tidak ada pilihan lain selain menurut."Emily." Suara Felix kini berubah lebih datar, lebih tegas. "Apa kau ingin menjadi istri pembangkang? Kenapa masih berdiri di sana? Cepat masuk!"Gemetar, Emily menelan ludahnya. Perintah itu bukan sesuatu yang bisa ditolak. Ia tahu bagaimana temperamen Felix jika ia berani membangkang.Dengan tangan sedikit bergetar, ia perlahan melepas kain yang membungkus tubuhnya, membiarkan kulitnya yang pucat terekspos oleh udara hangat. Sekilas ia menangkap seringai tipis di wajah Felix. Ada kepuasan tersirat di sana."Good," gumam Felix dengan nada puas. "Kau memang istri yang baik. Tidak salah aku mengambilmu setelah wanita gila itu meninggalka

    Last Updated : 2025-02-23
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Bukan itu yang Dia Inginkan

    “Ke—kenapa kau mengambil pekerjaan yang sudah kau ketahui bahwa itu sangat berisiko?” tanya Emily lagi sembari menatap wajah Felix.Suaranya terdengar ragu, namun ada keteguhan dalam sorot matanya. Ia ingin tahu jawabannya, meski di lubuk hati, ia takut akan apa yang akan didengarnya.Felix, pria yang duduk di hadapannya dengan sikap santai, hanya menatapnya balik dengan senyum tipis yang mengandung misteri.Cahaya lampu gantung di dalam kamar mandi itu membentuk bayangan samar di wajahnya yang tegas.Tangannya dengan ringan memainkan batang gelas wine yang hampir kosong, sementara matanya menyorotkan tatapan yang sulit diartikan.“Karena aku… haus kekuasaan,” jawabnya tenang, seolah itu adalah hal yang wajar. “Dan hanya pekerjaan ini yang dapat memberiku kekuasaan. Menggerakkan orang-orang lemah sepertimu adalah kesenanganku.”Emily menelan salivanya dengan pelan. Perkataannya terasa seperti belati yang menusuk ke dalam dirinya.Ia sadar, mungkin selama ini dirinya hanyalah alat, sek

    Last Updated : 2025-02-24
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   More Than You Know

    “Kau akan terbiasa. Meski entah kapan itu akan terjadi. Kau boleh menikah lagi begitu aku mati."Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Felix, seakan nyawanya hanya perkara selembar kertas yang mudah diterbangkan angin.Emily yang tengah menatap langit malam dari balik jendela sontak menoleh. Matanya memancarkan ketidakpercayaan."Enteng sekali mulutmu bicara, Felix." Emily membuang muka, mencoba mengabaikan sesak yang tiba-tiba menyelimutinya.Ia tidak suka mendengar kata-kata seperti itu, terutama dari mulut suaminya sendiri.Felix, yang duduk santai di sofa dengan segelas anggur di tangan, hanya menyunggingkan senyum tipis.Cahaya lampu temaram di ruangan itu semakin menegaskan sorot matanya yang tajam, seakan mampu membaca isi hati wanita di hadapannya."Ada apa? Kau mulai menyukaiku? Tidak heran. Aku memang mempesona hingga membuatmu langsung jatuh cinta padaku."Emily menoleh cepat, menatapnya dengan tajam. Ada sesuatu di dalam dirinya yang enggan membenarkan, namun juga ta

    Last Updated : 2025-02-24
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Rindu yang Tersalurkan

    Mereka telah kembali ke Meksiko setelah tiga minggu lamanya berada di Yunani.Negeri para dewa itu telah menahan mereka dalam buaian cahaya keemasan, di antara angin laut yang berbisik syahdu dan reruntuhan yang menyimpan kenangan ribuan tahun.Namun, meski perjalanan itu menyerupai dongeng, sesungguhnya itu bukan sepenuhnya bulan madu. Felix lebih menghabiskan waktunya dengan bekerja di sana."Apa kau senang, kita kembali ke rumah?" tanya Felix dengan suara dalamnya.Ia menatap Emily yang berdiri di sampingnya, matanya menelusuri setiap lekuk ekspresi perempuan itu seolah mencari jawaban yang lebih dalam dari sekadar kata-kata.Emily menoleh pelan, bibirnya melengkung dalam senyum tipis yang nyaris tak terlihat."Ya. Aku sangat senang, karena bagaimanapun ini adalah tempat tinggalku yang sebenarnya," ucapnya, meski nada suaranya mengandung sesuatu yang tak terungkap.Felix menyunggingkan senyum tipis, tapi sorot matanya tetap tajam."Tapi, apa kau merasa bahagia ketika berada di Yuna

    Last Updated : 2025-02-26
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Pikiran Sempit Harland

    "Menyesal karena apa?"Mala menatap suaminya dengan pandangan tajam, ekspresi wajahnya dingin seperti malam tanpa bintang.Ada api yang menyala di matanya, bukan api kemarahan yang meledak-ledak, tetapi bara yang membakar perlahan, menghanguskan sisa-sisa kesabaran yang ia miliki.Tangannya tanpa sadar meremas jemari Emily, seolah ingin memastikan bahwa anaknya masih ada di sampingnya, masih utuh, masih bernapas.Harland, dengan rahang mengeras, hanya menatap balik tanpa gentar. Pria itu memang selalu begitu—tanpa rasa, tanpa nurani, hanya berpikir tentang kepentingannya sendiri."Emily tidak tahu di mana Marsha berada, dan jangan pernah mengancamnya!" suara Mala bergetar, namun bukan karena takut.Itu adalah getaran dari seorang ibu yang berdiri di antara anaknya dan bahaya, siap menghadapi apa pun yang datang.Harland mendengus, suara rendah itu menguar seperti desisan ular yang sedang bersiap menerkam mangsanya.Senyum tipis yang terukir di bibirnya bukanlah senyum kebahagiaan, mel

    Last Updated : 2025-02-26
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Terus Memikirkan Ucapan Harland

    "Waktu Anda sudah habis, Nona."Suara berat sang bodyguard memecah keheningan yang menggelayuti ruangan.Pria bertubuh tegap itu melangkah mendekat, menatap Emily dengan ekspresi datar yang tidak menyisakan celah untuk perlawanan.Emily menoleh pada ibunya, hatinya terasa berat. Begitu singkat waktu yang diberikan untuk bertemu, padahal ia masih ingin berlama-lama berada di sisi Mala.Masih banyak hal yang ingin ia katakan, masih banyak kehangatan yang ingin ia rasakan. Tapi, semuanya harus berakhir di sini.Ia menggenggam jemari ibunya erat, mencoba menghafalkan kelembutan dan kehangatan tangan yang telah membesarkannya. "Aku pamit pulang, Mama. Jaga diri baik-baik di sini. Aku menyayangimu."Mala tersenyum lembut, meskipun matanya berkaca-kaca. "Aku juga menyayangimu, Sayang. Hati-hati di sana.""Mari, Nona."Emily ingin sekali memeluk ibunya, menumpahkan segala kegelisahan dan ketakutan yang bersarang di dadanya, tetapi sebelum ia sempat melangkah lebih dekat, tangan kokoh bodyguar

    Last Updated : 2025-02-27
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Justru Ingin Membunuhnya

    Emily menarik napas panjang sebelum akhirnya membuka suara. Ada beban di dadanya yang terasa semakin berat, dan ia berharap dengan menceritakan ini kepada Davina, setidaknya hatinya bisa sedikit lebih tenang."Ini tentang ayah tiriku." Suaranya terdengar pelan, nyaris seperti bisikan. "Aku baru saja menemui ayah dan ibuku di rumah mereka. Tapi, ayah tiriku menyambutku dengan desakan agar aku mencari informasi tentang Marsha dari Felix."Davina, yang awalnya duduk dengan santai, kini menegakkan tubuhnya. Kedua alisnya bertaut, menunjukkan bahwa ia memahami betapa rumit situasi ini bagi Emily. Tatapannya tajam, mencoba menangkap setiap ekspresi yang muncul di wajah sahabatnya."Lalu, kau ingin melakukannya?" tanya Davina, nada suaranya berubah serius. "Bukankah kau tahu risiko apa yang kau dapatkan jika ikut campur urusan Felix?"Emily menundukkan kepalanya, menggigit bibir bawahnya dengan ragu. Matanya menatap kosong ke arah meja di depannya, pikirannya dipenuhi oleh ketakutan dan kebi

    Last Updated : 2025-02-28
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Bukan untuk Menikahinya, Melainkan ....

    Brak!Suara dentuman keras menggema di seluruh ruangan ketika pintu ruang kerja Harland terbuka dengan kasar, hampir saja terlepas dari engselnya.Pintu itu didorong menggunakan kaki dengan kekuatan yang cukup untuk membuat kaca kabinet di dalam ruangan bergetar.Harland yang tengah duduk di belakang meja kerjanya sontak tersentak kaget. Matanya melebar ketika melihat sosok pria bertubuh tegap dengan aura gelap yang menyeruak ke dalam ruangannya."Fe—Felix?" Harland menelan ludahnya, mencoba menguasai ekspresinya yang sempat tegang. Wajahnya segera dipoles dengan senyum basa-basi. "Selamat datang di kantorku. Tumben sekali datang tanpa memberitahuku?"Suaranya dibuat selembut mungkin, penuh hormat, seolah mereka berdua adalah rekan bisnis yang telah lama bersahabat. Padahal, jauh di lubuk hatinya, ia tahu, kedatangan Felix tidak membawa kabar baik.Di dalam ruangan, dua tamu yang tengah berbincang dengan Harland ikut terkejut dengan kemunculan mendadak pria itu.Felix sama sekali tida

    Last Updated : 2025-03-01

Latest chapter

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Memohon Bantuan Mark

    Asap rokok mengepul di udara, memenuhi ruangan dengan aroma tembakau yang menyengat.Di dalam markas yang remang-remang, Mark duduk santai di kursi kulit hitam, jemarinya dengan terampil memutar korek api yang belum lama ia gunakan untuk menyalakan rokoknya. Mata tajamnya menatap lurus ke depan, dingin dan tak terbaca.Langkah tergesa memasuki ruangan. Harland, pria paruh baya dengan wajah yang tampak lebih tua dari usianya, berdiri di hadapan Mark dengan raut penuh kegelisahan."Mark. Aku memohon bantuanmu." Suaranya terdengar serak, hampir seperti bisikan putus asa.Mark tidak langsung merespons. Ia menarik napas dalam, mengepulkan asap rokoknya ke udara, lalu mengalihkan pandangan malas ke arah pria yang berdiri di depannya."Ada apa, Harland?" tanyanya akhirnya, nada suaranya tetap dingin, seolah sama sekali tidak tertarik dengan masalah yang dibawa tamunya itu.Harland menelan ludahnya, kedua tangannya mengepal, menahan ketakutan dan ketegangan yang menghimpitnya."Anakku... anak

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Sudah Memilih Jalan ini

    Emily membeku. Jantungnya seakan berhenti berdetak sesaat.Felix mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, menatap istrinya lebih dalam. Suaranya terdengar lebih dingin ketika akhirnya ia bertanya:"Dan Marsha? Kau berpikir aku akan menikahinya setelah dia ditemukan?"Emily perlahan mengangkat kepalanya, menatap Felix dengan ragu. Dalam diam, ia mengangguk pelan."Ya. Karena Harland mengatakan itu padaku. Dia akan menemukan Marsha dan menikahkan dia denganmu."Felix terdiam sejenak, lalu terkekeh. Namun, tawa itu bukan tawa yang menyenangkan—suara itu terdengar dingin, nyaris menyeramkan. Ada sesuatu dalam sorot matanya yang berubah, sesuatu yang sulit ditebak."Kau percaya begitu saja pada apa yang dikatakan si tua bangka itu?" tanyanya, masih dengan nada mengejek.Emily mengangguk sekali lagi, kali ini lebih ragu-ragu. "Karena Harland mengatakan dengan sangat yakin bahwa kau akan menikahi Marsha begitu dia ditemukan. Dan pengantin sebenarnya adalah Marsha, bukan aku."Wajah Felix men

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Tidak Berniat memberi Kesempatan Kedua

    Pagi itu, sinar matahari mengintip malu-malu dari balik tirai jendela besar ruang makan. Cahaya keemasan menerobos masuk, menerangi meja panjang yang hanya ditempati oleh dua orang—Felix dan Emily.Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi. Udara masih terasa sejuk, aroma roti panggang dan kopi hitam memenuhi ruangan. Namun, tidak ada kehangatan dalam suasana pagi itu.Felix meletakkan sendoknya dan menyandarkan tubuhnya di kursi, menatap lekat ke arah Emily yang tampak tenggelam dalam pikirannya.Sudah sejak tadi istrinya hanya memainkan roti di piringnya tanpa benar-benar menyentuhnya. Tatapan matanya kosong, seolah pikirannya berada di tempat lain.Felix mengerutkan kening. Ia bukan pria yang gemar mencampuri pikiran orang lain, tapi ini berbeda. Emily adalah istrinya, dan sesuatu jelas mengganggunya pagi ini.Tak ingin terus bertanya-tanya, Felix akhirnya membuka suara."Emily?" panggilnya, suaranya terdengar dalam dan sedikit berat.Emily tersentak kecil, lamunannya buyar dalam sekej

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Sudah Menemukan Keberadaan Marsha?

    Waktu sudah menunjuk angka sepuluh malam. Di luar, langit gelap bertabur bintang dengan cahaya bulan yang menggantung tinggi, memancarkan sinarnya melalui jendela besar di kamar. Angin malam bertiup lembut, menggoyangkan tirai tipis yang menghiasi kaca besar itu. Kesunyian menyelimuti ruangan, hanya diiringi suara jam dinding yang berdetak perlahan, seakan ikut mengiringi alunan waktu yang terus berjalan.Emily baru saja keluar dari kamar mandi, rambut panjangnya masih sedikit basah, berjatuhan di bahunya. Kulitnya yang bersih berkilau terkena pantulan cahaya lampu kamar yang redup. Ia mengenakan lingerie berwarna merah maroon yang memperindah lekuk tubuhnya, seolah menambah kehangatan di dalam ruangan yang terasa hening itu.Di dekat jendela, Felix berdiri dengan kedua tangannya berada di dalam saku celana hitam yang ia kenakan. Tatapannya lurus ke luar, menembus gelapnya malam, seakan ada banyak hal yang tengah ia pikirkan. Tubuh tegapnya menciptakan siluet indah di bawah cahay

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Tolong Lindungi Emily

    "Kau mau pergi ke mana pagi-pagi begini sudah rapi?" tanya Emily, menghampiri Felix yang kini tengah merapikan kerah kemejanya.Emily, yang baru saja terjaga dari tidurnya, mendapati sosok suaminya tengah berdiri di depan cermin, merapikan dasi hitam yang melingkar di lehernya. Matanya yang masih menyimpan kantuk menatap sosok itu dengan lirih.Felix menoleh sekilas ke arah istrinya. Matanya yang tajam tampak menyelidik, seakan tak menyangka Emily sudah terbangun sepagi ini."Kau sudah bangun?" tanyanya, suaranya terdengar datar, tanpa nada kehangatan.Emily menganggukkan kepala kecilnya. "Ya. Kau mau pergi ke mana?" tanyanya lagi, kali ini lebih lembut.Felix menarik napas singkat. "Ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan, Emily."Emily menghela napasnya, menatap suaminya dengan mata yang menyiratkan kerinduan. "Kau sudah pulang larut malam dan masih pagi sudah pergi lagi. Sepertinya kau sangat sibuk, ya?"Felix menoleh menatapnya. Mata mereka bertemu dalam sorot yang tak bisa

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Gairah di Pagi Buta

    "Istri kecilku sudah tidur rupanya."Suara bisikannya yang berat dan rendah langsung menembus alam bawah sadar Emily, membuat bulu kuduknya meremang sebelum akhirnya matanya terbuka perlahan.Tatapan matanya masih mengantuk, suaranya terdengar serak saat ia berbisik pelan, "Felix? Kau sudah pulang?"Felix menyunggingkan senyum tipis, jemarinya terulur, mengusap sisi wajah istrinya dengan lembut. Hanya sentuhan ringan, tapi cukup untuk membuat Emily semakin sadar."Kau pikir aku tidak akan pulang dan melewatkan malam panas denganmu, hm?" suaranya terdengar lebih serak, lebih dalam, membawa getaran tersendiri di hati Emily.Gadis itu menelan ludahnya. Napasnya terasa sesak, dadanya naik turun dengan gelisah. Apa artinya Felix akan menggagahinya sekarang juga? Tatapannya bergerak ke arah jam dinding—pukul satu pagi.Berusaha mengalihkan pikirannya, Emily bertanya dengan suara pelan, "Kau baru pulang atau sudah sejak tadi?" lalu menambahkan dengan sedikit gugup, "Mau aku siapkan air hanga

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Tempat Tinggal untuk Mala

    "Ini tempat tinggalmu."Felix mengantarkan Mala ke sebuah rumah yang terletak cukup jauh dari mansion megahnya.Bangunan itu tampak sederhana dibandingkan dengan kediaman utama Felix, tetapi tetap terawat dengan baik.Cahaya senja yang memudar menerpa dinding-dinding rumah, memberikan kesan hangat dan nyaman.Beberapa pelayan segera datang menyambut Felix. Mereka menundukkan kepala dengan penuh hormat, sikap mereka mencerminkan kepatuhan dan rasa hormat yang mendalam.Felix menoleh pada Mala, suaranya tetap tenang seperti biasa. "Kau tidak keberatan kan, tinggal di sini bersama para pelayanku? Mereka akan bekerja dari pagi hingga malam pukul delapan.“Setelah itu, mereka kembali ke rumah ini. Tapi kau tak perlu melakukan apa pun, Mala. Cukup diam saja di sini, menikmati waktumu."Mala mengangguk pelan, matanya menatap Felix dengan sorot penuh pengertian. "Aku tidak keberatan, Felix.“Justru aku kagum karena kau memberikan tempat tinggal yang layak untuk para pelayanmu. Jarang sekali a

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Kedatangan Mala di Malam Hari

    Malam telah larut ketika Mala berdiri di depan gerbang tinggi yang menjulang kokoh, seakan menjadi benteng pertahanan yang sulit ditembus.Hawa dingin merayapi kulitnya, tapi bukan itu yang membuatnya menggigil. Ada sesuatu yang jauh lebih menusuk—sebuah kecemasan yang membelenggu hatinya.Dengan ragu, ia mengetuk pintu besi besar itu, suaranya menggema di antara keheningan malam.Tak butuh waktu lama, seorang penjaga muncul dari balik bayangan.Posturnya tegap, suaranya dalam dan berat ketika bertanya, "Apa benar, ini kediaman Tuan Felix?" Suaranya terdengar waspada, penuh kewibawaan."Benar. Kau siapa dan ada urusan apa?" balas sang penjaga dengan nada tajam yang nyaris mengintimidasi.Mala menelan ludah. Hatinya berdebar kencang, tetapi ia harus menguatkan diri. "Aku… aku Mala," katanya dengan suara bergetar. "Aku ibunya Emily, yang tak lain adalah mertua Felix. Aku ingin bertemu dengannya. Ada sesuatu yang harus kubicarakan dengannya. Aku mohon…"Penjaga itu menyipitkan mata, meng

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Tuduhan Gila Harland

    Harland berlutut di kaki Felix, tubuhnya gemetar hebat, nyaris kehilangan tenaga.Matanya yang memerah menatap pria itu penuh harap, serupa pengemis yang memohon belas kasih di hadapan raja tanpa ampun."Jangan membunuhnya, aku mohon!" Suaranya lirih, bergetar oleh ketakutan yang mencekik tenggorokannya.Felix menatapnya dengan seringai kejam, senyum yang tak menyiratkan belas kasih sedikit pun."Jangan bunuh anakku, Felix. Aku tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Marsha," suara Harland semakin serak, seakan setiap kata yang keluar adalah pedang yang menyayat ke dalam dirinya sendiri.Mendengar pengakuan itu, alis Felix sedikit terangkat. "Hanya Marsha yang kau punya, hm?" ulangnya dengan nada mengejek."Itu artinya, kau tidak menganggap keberadaan istri dan anak tirimu, Harland? Bahkan anak tirimu telah menyelamatkan nyawamu dari tanganku karena bersedia menikah denganku."Harland menelan ludah, matanya berkaca-kaca. Kata-kata Felix begitu tajam, menghantam nuraninya tanpa ampun."

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status