Home / Romansa / Hasrat dan Dendam Mafia Kejam / Menanti Kepulangan Sang Suami

Share

Menanti Kepulangan Sang Suami

Author: Aksara_Lizza
last update Last Updated: 2025-02-15 23:36:36

"Nyonya, makan malam sudah siap," suara lembut Ammy, pelayan setianya, membuyarkan lamunannya.

Emily mengangkat wajahnya, menatap Ammy dengan tatapan kosong sejenak sebelum akhirnya bertanya, "Apakah Felix sudah pulang, Ammy?"

Pelayan itu menggeleng pelan, senyum simpati terlukis di wajahnya. "Belum, Nyonya. Tapi, Tuan berpesan pada saya agar menyiapkan segala kebutuhan Nyonya selama Tuan tidak ada."

Emily menghela napas panjang, seolah berat untuk menghembuskannya kembali. Matanya kembali menerawang ke luar jendela, menatap gelapnya langit yang mulai diselimuti bintang.

Ke mana sebenarnya pria itu? Kenapa hingga kini dia belum juga kembali?

Saat ia melangkah menuju ruang makan, langkahnya terasa berat, seperti ada sesuatu yang menggantung di pikirannya.

Saat duduk di kursi panjang yang berhadapan dengan meja makan yang megah, ia kembali menoleh pada Ammy, ingin tahu lebih banyak.

"Apakah dia selalu pergi dan tidak pulang ke rumah, Ammy?" tanyanya, suaranya terdengar lelah.

Ammy meletakkan piring dengan hati-hati, kemudian menatap Emily dengan ragu sebelum menjawab, "Ya, begitulah. Tuan jarang sekali ada di rumah. Bahkan setelah menikah dengan Nyonya sekalipun. Padahal kalian masih menjadi pengantin baru. Tapi, sudah ditinggal-tinggal."

Emily tersenyum miris. Benar juga. Padahal pernikahan mereka baru berlangsung beberapa minggu lalu, namun kebersamaan mereka bisa dihitung dengan jari.

Felix selalu pergi entah ke mana, meninggalkannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak kunjung terjawab.

Tangannya mengaduk sup di hadapannya dengan malas, lalu tanpa sadar ia melontarkan pertanyaan yang sejak tadi mengusik pikirannya.

"Ammy, apakah Felix sering membawa Marsha ke rumah ini?" tanyanya pelan. "Atau wanita lain yang menemaninya di sini?"

Ammy menggelengkan kepala dengan mantap. "Selama saya menjadi pelayan Tuan Felix selama lima tahun lamanya, saya tidak pernah melihat Tuan membawa seorang wanita kemari."

Emily terdiam, berusaha mencerna jawabannya. Ia tahu bahwa sebelum pernikahan ini terjadi, Felix dan Marsha memiliki hubungan yang cukup erat. Bahkan semua orang mengira bahwa merekalah yang akan menikah.

Namun, kenyataannya justru berbeda. Ia yang akhirnya berdiri di altar bersanding dengan pria itu, bukan Marsha.

"Bukankah Felix dan Marsha sudah merencanakan pernikahan ini cukup lama?" tanyanya lagi, mencoba mencari celah di balik misteri yang mengungkungnya.

Ammy tampak ragu. "Kalau itu, saya tidak tahu, Nyonya. Bahkan saya pun tidak tahu jika pengantinnya digantikan oleh Nyonya."

Emily tersenyum tipis, lebih kepada dirinya sendiri. Ia menyendok makanan dengan pelan, tetapi rasanya hambar di lidahnya.

Malam semakin larut, tetapi pikirannya semakin dipenuhi pertanyaan. Siapa sebenarnya Felix? Apa yang sedang disembunyikannya?

"Apakah Felix jahat pada kalian?" tanya Emily dengan suara pelan, hampir seperti bisikan yang enggan keluar dari bibirnya.

Ammy, yang sedang mencuci peralatan masak, tertawa kecil mendengar pertanyaan itu. Ia menoleh sekilas ke arah Emily, matanya berbinar seakan pertanyaan itu sama sekali tidak masuk akal.

"Tentu saja tidak, Nyonya." Nada suaranya terdengar ringan, seolah Emily baru saja menanyakan sesuatu yang mustahil.

"Tuan memang terlihat tegas. Tapi, beliau tidak pernah marah atau bersikap kejam pada orang yang tidak punya salah padanya."

Emily hanya tersenyum tipis, meskipun jauh di dalam hatinya, ia merasa pernyataan itu tidak sepenuhnya benar.

Felix mungkin tidak kejam terhadap orang yang tak bersalah, tetapi siapa yang bisa memastikan siapa yang dianggap bersalah olehnya?

Tangannya bermain di tepi mangkuk sup yang ada di hadapannya. Aroma kaldu ikan yang masih mengepul memenuhi udara, memberikan sedikit kehangatan di tengah pikirannya yang terasa dingin.

Tiba-tiba, suara langkah berat terdengar dari arah pintu. Emily mengangkat kepalanya, dan matanya langsung bertemu dengan sosok tinggi yang baru saja memasuki ruang makan.

Felix.

Pria itu berjalan dengan langkah mantap, wajahnya tak menunjukkan ekspresi apa pun saat ia menarik kursi dan duduk tepat di hadapan Emily.

"Felix? Kau sudah pulang?" Emily berusaha menyambutnya dengan senyum, meskipun ada kegelisahan yang menjalar di dadanya.

Namun, Felix hanya menatapnya dengan datar. Tatapan yang tak bisa ia artikan—bukan kemarahan, bukan juga keramahan. Tatapan itu seperti belati dingin yang menusuk tanpa harus mengeluarkan kata-kata.

Emily langsung menciut, seolah udara di sekitarnya mendadak menipis. Ia menunduk, berpura-pura sibuk dengan sup ikan yang kini terasa hambar di mulutnya.

Felix mendengus kecil sebelum membuka suara. "Kau menunggu kepulanganku, hm?" Sebuah seringai tajam tersungging di bibirnya, menambahkan nada ejekan dalam pertanyaannya.

Emily mengangguk perlahan. Namun, ia tak bisa mengangkat kepalanya, tak sanggup menatap wajah pria yang kini duduk di hadapannya.

Felix menatapnya lebih lama sebelum akhirnya berucap, "Lihat aku, Emily!"

Nada suaranya dingin, perintahnya tak bisa ditawar.

Emily menggigit bibir bawahnya sebelum akhirnya mengangkat kepalanya dengan gerakan pelan.

Mata hazel miliknya kini bertemu dengan mata kelam Felix—mata yang selalu terlihat seperti jurang tanpa dasar, penuh misteri dan ancaman terselubung.

"Ya. Aku menunggu kepulanganmu." Suaranya terdengar ragu. "Aku… aku hanya bingung harus melakukan apa di rumah sebesar ini."

Felix menatapnya tanpa berkedip, lalu mengangkat sudut bibirnya, entah sebagai senyuman atau seringai mengejek.

"Itulah kenapa aku memintamu untuk segera hamil." Ucapannya begitu santai, seolah ia sedang membahas cuaca. "Agar kau tidak kesepian saat menungguku pulang."

Emily merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Kata-kata itu menggantung di udara, membebani pikirannya yang sudah cukup berat.

Felix dengan tenang mengambil sendok, menyendok nasi dan lauk ke piringnya, lalu mulai makan. Namun, matanya tetap menatap Emily—tatapan yang membuat bulu kuduknya meremang.

Hening melingkupi mereka, hanya terdengar suara dentingan sendok yang beradu dengan piring.

Kemudian, tanpa mengalihkan pandangan dari makanannya, Felix berbicara lagi, suaranya rendah tetapi cukup untuk membuat Emily menegang.

"Kau ingin tahu apa yang sudah aku lakukan di luar sana, bukan?"

Emily mengerjapkan matanya, menatapnya dengan bingung sekaligus takut.

Felix menaruh sumpitnya, lalu mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, mendekati Emily.

"Kau menunggu kepulanganku untuk mencari tahu siapa yang baru saja kubunuh, kan?"

Related chapters

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Bersiaplah Menyambut Keganasanku!

    Emily menganggukkan kepalanya dengan pelan. Hawa dingin yang menyelimuti ruangan membuatnya semakin sulit untuk bernapas dengan tenang."Ya. Aku ingin tahu. Tapi, jika kau keberatan untuk memberitahuku, maka jangan diberitahu," ucapnya dengan suara yang nyaris bergetar.Felix tersenyum miring, ekspresinya bak seekor serigala yang tengah menikmati ketakutan mangsanya. Tatapannya tajam, menelanjangi kegelisahan yang berusaha disembunyikan oleh Emily."Jadi, kau ingin tahu atau tidak, hm?" suaranya terdengar tenang, tetapi ada nada permainan dalam ucapannya—seolah ia sedang menggoda Emily, namun dengan cara yang justru menambah ketegangan di udara.Emily menggigit bibirnya, jari-jarinya mengepal di atas meja. Ia tidak tahu harus menjawab apa.Rasa penasaran dan ketakutan bertarung dalam pikirannya, sementara pria di hadapannya terus menunggu dengan sabar, menikmati setiap detik kebingungan yang ia alami."Lihat aku, Emily!"Nada suara Felix tiba-tiba berubah dingin, menusuk hingga ke tul

    Last Updated : 2025-02-17
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Sangkar Emas Menjerat Emily

    Setelah berjam-jam perjalanan panjang yang melelahkan, akhirnya mereka tiba di Yunani.Langit malam yang jernih bertabur bintang menyambut kedatangan mereka, sementara cahaya lampu kota berpadu dengan lautan luas, menciptakan pemandangan yang nyaris seperti lukisan.Emily membelalakkan mata, terpesona oleh keindahan yang terbentang di hadapannya. Angin malam berembus lembut, membawa aroma laut yang menyegarkan ke dalam paru-parunya."Wow!" gumamnya, nyaris tanpa suara, matanya terus mengamati pemandangan yang seolah tidak nyata."Aku tidak menyangka akan pergi ke negara seindah ini," lanjutnya lirih, suaranya mengandung decak kagum yang tulus.Namun, kekagumannya terhenti seketika ketika tiba-tiba lengan kekar Felix melingkar di pinggangnya. Emily tersentak, tubuhnya menegang karena sentuhan yang datang begitu tiba-tiba.Ia menoleh, mendapati wajah Felix begitu dekat dengannya. Pria itu menatapnya dengan mata tajam, dingin, dan penuh arti."Kau menyukai tempat ini, hm?" suara beratnya

    Last Updated : 2025-02-18
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Neraka yang Diciptakan untuk Emily

    "Pernikahan akan tetap dilaksanakan. Emily, anak bungsu si tua bangka itu, akan menjadi pengganti Marsha.”Di tengah keramaian, Felix Anthony, pria tampan berusia tiga puluh tahun, seorang mafia yang terkenal kejam dan berkuasa di kota itu, dengan jas hitam elegan, berdiri tegak di depan altar.Wajahnya terlihat dingin dan penuh amarah setelah mendengar pengakuan Marsha bahwa ia mencintai pria lain dan menolak melanjutkan pernikahan.Felix mengarahkan pandangannya ke arah Emily, adik bungsu Marsha, yang berdiri tak jauh darinya. Emily, wanita berusia dua puluh tiga tahun itu, mengenakan gaun putih sederhana, awalnya hanya berniat hadir sebagai tamu. Namun, nasib berkata lain.Emily sontak menoleh dengan mata membelalak. “Apa maksudmu?” tanyanya dengan nada tidak percaya. “Aku tidak mau menikah denganmu, Felix!”Tatapan Felix semakin tajam. "Aku tidak memberi pilihan, Emily. Jika kau menolak, kau tahu apa yang akan terjadi pada keluargamu," desisnya pelan, tetapi cukup jelas untuk memb

    Last Updated : 2025-02-05
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Ajal akan Segera Menjemputmu

    “Yang salah kakakku, kenapa aku yang harus menerima penderitaan ini?” bisiknya, suaranya nyaris tenggelam oleh isaknya sendiri.Tangannya gemetar saat mengusap air matanya, mencoba memberi dirinya ketegaran yang terus menguap.Tatapan pria di depannya penuh kekejian, seperti iblis yang baru saja menikmati kekejaman yang dilakukannya.Felix menyeringai, tatapannya menusuk ke dalam jiwa Emily yang rapuh. Tubuh wanita itu terbungkus selimut tebal, seolah berusaha melindungi dirinya dari dingin sekaligus kebengisan pria itu.“I don’t care, Emily.” Suaranya rendah, tapi penuh ancaman yang terpendam. “Kau adalah bagian dari keluarga Harland. Dia sendiri—ayahmu—yang menjodohkanku dengan Marsha. Namun, nyatanya wanita itu malah berselingkuh sebelum kami menikah.”Kata-kata itu menghantam Emily seperti gelombang dingin. Dia menelan ludah dengan susah payah, mencoba mengendalikan gemetar tubuhnya.“Marsha meninggalkanmu karena tahu sifat gilamu ini, Felix!” ucapnya dengan getir, suaranya pecah

    Last Updated : 2025-02-05
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Aku Sendiri yang Akan Membunuhnya!

    “K—kau … ingin membunuhku?” suara Emily nyaris tak terdengar, bibirnya bergetar seperti kelopak bunga yang diterpa angin dingin di penghujung musim gugur.Matanya membulat, ketakutan merayap di sela-sela tulang belakangnya, mengigit setiap urat nadinya dengan kebengisan yang tak terlihat.“Ya.” Suara Felix jatuh bagaikan belati yang mengiris keheningan. “Aku akan membunuhmu jika kau berani membangkang, tidak menurut, dan mencoba kabur dari rumah ini.”Tatapan Felix menancap tajam di wajah Emily, seperti elang yang mengunci mangsanya sebelum menyergap dengan cakarnya yang tajam.Cahaya lampu yang redup membuat bayangan lelaki itu semakin mengerikan, menciptakan siluet hitam yang seakan melahap setiap harapan yang masih berusaha bernafas di dalam diri Emily.Tak ada jalan keluar. Tak ada secercah cahaya di ujung lorong gelap bernama kehidupan ini. Dia hanya bisa diam, membiarkan kesedihan menyusup ke rongga dadanya, mengakar dalam dan menghisap habis mimpi-mimpinya.“Kecuali denganku,”

    Last Updated : 2025-02-06
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Ikuti Saja Permainanku

    Denting halus dering ponsel memecah keheningan di pagi itu, merayap masuk ke dalam kesadaran Emily yang masih terperangkap dalam sisa-sisa mimpi yang samar.Kelopak matanya yang berat terbuka perlahan, menyesuaikan diri dengan temaram cahaya kamar.Tangannya terulur, meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas. Namun, begitu matanya menangkap nama yang tertera di layar, kantuknya seketika menguap.“Mama?”Jantungnya berdegup lebih cepat. Ada sesuatu yang hangat, sesuatu yang nyaris terlupakan menyusup ke dalam dadanya.Rindu yang selama ini ia kubur dalam diam mendadak meletup, memenuhi rongga dadanya dengan desir harapan yang rapuh.“Mama?” suaranya bergetar pelan.Di seberang sana, suara lembut yang telah lama dirindukannya menyapa, “Apa kau baik-baik saja di sana, Nak?” tanya Mala dengan nada cemas.Emily menelan ludah. Ia ingin menangis, ingin memeluk ibunya, ingin kembali ke tempat yang penuh kehangatan. Namun, kenyataan menjebaknya dalam kebisuan. Ia menggigit bibirnya, menahan g

    Last Updated : 2025-02-06
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Menembak Kakakmu!

    “Aku tidak akan segan-segan menghancurkan hidupmu jika berani mengusik rumah tanggaku dengan Emily.”Kata-kata itu meluncur di bibir Felix ketika menemui Harland di kantornya. Ruangan itu menjadi cukup menegangkan setelah mendengar ucapan Felix tadi. "Di mana anak kesayanganmu itu berada, Harland?" suara Felix merayap di udara seperti belati yang baru diasah, menusuk langsung ke dalam ketenangan malam yang sekarat. Sorot matanya yang hitam menembus wajah Harland, mencabik-cabik keberaniannya yang sudah compang-camping."A—aku … aku tidak tahu, Felix. Bahkan sampai saat ini nomornya tidak bisa dihubungi. Mungkin dia masih bersembunyi entah di mana," ucap Harland dengan suara yang lebih mirip desisan angin sebelum badai. Jari-jarinya yang gemetar meremas ujung jasnya, seolah mencari perlindungan dari hawa kematian yang menjalar dari tatapan Felix.Wajah Felix kini adalah pahatan dari kebencian yang membara, sesuatu yang tidak pernah Harland lihat sebelumnya. Sejak pernikahannya deng

    Last Updated : 2025-02-07
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Siapa yang Ditemukan?

    "Hi, Felix!"Felix hanya menatapnya dengan datar, tanpa sedikit pun ketertarikan menyambut keberadaan pria yang berdiri di hadapannya—Noah, sepupunya yang tampaknya datang tanpa diundang dan tanpa memahami batas."Mau apa kau kemari? Tidak ada yang perlu kau periksa di sini, tidak ada yang sakit."Nada Felix datar, nyaris malas, seolah kedatangan Noah hanyalah gangguan kecil yang tak berarti.Noah menaikkan alisnya, menyandarkan tubuhnya pada pintu dengan santai. "Aku belum memberimu selamat untuk pernikahanmu dengan Marsha. Jadi—"Felix memotongnya sebelum kalimat itu sempat menggantung terlalu lama. "Aku tidak menikahinya."Ekspresi Noah berubah seketika. Sepupunya yang satu ini memang terkenal impulsif, tapi ini? Ini benar-benar tak terduga."Why? Lalu, siapa wanita yang menggantikan Marsha? Dan kenapa kau tidak jadi menikahinya?" tanya Noah, matanya menyipit, mencoba membaca sesuatu di balik wajah tak terbaca Felix.Felix menyeringai tipis, tetapi senyum itu lebih menyerupai kilat

    Last Updated : 2025-02-07

Latest chapter

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Sangkar Emas Menjerat Emily

    Setelah berjam-jam perjalanan panjang yang melelahkan, akhirnya mereka tiba di Yunani.Langit malam yang jernih bertabur bintang menyambut kedatangan mereka, sementara cahaya lampu kota berpadu dengan lautan luas, menciptakan pemandangan yang nyaris seperti lukisan.Emily membelalakkan mata, terpesona oleh keindahan yang terbentang di hadapannya. Angin malam berembus lembut, membawa aroma laut yang menyegarkan ke dalam paru-parunya."Wow!" gumamnya, nyaris tanpa suara, matanya terus mengamati pemandangan yang seolah tidak nyata."Aku tidak menyangka akan pergi ke negara seindah ini," lanjutnya lirih, suaranya mengandung decak kagum yang tulus.Namun, kekagumannya terhenti seketika ketika tiba-tiba lengan kekar Felix melingkar di pinggangnya. Emily tersentak, tubuhnya menegang karena sentuhan yang datang begitu tiba-tiba.Ia menoleh, mendapati wajah Felix begitu dekat dengannya. Pria itu menatapnya dengan mata tajam, dingin, dan penuh arti."Kau menyukai tempat ini, hm?" suara beratnya

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Bersiaplah Menyambut Keganasanku!

    Emily menganggukkan kepalanya dengan pelan. Hawa dingin yang menyelimuti ruangan membuatnya semakin sulit untuk bernapas dengan tenang."Ya. Aku ingin tahu. Tapi, jika kau keberatan untuk memberitahuku, maka jangan diberitahu," ucapnya dengan suara yang nyaris bergetar.Felix tersenyum miring, ekspresinya bak seekor serigala yang tengah menikmati ketakutan mangsanya. Tatapannya tajam, menelanjangi kegelisahan yang berusaha disembunyikan oleh Emily."Jadi, kau ingin tahu atau tidak, hm?" suaranya terdengar tenang, tetapi ada nada permainan dalam ucapannya—seolah ia sedang menggoda Emily, namun dengan cara yang justru menambah ketegangan di udara.Emily menggigit bibirnya, jari-jarinya mengepal di atas meja. Ia tidak tahu harus menjawab apa.Rasa penasaran dan ketakutan bertarung dalam pikirannya, sementara pria di hadapannya terus menunggu dengan sabar, menikmati setiap detik kebingungan yang ia alami."Lihat aku, Emily!"Nada suara Felix tiba-tiba berubah dingin, menusuk hingga ke tul

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Menanti Kepulangan Sang Suami

    "Nyonya, makan malam sudah siap," suara lembut Ammy, pelayan setianya, membuyarkan lamunannya.Emily mengangkat wajahnya, menatap Ammy dengan tatapan kosong sejenak sebelum akhirnya bertanya, "Apakah Felix sudah pulang, Ammy?"Pelayan itu menggeleng pelan, senyum simpati terlukis di wajahnya. "Belum, Nyonya. Tapi, Tuan berpesan pada saya agar menyiapkan segala kebutuhan Nyonya selama Tuan tidak ada."Emily menghela napas panjang, seolah berat untuk menghembuskannya kembali. Matanya kembali menerawang ke luar jendela, menatap gelapnya langit yang mulai diselimuti bintang.Ke mana sebenarnya pria itu? Kenapa hingga kini dia belum juga kembali?Saat ia melangkah menuju ruang makan, langkahnya terasa berat, seperti ada sesuatu yang menggantung di pikirannya.Saat duduk di kursi panjang yang berhadapan dengan meja makan yang megah, ia kembali menoleh pada Ammy, ingin tahu lebih banyak."Apakah dia selalu pergi dan tidak pulang ke rumah, Ammy?" tanyanya, suaranya terdengar lelah.Ammy melet

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Membunuh tanpa Belas Kasih

    "Kau mau pergi ke mana?" suara Emily bergetar ketika melihat Felix bersiap-siap untuk pergi. Matanya mencari kepastian di wajah lelaki itu, tetapi yang didapatinya hanyalah tatapan dingin.Felix tidak menjawab, hanya menghentikan langkahnya sejenak sebelum berkata dengan suara rendah namun mengandung ancaman, "Tetap di rumah, dan jangan sekali pun kau berpikir untuk kabur dariku!"Dada Emily terasa sesak. Seakan ada tangan tak kasat mata yang mencekiknya, membuatnya sulit bernapas.Tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya, mencoba meredam gemetar yang mulai menjalari tubuhnya.Ia hanya bisa menelan ludah dan mengangguk, meskipun hatinya dipenuhi ribuan tanya yang tak berani ia ucapkan."Apa kau tidak akan pulang hari ini?" suaranya lirih, hampir seperti bisikan ketakutan.Namun, Felix hanya diam. Tanpa menoleh, ia melangkah keluar dan menutup pintu dengan kasar. Suara itu bergema di ruangan, meninggalkan Emily yang berdiri terpaku.Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan gejolak

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Siapa yang Ditemukan?

    "Hi, Felix!"Felix hanya menatapnya dengan datar, tanpa sedikit pun ketertarikan menyambut keberadaan pria yang berdiri di hadapannya—Noah, sepupunya yang tampaknya datang tanpa diundang dan tanpa memahami batas."Mau apa kau kemari? Tidak ada yang perlu kau periksa di sini, tidak ada yang sakit."Nada Felix datar, nyaris malas, seolah kedatangan Noah hanyalah gangguan kecil yang tak berarti.Noah menaikkan alisnya, menyandarkan tubuhnya pada pintu dengan santai. "Aku belum memberimu selamat untuk pernikahanmu dengan Marsha. Jadi—"Felix memotongnya sebelum kalimat itu sempat menggantung terlalu lama. "Aku tidak menikahinya."Ekspresi Noah berubah seketika. Sepupunya yang satu ini memang terkenal impulsif, tapi ini? Ini benar-benar tak terduga."Why? Lalu, siapa wanita yang menggantikan Marsha? Dan kenapa kau tidak jadi menikahinya?" tanya Noah, matanya menyipit, mencoba membaca sesuatu di balik wajah tak terbaca Felix.Felix menyeringai tipis, tetapi senyum itu lebih menyerupai kilat

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Menembak Kakakmu!

    “Aku tidak akan segan-segan menghancurkan hidupmu jika berani mengusik rumah tanggaku dengan Emily.”Kata-kata itu meluncur di bibir Felix ketika menemui Harland di kantornya. Ruangan itu menjadi cukup menegangkan setelah mendengar ucapan Felix tadi. "Di mana anak kesayanganmu itu berada, Harland?" suara Felix merayap di udara seperti belati yang baru diasah, menusuk langsung ke dalam ketenangan malam yang sekarat. Sorot matanya yang hitam menembus wajah Harland, mencabik-cabik keberaniannya yang sudah compang-camping."A—aku … aku tidak tahu, Felix. Bahkan sampai saat ini nomornya tidak bisa dihubungi. Mungkin dia masih bersembunyi entah di mana," ucap Harland dengan suara yang lebih mirip desisan angin sebelum badai. Jari-jarinya yang gemetar meremas ujung jasnya, seolah mencari perlindungan dari hawa kematian yang menjalar dari tatapan Felix.Wajah Felix kini adalah pahatan dari kebencian yang membara, sesuatu yang tidak pernah Harland lihat sebelumnya. Sejak pernikahannya deng

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Ikuti Saja Permainanku

    Denting halus dering ponsel memecah keheningan di pagi itu, merayap masuk ke dalam kesadaran Emily yang masih terperangkap dalam sisa-sisa mimpi yang samar.Kelopak matanya yang berat terbuka perlahan, menyesuaikan diri dengan temaram cahaya kamar.Tangannya terulur, meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas. Namun, begitu matanya menangkap nama yang tertera di layar, kantuknya seketika menguap.“Mama?”Jantungnya berdegup lebih cepat. Ada sesuatu yang hangat, sesuatu yang nyaris terlupakan menyusup ke dalam dadanya.Rindu yang selama ini ia kubur dalam diam mendadak meletup, memenuhi rongga dadanya dengan desir harapan yang rapuh.“Mama?” suaranya bergetar pelan.Di seberang sana, suara lembut yang telah lama dirindukannya menyapa, “Apa kau baik-baik saja di sana, Nak?” tanya Mala dengan nada cemas.Emily menelan ludah. Ia ingin menangis, ingin memeluk ibunya, ingin kembali ke tempat yang penuh kehangatan. Namun, kenyataan menjebaknya dalam kebisuan. Ia menggigit bibirnya, menahan g

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Aku Sendiri yang Akan Membunuhnya!

    “K—kau … ingin membunuhku?” suara Emily nyaris tak terdengar, bibirnya bergetar seperti kelopak bunga yang diterpa angin dingin di penghujung musim gugur.Matanya membulat, ketakutan merayap di sela-sela tulang belakangnya, mengigit setiap urat nadinya dengan kebengisan yang tak terlihat.“Ya.” Suara Felix jatuh bagaikan belati yang mengiris keheningan. “Aku akan membunuhmu jika kau berani membangkang, tidak menurut, dan mencoba kabur dari rumah ini.”Tatapan Felix menancap tajam di wajah Emily, seperti elang yang mengunci mangsanya sebelum menyergap dengan cakarnya yang tajam.Cahaya lampu yang redup membuat bayangan lelaki itu semakin mengerikan, menciptakan siluet hitam yang seakan melahap setiap harapan yang masih berusaha bernafas di dalam diri Emily.Tak ada jalan keluar. Tak ada secercah cahaya di ujung lorong gelap bernama kehidupan ini. Dia hanya bisa diam, membiarkan kesedihan menyusup ke rongga dadanya, mengakar dalam dan menghisap habis mimpi-mimpinya.“Kecuali denganku,”

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Ajal akan Segera Menjemputmu

    “Yang salah kakakku, kenapa aku yang harus menerima penderitaan ini?” bisiknya, suaranya nyaris tenggelam oleh isaknya sendiri.Tangannya gemetar saat mengusap air matanya, mencoba memberi dirinya ketegaran yang terus menguap.Tatapan pria di depannya penuh kekejian, seperti iblis yang baru saja menikmati kekejaman yang dilakukannya.Felix menyeringai, tatapannya menusuk ke dalam jiwa Emily yang rapuh. Tubuh wanita itu terbungkus selimut tebal, seolah berusaha melindungi dirinya dari dingin sekaligus kebengisan pria itu.“I don’t care, Emily.” Suaranya rendah, tapi penuh ancaman yang terpendam. “Kau adalah bagian dari keluarga Harland. Dia sendiri—ayahmu—yang menjodohkanku dengan Marsha. Namun, nyatanya wanita itu malah berselingkuh sebelum kami menikah.”Kata-kata itu menghantam Emily seperti gelombang dingin. Dia menelan ludah dengan susah payah, mencoba mengendalikan gemetar tubuhnya.“Marsha meninggalkanmu karena tahu sifat gilamu ini, Felix!” ucapnya dengan getir, suaranya pecah

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status