แชร์

Bab 23

ผู้เขียน: CH. Blue Lilac
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-12-22 17:18:13

Setelah beberapa detik keheningan, Nayya akhirnya bersuara, meskipun suaranya sangat lirih. “Apa yang kamu mau, Galen? Kamu mau mengancamku dengan rekaman itu?"

"Aku hanya ingin anda ingat semuanya."

Nayya menahan nafas. "Yakin cuma itu aja? Jangan-jangan kamu menunggu momen ini untuk memanfaatkanku?"

"Saya tidak pernah punya pikiran seperti itu, Nona."

Pandangan mereka bertemu satu sama lain. Mereka sama-sama larut dalam pikiran masing-masing sampai Nayya kembali membuka pembicaraan.

"Gini aja. Aku akan kasih kamu uang berapapun, asal kita lupakan kejadian semalam? Gimana?"

Galen tertegun. Ekspresi wajahnya berubah sedikit lebih serius, dan sedikit kesal. “anda pikir saya ini gigolo yang bisa Anda bayar setelah merasa puas dengan servis yang saya berikan?"

Nayya terdiam, tidak menyangka Galen akan merespons seperti itu. Wajahnya memerah, bukan hanya karena malu, tetapi juga karena amarah yang mulai membara. “Aku hanya b
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 24

    Tanpa di duga, Galen justru menghampiri Nayya. Pemuda itu hendak menyentuh pipi istri atasannya saat Nayya dengan sigap menghindar."Mau apa kamu?"Galen tersenyum, "Bulu mata anda— jatuh."Nayya terdiam. Nafasnya tercekat ketika jarak di antara mereka begitu dekat. Tatapan Galen yang intens membuatnya sulit berpikir jernih. Dia mencoba mengumpulkan keberanian untuk bersikap tegas, tapi tubuhnya terasa lemah—terperangkap oleh dominasi Galen yang begitu nyata. "Lihat!" Galen mengambil sehelai bulu mata milik Nayya yang terjatuh dan menunjukkannya di depan perempuan itu. "Bulu ini bisa menusuk mata anda dan membuat mata Anda perih kalau tidak diambil."“Ck," Nayya berdecih. Sejak kejadian semalam ia jadi sangat canggung jika di hadapan pria tersebut. Namun parahnya, hanya Nayya yang merasa demikian."Anda tegang sekali, Nona.""Jangan sok tau.""Bukan sok tau. Tapi itu tergambar jelas di wajah dan sikap anda."

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-22
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 25 (21+)

    "Sama-sa... mphhh..."Kedua bola mata Nayya membulat sempurna ketika Liam tiba-tiba menciumnya. Hal lain yang tak pernah pria itu lakukan sebelumnya karena selama ini Nayyalah yang lebih dahulu memulainya."M-mas... Mmpphhm..."Nayya awalnya larut dalam ciuman Liam. Sentuhan lembut suaminya membawanya pada sejenak ketenangan yang selama ini jarang ia rasakan. Tapi ketika ia membuka sedikit matanya, ia menangkap bayangan seseorang dari kejauhan. Matanya melebar. 'Galen...'Pria itu berdiri di lorong menuju dapur, dengan ekspresi yang sulit diartikan. Tatapannya dingin dan tajam, seolah mengawasi setiap gerakan mereka. Detik itu juga, perasaan Nayya berubah dari hangat menjadi penuh kepanikan. Ia langsung mendorong Liam perlahan, memutuskan ciuman mereka."Ada apa?" tanya Liam sambil menatap bingung ke arah sang istri."A-aku... Aku mau siapin air buat kamu mandi, Mas," ucap Nayya terbata-bata sambil berusaha bangkit dari pangkuan Liam. Liam mengernyit, sedikit terkejut dengan peruba

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-24
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 26

    "Terserah apapun yang mau kamu katakan! Tapi sekarang lebih baik kamu pergi dari sini! Aku gak mau Mas Liam..." Belum sempat Nayya menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba terdengar suara pintu kamar mandi yang terbuka.Tubuh Nayya menegang. Khawatir Liam akan muncul tiba-tiba. Akan tetapi..."Nayya... Nay..."Mendengar panggilan Liam, Nayya langsung mendorong Galen dan berlari kecil ke arah depan pintu kamar mandi. "Iya Mas?""Handuk aku jatuh nih. Bisa tolong ambilin lagi gak?" pinta Liam dari dalam kamar mandi, suaranya terdengar santai, tidak menyadari apa yang sedang terjadi di luar. "I-iya. Bentar Mas."Nafas Nayya tercekat. Ia menoleh sekilas ke arah Galen yang masih berdiri dengan tenang di posisinya. Mengabaikan pemuda itu, ia memilih untuk mengambil handuk di lemari, berharap pria itu akan segera pergi setelah membaca kode darinya. Namun, yang ia temukan justru ekspresi santai tanpa rasa bersalah sedikit pun di wajah bodyguard-nya. "Galen, keluar! Sekarang!" desis Nayya tajam

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-26
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 27

    Galen melangkah dengan santai ke arah meja kecil di sudut kamar. Wajahnya tenang tanpa ekspresi bersalah sedikit pun, sementara Nayya berdiri terpaku, tubuhnya tegang.“Saya ke sini untuk membawakan makan siang anda dan Nona.” Galen menunjuk ke arah nampan yang berisi makanan yang tadi ia bawa.Liam mengerutkan dahi. “Oh begitu ya. Harusnya kamu tidak perlu repot-repot."“Mohon maaf, Tuan. Saya hanya melakukan perintah Nona Nayya," jawab Galen dengan nada profesional. Ia melihat ke arah perempuan cantik yang masih meloading semua kejadian ini.Nayya mendekati suaminya begitu sang suami melihatnya. Seolah meminta penjelasan. Ia tersenyum sambil merangkul pria itu. "Aku tau kamu capek, Mas. Jadi daripada bolak-balik ke bawah, mending kita makan di sini."Liam melihat ke arah istrinya dan mengusap pipi perempuan itu. "Bener juga apa yang kamu bilang." Ia tersenyum lembut. Sementara Nayya langsung menghela nafas penuh rasa lega."Kal

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-27
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 28

    Malam itu, Nayya menyajikan makan malam di meja dengan tampilan sempurna. Aroma masakan yang menggugah selera memenuhi ruangan, namun suasana hatinya tidak sehangat makanannya. Tak berapa lama, Liam muncul dari ruang kerja dengan wajah lelah, tanpa menyadari perubahan suasana hati istrinya."Kamu udah selesai Mas?" tanya Nayya, berusaha terdengar ramah.Liam mengangguk. "Iya, maaf ya, Sayang. Bukannya fokus buat sama kamu, aku malah harus ngurusin kerjaan." Ia menghampiri Nayya dan merangkul pinggangnya.Nayya tersenyum tipis, meski dalam hati ia merasa kecewa. "Ya udah sih Mas. Mau gimana lagi."Liam mengecup pelipis istrinya. "Kamu masak apa?""Sup Iga kesukaan kamu, Mas," jawab Nayya sambil melihat ke arah sang suami. "Kamu mau makanan sekarang?""Boleh. Tapi kamu juga makan."Nayya mengangguk. "Ya udah, ayo makan sama-sama."Mereka duduk berhadapan di meja makan. Liam mulai makan setelah Nayya menyiapkan semuanya. Setelah beberapa suap makanan, Liam menatap Nayya sambil tersenyum

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-28
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 29

    "Kamu kenapa murung gitu?""Aku cuma kepikiran sesuatu Mas." Ia menatap suaminya. Sorot matanya terlihat sendu."Apa?""Aku penasaran, sekertaris kamu yang baru itu ikut apa enggak?""Sekertaris?" Liam mengangkat kedua alisnya. Pertanyaan Nayya barusan membuat dia terkejut. "Oooh— Maksud kamu Cintya?"'Oh, jadi namanya Cintya.' Nayya mengangguk. Membenarkan pertanyaan suaminya. "Iya."Liam duduk di samping istrinya. Ia memijat paha istrinya sambil melihat langsung ke arah wanita itu. "Dia gak ikut sayang."Nayya kaget tapi juga merasa senang ketika mendengarnya. "Serius Mas?!""Iya. Aku pergi ke sana sama beberapa tim, tapi dia gak ikut karena harus bantu Revan di kantor," terang Liam dengan begitu lancarnya.Perempuan dengan gaun satin warna merah itu tersenyum lega. Kekhawatiran yang dia rasakan beberapa saat lalu seketika lenyap. "Syukur deh kalau dia gak ikut. Aku jadi ngerasa lega."Liam menautkan jarinya di sela-sela jari Nayya dan memberikan kecupan singkat di punggung tangan p

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-29
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 30

    Perjalanan ke bandara terasa cukup hening. Nayya duduk di samping Liam di kursi belakang, sementara Galen mengemudi dengan fokus. Sesekali, Nayya melirik Liam, seolah mencoba merekam wajah suaminya sebelum mereka berpisah untuk waktu yang cukup lama. Bahkan dia tanpa ragu merangkul lengan pria itu tanpa mempedulikan lirikan Galen yang tertuju padanya.Liam sendiri terlihat tidak keberatan dengan sikap manja sang istri. Dia juga sesekali memberikan kecupan di punggung tangan Nayya tanpa sungkan.Sekitar 1 jam, ketiganya sampai di bandara. Galen turun lebih dulu dan membantu sang Bos membawa kopernya. Setelah itu ia mengikuti Nayya dan Liam yang berjalan lebih dulu di depannya.Di depan pintu keberangkatan, Nayya berdiri mematung sejenak, menatap Liam dengan ekspresi yang sulit diartikan. “Mas, hati-hati di sana ya! Jangan terlalu memforsir diri kamu! Jangan sampai telat makan, jangan lupa istirahat dan jangan lupa ngasih aku kabar!"Liam tersenyum sambil membelai pipi Nayya dengan lemb

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-30
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 31

    "Benar juga apa yang Nona katakan. Daripada memikirkan Tuan Liam, bukankah lebih baik kita membuat planning supaya anda cepat hamil, ya kan Nona?"Nayya menggigit bibir bawahnya, mencoba menenangkan dirinya setelah mendengar ucapan Galen yang membuat darahnya naik. Ia memalingkan wajah, berusaha tidak terpancing lebih jauh oleh komentar pemuda itu. Tapi, seperti biasanya, Galen terus mencoba memancingnya."Apa kita harus ke luar kota, Nona?" Galen bertanya dengan nada menggoda yang tidak terlalu kentara. "Saya baca di internet suasana bercinta yang baru bisa meningkatkan seksualitas.""GALEN!!" sergah Nayya dengan emosi. "Mending aku pulang naik taksi kalau kamu bicara aneh-aneh kayak gitu," ancamnya dengan nada dingin."Rileks Nona! Rileks!"Nayya menggeram. Demi Tuhan dia ingin sekali memecat pemuda itu. Rasanya dia muak sekali dengan Galen.Sesampainya di rumah, Nayya langsung keluar dari mobil dengan langkah cepat, meninggalk

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-31

บทล่าสุด

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 96

    Ciuman itu berlangsung beberapa detik, tapi bagi Cintya, rasanya seperti putaran waktu yang berhenti. Semua emosi menumpuk: rindu, amarah, cinta, juga rasa bimbang.Saat bibir Liam masih menempel di bibirnya, ada satu sisi dalam dirinya yang ingin larut sepenuhnya… tapi sisi lain menjerit untuk menyadarkannya.Dengan cepat, Cintya menarik diri. Nafasnya tersengal, dadanya naik turun menahan gelombang perasaan yang membuncah.“Liam...”Liam menatapnya, matanya masih menyimpan hasrat dan harapan. “Aku tau kamu juga menginginkannya."Cintya menatap lantai, suaranya nyaris berbisik. “I- itu gak bener.""Sampai kapan kamu mau berbohong?""Liam... aku—"Untuk kedua kalinya, bibir Cintya kembali di bungkam. Tapi kali ini bukan hanya sekedar ciuman saja. Liam dengan berani mengendus leher perempuan itu."Ahh..." Cintya mendesah akibat gigitan Liam. Belum lagi pijatan pria itu di salah satu gunung kembarnya, membuat seluruh tenaganya seolah lenyap tak bersisa."Liam... Jangan...""Ssst..." Lia

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 95

    "Aku akan ninggalin Nayya. Demi kamu aku bakal ninggalin Nayya, Cintya."Lagi-lagi, Liam mengucapkan hal yang sama. Kata-kata itu terus diulangnya, seperti mantra yang ingin ia yakinkan pada diri sendiri maupun pada Cintya.“Aku akan ninggalin Nayya. Demi kamu, Cin. Aku serius.”Cintya menghela napas panjang. Ia menatap wajah Liam yang penuh keyakinan itu, tapi di balik tatapan itu—ia melihat luka. Luka yang belum selesai. Luka yang bisa saja kembali melukai orang lain.“Cukup Liam! Cukup!” gumamnya lirih, nyaris seperti berbicara pada dirinya sendiri. "Lebih baik kita fokus sama masa depan masing-masing.""Tapi aku gak bisa ngelupain kamu. Kamu terlalu berarti buatku!" Liam menarik tangan mantan kekasihnya itu dan menggenggamnya erat. Tatapannya yang tampak putus asa itu sempat membuat Cintya goyah."Liam...""Aku mohon Cintya. Aku mohon banget sama kamu."Sebelum Liam sempat menjawab, ponsel Cintya kembali bergetar. Kali ini ia langsung mengangkatnya.“Halo?”Dari seberang, terdenga

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 94

    "Liam..."Merasa namanya dipanggil, Liam pun menoleh ke sumber suara. Tak jauh darinya, berdiri seorang wanita paruh baya dengan raut wajah tenang namun sorot matanya tajam penuh kekhawatiran. Widuri—ibunya—menatapnya tanpa senyum."Kita bisa bicara sebentar?" tanyanya, lembut tapi jelas.Liam berdiri, sedikit gugup. "Tentu aja Ma."Mereka berjalan dalam diam menuju ruangan sebelah. Begitu sampai di sana, Widuri langsung menatap putranya tanpa basa-basi.“Kamu yakin sama keputusan ini, Liam?”Liam menghela napas, lalu duduk. "Kalau Mama maksud soal pernikahan... ya, aku udah yakin."Widuri tetap berdiri, menyilangkan tangan. “Liam, dia itu umurnya masih jauh di bawah kamu. Belum lagi dia sebatang kara, keluarganya gak jelas kayak gimana. Kalau kamu ngerasa bertanggungjawab sama Nayya, kamu kan gak wajib buat nikahin dia. Kamu masih bisa melakukan hal lain."Pernyataan sang Mama, itu membuat Liam terdiam beberapa detik sebelum menjawab pelan, “Ma, Nayya gak punya siapa-siapa selain aku

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 93

    "Kalau aku harus ngertiin kamu terus, gimana sama aku, hah?!"Pertengkaran makin memanas. Nafas Cintya memburu, matanya memerah menahan air mata yang ingin pecah. Liam berdiri di hadapannya, masih mencoba menahan semua emosi yang menggelegak dalam dadanya.“Jawab aku, Liam!” bentak Cintya tiba-tiba. “Kamu bilang semua ini karena tanggung jawab, dan rasa bersalah kamu ke Nayya. Terus aku gimana? Apa kamu gak ngerasa bersalah padaku? Apa kamu gak kasian sama aku?"Liam terhenyak. Mulutnya terbuka, tapi tak ada kata yang keluar. Wajahnya menegang.Cintya melangkah mendekat, tatapannya menusuk. "Kamu lupa sama impian kita dulu? Kita akan menikah setelah dapat pekerjaan baik, bangun rumah tangga harmonis, hidup bahagia sampai tua. Apa kamu lupa impian kita itu?""Tapi Nayya sebatang kara, Cintya. Kasian dia. Toh— pernikahan ini hanya sementara. Aku akan segera ceraikan dia setelah Nayya bisa hidup mapan."Cintya menatap Liam dengan wajah hancur, air matanya mulai jatuh satu per satu. Ia me

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 92

    "Kamu gak bohong kan?" tanya Nayya dengan mata berkaca-kaca. Seolah ia menaruh banyak harapan pada pria di depannya.Liam menghela napas panjang, lalu menarik Nayya ke dalam pelukannya. Gadis itu diam, hanya membiarkan dirinya tenggelam dalam dekapan hangat yang selama ini menjadi satu-satunya tempat ia merasa aman."Aku gak bohong, Nayya," bisik Liam dengan suara lirih. "Aku udah janji sama Tante Dewi… aku bakal jagain kamu, sampai kapanpun."Nayya terdiam, matanya kembali berkaca-kaca. Pelukan Liam terasa begitu tulus, dan untuk sesaat, ia merasa semua luka bisa perlahan disembuhkan."Aku takut kehilangan lagi, Liam," gumamnya. "Tante Dewi satu-satunya keluarga yang aku punya… dan sekarang aku cuma punya kamu."Liam merapatkan pelukannya, seolah tak ingin membiarkan Nayya jatuh lagi. "Kamu gak sendiri. Selama aku masih bisa bernapas, kamu gak akan pernah sendiri."Nayya memejamkan mata. Tangisnya akhirnya pecah dalam diam. Ia tahu, kata-kata Liam bukan sekadar janji kosong. Tapi ia

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 91

    "Liam... kamu ingat janji kamu ke tante, kan?" Liam menelan ludah. Dada terasa sesak. Ia tahu ke mana arah pembicaraan ini. "Kamu janji bakal jaga Nayya selamanya... dan aku ingin melihat kalian menikah sebelum aku pergi." Ruangan terasa semakin sunyi. Nayya terkejut, matanya membesar. "Tante, kenapa tiba-tiba bicara seperti ini?" Dewi tersenyum lembut. "Karena Tante ingin kamu bahagia, Nay. Tante ingin kamu punya seseorang yang bisa selalu menjagamu... dan aku percaya Liam adalah orang yang tepat." Liam menunduk, hatinya kacau. Janji yang dulu ia buat saat masih dipenuhi rasa bersalah, kini kembali menghantuinya. Ia teringat Cintya. Wajahnya, suaranya, harapannya. Namun, di saat yang sama, ia juga melihat Nayya. Perempuan yang sudah melalui banyak hal karena kesalahannya. Gadis yang selama ini ia lindungi,

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 90

    Cintya menggigit bibirnya, matanya kembali memerah. "Berapa lama aku harus menunggu, Liam?" Liam tidak bisa menjawab. Ia tidak tahu. Cintya tersenyum pahit, lalu menarik tangannya dari genggaman Liam. "Aku gak tahu apakah aku bisa menunggu atau tidak." Liam tidak bisa membiarkan Cintya pergi begitu saja. Ia segera berdiri dan mengejarnya keluar restoran. Langkahnya cepat, penuh dengan kegelisahan yang menghantui pikirannya. "Cintya!" panggilnya saat melihat wanita itu berjalan menuju mobilnya. Cintya berhenti, tapi tidak langsung menoleh. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya membalikkan badan. Matanya masih menyiratkan luka dan keraguan. "Apa lagi, Liam?" suaranya terdengar lelah. Liam mendekat, kali ini tanpa ragu. "Aku tahu aku sudah banyak mengecewakan kamu, dan aku tahu ini gak adil buat kamu. Tapi, aku serius, Cintya. Aku gak mau kehilangan kamu."

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 89

    Malam itu di salah restoran. Liam duduk di kursi berhadapan dengan Cintya, mantan kekasihnya. Wanita itu tampak cantik dalam balutan gaun hitam, tetapi ekspresinya penuh amarah dan kekecewaan. Sejak tadi, Cintya belum mengucapkan sepatah kata pun, hanya menatapnya tajam. Akhirnya, ia berbicara. "Aku gak habis pikir, Liam." Suaranya dingin. "Setelah sekian lama gak ada kabar, sekarang aku dengar kamu sibuk merawat perempuan lain?" Liam menatapnya dengan ekspresi datar. "Ini bukan seperti yang kamu pikir, Cintya. Lagipula dia bukan orang lain. Dia—" "Dia korban kecelakaan waktu itu kan? Aku tau kok." Perempuan itu menyandarkan punggungnya ke kursi, melipat tangan di depan dada. "Yang gak habis pikir, kenapa kamu sampai rela menghabiskan banyak waktu untuk dia sampai melupakanku." Liam mengepalkan tangannya di bawah meja. "Aku gak bermaksud buat lupain kamu. Aku hanya sedang mempertanggungjawabkan semua kesalahanku ke Nayya

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 88

    Liam duduk di sofa kecil di dekat ranjang, menatap Nayya yang sedang tertidur. Gadis itu masih terlihat lemah, meskipun kondisinya jauh lebih baik dibandingkan saat pertama kali sadar dari koma. Nafasnya tenang, dadanya naik turun perlahan di bawah selimut putih yang menutupi tubuhnya. Sudah beberapa bulan berlalu, dan sejak saat itu, Liam hampir tidak pernah meninggalkan Nayya. Ia yang menggantikan perban luka di lengannya, membantunya berjalan saat fisioterapi, dan menyuapinya saat Nayya masih terlalu lemah untuk makan sendiri. Setiap hari, tugas Liam adalah menjaga dan merawat gadis itu. Seperti pagi tadi— "Pelan-pelan, Nay." Liam berdiri di sampingnya, satu tangan memegang lengan gadis itu, sementara tangan satunya berada di punggungnya, menopang tubuhnya agar tidak terjatuh. Mereka sedang berjalan di taman belakang rumah, udara sejuk menyelimuti pagi itu. Nayya mengerutkan kening, fokus pada langkahnya. Ia masih merasa canggung dan tidak stabil, tapi dengan Liam di sis

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status