แชร์

Bab 29

ผู้เขียน: CH. Blue Lilac
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-12-29 19:10:54

"Kamu kenapa murung gitu?"

"Aku cuma kepikiran sesuatu Mas." Ia menatap suaminya. Sorot matanya terlihat sendu.

"Apa?"

"Aku penasaran, sekertaris kamu yang baru itu ikut apa enggak?"

"Sekertaris?" Liam mengangkat kedua alisnya. Pertanyaan Nayya barusan membuat dia terkejut. "Oooh— Maksud kamu Cintya?"

'Oh, jadi namanya Cintya.' Nayya mengangguk. Membenarkan pertanyaan suaminya. "Iya."

Liam duduk di samping istrinya. Ia memijat paha istrinya sambil melihat langsung ke arah wanita itu. "Dia gak ikut sayang."

Nayya kaget tapi juga merasa senang ketika mendengarnya. "Serius Mas?!"

"Iya. Aku pergi ke sana sama beberapa tim, tapi dia gak ikut karena harus bantu Revan di kantor," terang Liam dengan begitu lancarnya.

Perempuan dengan gaun satin warna merah itu tersenyum lega. Kekhawatiran yang dia rasakan beberapa saat lalu seketika lenyap. "Syukur deh kalau dia gak ikut. Aku jadi ngerasa lega."

Liam menautkan jarinya di sela-sela jari Nayya dan memberikan kecupan singkat di punggung tangan p
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 30

    Perjalanan ke bandara terasa cukup hening. Nayya duduk di samping Liam di kursi belakang, sementara Galen mengemudi dengan fokus. Sesekali, Nayya melirik Liam, seolah mencoba merekam wajah suaminya sebelum mereka berpisah untuk waktu yang cukup lama. Bahkan dia tanpa ragu merangkul lengan pria itu tanpa mempedulikan lirikan Galen yang tertuju padanya.Liam sendiri terlihat tidak keberatan dengan sikap manja sang istri. Dia juga sesekali memberikan kecupan di punggung tangan Nayya tanpa sungkan.Sekitar 1 jam, ketiganya sampai di bandara. Galen turun lebih dulu dan membantu sang Bos membawa kopernya. Setelah itu ia mengikuti Nayya dan Liam yang berjalan lebih dulu di depannya.Di depan pintu keberangkatan, Nayya berdiri mematung sejenak, menatap Liam dengan ekspresi yang sulit diartikan. “Mas, hati-hati di sana ya! Jangan terlalu memforsir diri kamu! Jangan sampai telat makan, jangan lupa istirahat dan jangan lupa ngasih aku kabar!"Liam tersenyum sambil membelai pipi Nayya dengan lemb

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-30
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 31

    "Benar juga apa yang Nona katakan. Daripada memikirkan Tuan Liam, bukankah lebih baik kita membuat planning supaya anda cepat hamil, ya kan Nona?"Nayya menggigit bibir bawahnya, mencoba menenangkan dirinya setelah mendengar ucapan Galen yang membuat darahnya naik. Ia memalingkan wajah, berusaha tidak terpancing lebih jauh oleh komentar pemuda itu. Tapi, seperti biasanya, Galen terus mencoba memancingnya."Apa kita harus ke luar kota, Nona?" Galen bertanya dengan nada menggoda yang tidak terlalu kentara. "Saya baca di internet suasana bercinta yang baru bisa meningkatkan seksualitas.""GALEN!!" sergah Nayya dengan emosi. "Mending aku pulang naik taksi kalau kamu bicara aneh-aneh kayak gitu," ancamnya dengan nada dingin."Rileks Nona! Rileks!"Nayya menggeram. Demi Tuhan dia ingin sekali memecat pemuda itu. Rasanya dia muak sekali dengan Galen.Sesampainya di rumah, Nayya langsung keluar dari mobil dengan langkah cepat, meninggalk

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-31
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 32

    Nayya terus memperhatikan Galen dengan tatapan waspada, meski perlahan-lahan rasa skeptisnya mulai pudar.Pemuda itu terlihat begitu cekatan dan percaya diri di dapur. Ia mengeluarkan bahan-bahan yang ada di kulkas dan mulai mengolahnya."Kamu masak apa?""Udang.""Udang?" Nayya bertanya sambil menyandarkan tubuhnya di kursi, mencoba menyembunyikan rasa penasaran. "Mau dimasak apa?""Udang mentega."Nayya tergelak. "Emang kamu bisa?""Kalau saya gak bisa, mana mungkin saya masak ini." Galen dengan teliti membersihkan udang berukuran besar itu dari kotorannya.Setelah mencuci udang tadi hingga bersih. Dia mulai memanaskan wajan dengan sedikit mentega, membiarkan aroma gurih menyebar di dapur. Setelah itu, ia memasukkan bawang putih cincang dan membiarkannya layu, mengisi udara dengan wangi yang menggugah selera.Nayya, meskipun masih sibuk memperhatikan Galen. Pemuda itu cukup cekatan saat memasak. 'Baunya harum,' ucap Nayya dalam hati.“Sedikit lagi selesai, Nona,” kata Galen, menyad

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-01
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 33

    "Imbalan buat saya mana, Nona?""Imbalan?" Nayya mengernyit, memiringkan kepala, menatap Galen dengan tatapan tidak percaya. "Nanti ya, pas akhir bulan,” balasnya sambil melipat tangan di dada.Galen menyeka tangannya dengan lap kering, langkahnya santai mendekati meja. “Jangan pura-pura tidak mengerti maksud saya, Nona." Pemuda itu mendekat ke arah Nayya. Langkahnya pelan tapi konstan.Sebaliknya, Nayya mundur selangkah, mendengus kecil. “Ngapain kamu? Stop! Jangan deket-deket aku!"Tapi Galen tetap mendekat. Langkahnya pelan, penuh percaya diri. Tatapan matanya terfokus pada Nayya, seperti sedang menikmati bagaimana ia membuat perempuan itu gelisah. “Kenapa, Nona? Takut?” katanya, sudut bibirnya melengkung membentuk senyum jahil. "Padahal imbalannya cukup mudah."Nayya menyipitkan matanya, mencoba terlihat tidak peduli, meskipun jantungnya mulai berdetak lebih cepat. Ia tahu betul apa yang dimaksud sang bodyguard, tapi Nayya lebih memilih untuk pura-pura bodoh."Jangan aneh-aneh

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-02
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 34

    Keesokan paginya, Nayya bangun lebih awal dari biasanya. Setelah mandi dan berganti pakaian, ia turun ke dapur untuk sarapan. Namun, langkahnya terhenti ketika mendapati Galen sudah berdiri di sana, menyeduh kopi dengan santai, seolah tidak ada apa-apa yang terjadi malam sebelumnya.“Pagi, Nona,” sapa Galen tanpa menoleh, suaranya terdengar santai namun mengandung nada menggoda. Nayya mendengus pelan, mencoba terlihat tidak peduli. “Ini masih pagi Galen! Jangan membuatku kesal!"Galen menoleh, matanya yang tajam langsung menangkap wajah Nayya yang berusaha keras terlihat tenang. Ia tersenyum kecil sambil menyerahkan cangkir kopi ke arah Nayya. “Mungkin kopi ini bisa membantu meredakan emosi Anda.”Nayya hanya menatap kopi yang berada di tangan Galen dan berkata, "Taruh aja di meja sana. Aku masih ada urusan.""Nona mau pergi?" tanya Galen saat menyadari jika Bosnya itu sudah berpenampilan rapi. Bahkan Nayya juga sudah siap dengan tas jinjing kecil dan laptop di kedua tangannya."Aku

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-03
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 35 (21+)

    Nayya melangkah ke ruangannya, mencoba mengabaikan perasaan tidak nyaman karena Galen. Begitu pintu tertutup, ia duduk di kursi dan menghela napas panjang. Perempuan itu merasa jengah.Tangannya meraih ponsel di meja. Ia membuka aplikasi pesan dan mencari nama Liam, suaminya. Tidak ada pesan baru. Nayya menggigit bibir bawahnya, perasaan kecewa mulai merayap. Sejak kemarin, Liam hanya mengirim satu pesan untuknya. Itu pun cuma kabar kalau dia sudah sampai di hotel tempatnya menginap."Mas Liam lagi apa ya?""Kenapa dari kemarin gak kirim chat ke aku?""Padahal kemarin janji mau standby kalau lagi gak sibuk. Sekarang dia malah kayak ngilang di telan bumi."Nayya tak berhenti mengeluh. Rasanya kesal sekali karena Liam tidak menepati janjinya."Mending aku chat duluan aja deh."Dengan hati-hati, Nayya mengetik pesan. "Mas, kamu lagi apa? Udah sarapan belum? Dari kemarin kamu gak balas chat aku. Telfonkujuga gak diangkat. Emang sesibuk itu ya di sana?"Dengan sekali ketik, Nayya mengirimk

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-03
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 36

    "Galen... aku mohon... jangan... jangan kayak gini!" Entah sudah berapa kali Nayya merintih, memohon agar lelaki di depannya ini berhenti 'menyiksanya'. Sentuhan Galen membuatnya lemah. Tubuhnya seolah tidak bisa bekerja sama dengan otaknya. Dia hanya bisa menangis ketika Galen membimbingnya ke sofa panjang yang ada di ruangan Nayya tepat setelah dia mendapatkan orgasmenya yang pertama. Tidak berhenti di sana, Galen juga mulai melanjutkan aksinya dengan melucuti gaun Nayya hingga menyisakan dalamannya saja. "Kenapa Nona? Bukannya anda ingin segera punya momongan? Waktu anda juga tidak banyak kan?" "Galen..." Nayya menatap Galen dengan sendu, sementara air matanya menggenang di sudut mata. "berapa kali aku bilang, waktu itu aku mabuk. Aku gak benar-benar minta kamu buat ngelakuin hal konyol itu." Galen mengunci kedua tangan Nayya di atas kepalanya. Sementara kedua lututnya berada di antara kedua paha Nayya yang terbuka. "Kenapa kamu gak mau dengerin ucapanku!! Bukannya kamu

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-04
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 37

    ["Nasi goreng sama kopi aja. Ja—"]Namun, saat Liam akan menyelesaikan jawabannya, tiba-tiba terdengar suara benda jatuh dari arah telepon, disusul suara perempuan yang terdengar samar, namun cukup jelas bagi Nayya."Mas, itu suara apa?" tanya Nayya, nada suaranya berubah, lebih serius.Liam terdiam sejenak sebelum menjawab, terdengar sedikit gugup. ["Ah, enggak apa-apa, Sayang. Cuma piring jatuh dari meja. Pelayan tadi kayaknya agak ceroboh."] Nayya memicingkan mata, merasa ada yang aneh. "Tapi aku dengar suara perempuan juga, Mas. Itu siapa?"["Perempuan? Itu... pegawai hotel yang ngantar makanannya, Nayya."] Suara Liam terdengar seperti memaksa, mencoba menutup sesuatu. "Mas Liam gak bohong kan?"["Iya sayang. Aku gak bohong."]"Ya udah, aku mau video call."Liam terdiam sejenak setelah mendengar permintaan Nayya. Suaranya terdengar semakin tegang ketika akhirnya menjawab, ["Sayang, di sini sinyalnya agak susah kalau buat video call."]"Tapi aku penasaran siapa yang ada di kama

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-04

บทล่าสุด

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 96

    Ciuman itu berlangsung beberapa detik, tapi bagi Cintya, rasanya seperti putaran waktu yang berhenti. Semua emosi menumpuk: rindu, amarah, cinta, juga rasa bimbang.Saat bibir Liam masih menempel di bibirnya, ada satu sisi dalam dirinya yang ingin larut sepenuhnya… tapi sisi lain menjerit untuk menyadarkannya.Dengan cepat, Cintya menarik diri. Nafasnya tersengal, dadanya naik turun menahan gelombang perasaan yang membuncah.“Liam...”Liam menatapnya, matanya masih menyimpan hasrat dan harapan. “Aku tau kamu juga menginginkannya."Cintya menatap lantai, suaranya nyaris berbisik. “I- itu gak bener.""Sampai kapan kamu mau berbohong?""Liam... aku—"Untuk kedua kalinya, bibir Cintya kembali di bungkam. Tapi kali ini bukan hanya sekedar ciuman saja. Liam dengan berani mengendus leher perempuan itu."Ahh..." Cintya mendesah akibat gigitan Liam. Belum lagi pijatan pria itu di salah satu gunung kembarnya, membuat seluruh tenaganya seolah lenyap tak bersisa."Liam... Jangan...""Ssst..." Lia

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 95

    "Aku akan ninggalin Nayya. Demi kamu aku bakal ninggalin Nayya, Cintya."Lagi-lagi, Liam mengucapkan hal yang sama. Kata-kata itu terus diulangnya, seperti mantra yang ingin ia yakinkan pada diri sendiri maupun pada Cintya.“Aku akan ninggalin Nayya. Demi kamu, Cin. Aku serius.”Cintya menghela napas panjang. Ia menatap wajah Liam yang penuh keyakinan itu, tapi di balik tatapan itu—ia melihat luka. Luka yang belum selesai. Luka yang bisa saja kembali melukai orang lain.“Cukup Liam! Cukup!” gumamnya lirih, nyaris seperti berbicara pada dirinya sendiri. "Lebih baik kita fokus sama masa depan masing-masing.""Tapi aku gak bisa ngelupain kamu. Kamu terlalu berarti buatku!" Liam menarik tangan mantan kekasihnya itu dan menggenggamnya erat. Tatapannya yang tampak putus asa itu sempat membuat Cintya goyah."Liam...""Aku mohon Cintya. Aku mohon banget sama kamu."Sebelum Liam sempat menjawab, ponsel Cintya kembali bergetar. Kali ini ia langsung mengangkatnya.“Halo?”Dari seberang, terdenga

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 94

    "Liam..."Merasa namanya dipanggil, Liam pun menoleh ke sumber suara. Tak jauh darinya, berdiri seorang wanita paruh baya dengan raut wajah tenang namun sorot matanya tajam penuh kekhawatiran. Widuri—ibunya—menatapnya tanpa senyum."Kita bisa bicara sebentar?" tanyanya, lembut tapi jelas.Liam berdiri, sedikit gugup. "Tentu aja Ma."Mereka berjalan dalam diam menuju ruangan sebelah. Begitu sampai di sana, Widuri langsung menatap putranya tanpa basa-basi.“Kamu yakin sama keputusan ini, Liam?”Liam menghela napas, lalu duduk. "Kalau Mama maksud soal pernikahan... ya, aku udah yakin."Widuri tetap berdiri, menyilangkan tangan. “Liam, dia itu umurnya masih jauh di bawah kamu. Belum lagi dia sebatang kara, keluarganya gak jelas kayak gimana. Kalau kamu ngerasa bertanggungjawab sama Nayya, kamu kan gak wajib buat nikahin dia. Kamu masih bisa melakukan hal lain."Pernyataan sang Mama, itu membuat Liam terdiam beberapa detik sebelum menjawab pelan, “Ma, Nayya gak punya siapa-siapa selain aku

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 93

    "Kalau aku harus ngertiin kamu terus, gimana sama aku, hah?!"Pertengkaran makin memanas. Nafas Cintya memburu, matanya memerah menahan air mata yang ingin pecah. Liam berdiri di hadapannya, masih mencoba menahan semua emosi yang menggelegak dalam dadanya.“Jawab aku, Liam!” bentak Cintya tiba-tiba. “Kamu bilang semua ini karena tanggung jawab, dan rasa bersalah kamu ke Nayya. Terus aku gimana? Apa kamu gak ngerasa bersalah padaku? Apa kamu gak kasian sama aku?"Liam terhenyak. Mulutnya terbuka, tapi tak ada kata yang keluar. Wajahnya menegang.Cintya melangkah mendekat, tatapannya menusuk. "Kamu lupa sama impian kita dulu? Kita akan menikah setelah dapat pekerjaan baik, bangun rumah tangga harmonis, hidup bahagia sampai tua. Apa kamu lupa impian kita itu?""Tapi Nayya sebatang kara, Cintya. Kasian dia. Toh— pernikahan ini hanya sementara. Aku akan segera ceraikan dia setelah Nayya bisa hidup mapan."Cintya menatap Liam dengan wajah hancur, air matanya mulai jatuh satu per satu. Ia me

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 92

    "Kamu gak bohong kan?" tanya Nayya dengan mata berkaca-kaca. Seolah ia menaruh banyak harapan pada pria di depannya.Liam menghela napas panjang, lalu menarik Nayya ke dalam pelukannya. Gadis itu diam, hanya membiarkan dirinya tenggelam dalam dekapan hangat yang selama ini menjadi satu-satunya tempat ia merasa aman."Aku gak bohong, Nayya," bisik Liam dengan suara lirih. "Aku udah janji sama Tante Dewi… aku bakal jagain kamu, sampai kapanpun."Nayya terdiam, matanya kembali berkaca-kaca. Pelukan Liam terasa begitu tulus, dan untuk sesaat, ia merasa semua luka bisa perlahan disembuhkan."Aku takut kehilangan lagi, Liam," gumamnya. "Tante Dewi satu-satunya keluarga yang aku punya… dan sekarang aku cuma punya kamu."Liam merapatkan pelukannya, seolah tak ingin membiarkan Nayya jatuh lagi. "Kamu gak sendiri. Selama aku masih bisa bernapas, kamu gak akan pernah sendiri."Nayya memejamkan mata. Tangisnya akhirnya pecah dalam diam. Ia tahu, kata-kata Liam bukan sekadar janji kosong. Tapi ia

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 91

    "Liam... kamu ingat janji kamu ke tante, kan?" Liam menelan ludah. Dada terasa sesak. Ia tahu ke mana arah pembicaraan ini. "Kamu janji bakal jaga Nayya selamanya... dan aku ingin melihat kalian menikah sebelum aku pergi." Ruangan terasa semakin sunyi. Nayya terkejut, matanya membesar. "Tante, kenapa tiba-tiba bicara seperti ini?" Dewi tersenyum lembut. "Karena Tante ingin kamu bahagia, Nay. Tante ingin kamu punya seseorang yang bisa selalu menjagamu... dan aku percaya Liam adalah orang yang tepat." Liam menunduk, hatinya kacau. Janji yang dulu ia buat saat masih dipenuhi rasa bersalah, kini kembali menghantuinya. Ia teringat Cintya. Wajahnya, suaranya, harapannya. Namun, di saat yang sama, ia juga melihat Nayya. Perempuan yang sudah melalui banyak hal karena kesalahannya. Gadis yang selama ini ia lindungi,

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 90

    Cintya menggigit bibirnya, matanya kembali memerah. "Berapa lama aku harus menunggu, Liam?" Liam tidak bisa menjawab. Ia tidak tahu. Cintya tersenyum pahit, lalu menarik tangannya dari genggaman Liam. "Aku gak tahu apakah aku bisa menunggu atau tidak." Liam tidak bisa membiarkan Cintya pergi begitu saja. Ia segera berdiri dan mengejarnya keluar restoran. Langkahnya cepat, penuh dengan kegelisahan yang menghantui pikirannya. "Cintya!" panggilnya saat melihat wanita itu berjalan menuju mobilnya. Cintya berhenti, tapi tidak langsung menoleh. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya membalikkan badan. Matanya masih menyiratkan luka dan keraguan. "Apa lagi, Liam?" suaranya terdengar lelah. Liam mendekat, kali ini tanpa ragu. "Aku tahu aku sudah banyak mengecewakan kamu, dan aku tahu ini gak adil buat kamu. Tapi, aku serius, Cintya. Aku gak mau kehilangan kamu."

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 89

    Malam itu di salah restoran. Liam duduk di kursi berhadapan dengan Cintya, mantan kekasihnya. Wanita itu tampak cantik dalam balutan gaun hitam, tetapi ekspresinya penuh amarah dan kekecewaan. Sejak tadi, Cintya belum mengucapkan sepatah kata pun, hanya menatapnya tajam. Akhirnya, ia berbicara. "Aku gak habis pikir, Liam." Suaranya dingin. "Setelah sekian lama gak ada kabar, sekarang aku dengar kamu sibuk merawat perempuan lain?" Liam menatapnya dengan ekspresi datar. "Ini bukan seperti yang kamu pikir, Cintya. Lagipula dia bukan orang lain. Dia—" "Dia korban kecelakaan waktu itu kan? Aku tau kok." Perempuan itu menyandarkan punggungnya ke kursi, melipat tangan di depan dada. "Yang gak habis pikir, kenapa kamu sampai rela menghabiskan banyak waktu untuk dia sampai melupakanku." Liam mengepalkan tangannya di bawah meja. "Aku gak bermaksud buat lupain kamu. Aku hanya sedang mempertanggungjawabkan semua kesalahanku ke Nayya

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 88

    Liam duduk di sofa kecil di dekat ranjang, menatap Nayya yang sedang tertidur. Gadis itu masih terlihat lemah, meskipun kondisinya jauh lebih baik dibandingkan saat pertama kali sadar dari koma. Nafasnya tenang, dadanya naik turun perlahan di bawah selimut putih yang menutupi tubuhnya. Sudah beberapa bulan berlalu, dan sejak saat itu, Liam hampir tidak pernah meninggalkan Nayya. Ia yang menggantikan perban luka di lengannya, membantunya berjalan saat fisioterapi, dan menyuapinya saat Nayya masih terlalu lemah untuk makan sendiri. Setiap hari, tugas Liam adalah menjaga dan merawat gadis itu. Seperti pagi tadi— "Pelan-pelan, Nay." Liam berdiri di sampingnya, satu tangan memegang lengan gadis itu, sementara tangan satunya berada di punggungnya, menopang tubuhnya agar tidak terjatuh. Mereka sedang berjalan di taman belakang rumah, udara sejuk menyelimuti pagi itu. Nayya mengerutkan kening, fokus pada langkahnya. Ia masih merasa canggung dan tidak stabil, tapi dengan Liam di sis

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status