Share

Bab 27

Penulis: CH. Blue Lilac
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-27 19:11:53

Galen melangkah dengan santai ke arah meja kecil di sudut kamar. Wajahnya tenang tanpa ekspresi bersalah sedikit pun, sementara Nayya berdiri terpaku, tubuhnya tegang.

“Saya ke sini untuk membawakan makan siang anda dan Nona.” Galen menunjuk ke arah nampan yang berisi makanan yang tadi ia bawa.

Liam mengerutkan dahi. “Oh begitu ya. Harusnya kamu tidak perlu repot-repot."

“Mohon maaf, Tuan. Saya hanya melakukan perintah Nona Nayya," jawab Galen dengan nada profesional. Ia melihat ke arah perempuan cantik yang masih meloading semua kejadian ini.

Nayya mendekati suaminya begitu sang suami melihatnya. Seolah meminta penjelasan. Ia tersenyum sambil merangkul pria itu. "Aku tau kamu capek, Mas. Jadi daripada bolak-balik ke bawah, mending kita makan di sini."

Liam melihat ke arah istrinya dan mengusap pipi perempuan itu. "Bener juga apa yang kamu bilang." Ia tersenyum lembut. Sementara Nayya langsung menghela nafas penuh rasa lega.

"Kal
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 28

    Malam itu, Nayya menyajikan makan malam di meja dengan tampilan sempurna. Aroma masakan yang menggugah selera memenuhi ruangan, namun suasana hatinya tidak sehangat makanannya. Tak berapa lama, Liam muncul dari ruang kerja dengan wajah lelah, tanpa menyadari perubahan suasana hati istrinya."Kamu udah selesai Mas?" tanya Nayya, berusaha terdengar ramah.Liam mengangguk. "Iya, maaf ya, Sayang. Bukannya fokus buat sama kamu, aku malah harus ngurusin kerjaan." Ia menghampiri Nayya dan merangkul pinggangnya.Nayya tersenyum tipis, meski dalam hati ia merasa kecewa. "Ya udah sih Mas. Mau gimana lagi."Liam mengecup pelipis istrinya. "Kamu masak apa?""Sup Iga kesukaan kamu, Mas," jawab Nayya sambil melihat ke arah sang suami. "Kamu mau makanan sekarang?""Boleh. Tapi kamu juga makan."Nayya mengangguk. "Ya udah, ayo makan sama-sama."Mereka duduk berhadapan di meja makan. Liam mulai makan setelah Nayya menyiapkan semuanya. Setelah beberapa suap makanan, Liam menatap Nayya sambil tersenyum

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 29

    "Kamu kenapa murung gitu?""Aku cuma kepikiran sesuatu Mas." Ia menatap suaminya. Sorot matanya terlihat sendu."Apa?""Aku penasaran, sekertaris kamu yang baru itu ikut apa enggak?""Sekertaris?" Liam mengangkat kedua alisnya. Pertanyaan Nayya barusan membuat dia terkejut. "Oooh— Maksud kamu Cintya?"'Oh, jadi namanya Cintya.' Nayya mengangguk. Membenarkan pertanyaan suaminya. "Iya."Liam duduk di samping istrinya. Ia memijat paha istrinya sambil melihat langsung ke arah wanita itu. "Dia gak ikut sayang."Nayya kaget tapi juga merasa senang ketika mendengarnya. "Serius Mas?!""Iya. Aku pergi ke sana sama beberapa tim, tapi dia gak ikut karena harus bantu Revan di kantor," terang Liam dengan begitu lancarnya.Perempuan dengan gaun satin warna merah itu tersenyum lega. Kekhawatiran yang dia rasakan beberapa saat lalu seketika lenyap. "Syukur deh kalau dia gak ikut. Aku jadi ngerasa lega."Liam menautkan jarinya di sela-sela jari Nayya dan memberikan kecupan singkat di punggung tangan p

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 30

    Perjalanan ke bandara terasa cukup hening. Nayya duduk di samping Liam di kursi belakang, sementara Galen mengemudi dengan fokus. Sesekali, Nayya melirik Liam, seolah mencoba merekam wajah suaminya sebelum mereka berpisah untuk waktu yang cukup lama. Bahkan dia tanpa ragu merangkul lengan pria itu tanpa mempedulikan lirikan Galen yang tertuju padanya.Liam sendiri terlihat tidak keberatan dengan sikap manja sang istri. Dia juga sesekali memberikan kecupan di punggung tangan Nayya tanpa sungkan.Sekitar 1 jam, ketiganya sampai di bandara. Galen turun lebih dulu dan membantu sang Bos membawa kopernya. Setelah itu ia mengikuti Nayya dan Liam yang berjalan lebih dulu di depannya.Di depan pintu keberangkatan, Nayya berdiri mematung sejenak, menatap Liam dengan ekspresi yang sulit diartikan. “Mas, hati-hati di sana ya! Jangan terlalu memforsir diri kamu! Jangan sampai telat makan, jangan lupa istirahat dan jangan lupa ngasih aku kabar!"Liam tersenyum sambil membelai pipi Nayya dengan lemb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 31

    "Benar juga apa yang Nona katakan. Daripada memikirkan Tuan Liam, bukankah lebih baik kita membuat planning supaya anda cepat hamil, ya kan Nona?"Nayya menggigit bibir bawahnya, mencoba menenangkan dirinya setelah mendengar ucapan Galen yang membuat darahnya naik. Ia memalingkan wajah, berusaha tidak terpancing lebih jauh oleh komentar pemuda itu. Tapi, seperti biasanya, Galen terus mencoba memancingnya."Apa kita harus ke luar kota, Nona?" Galen bertanya dengan nada menggoda yang tidak terlalu kentara. "Saya baca di internet suasana bercinta yang baru bisa meningkatkan seksualitas.""GALEN!!" sergah Nayya dengan emosi. "Mending aku pulang naik taksi kalau kamu bicara aneh-aneh kayak gitu," ancamnya dengan nada dingin."Rileks Nona! Rileks!"Nayya menggeram. Demi Tuhan dia ingin sekali memecat pemuda itu. Rasanya dia muak sekali dengan Galen.Sesampainya di rumah, Nayya langsung keluar dari mobil dengan langkah cepat, meninggalk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 32

    Nayya terus memperhatikan Galen dengan tatapan waspada, meski perlahan-lahan rasa skeptisnya mulai pudar.Pemuda itu terlihat begitu cekatan dan percaya diri di dapur. Ia mengeluarkan bahan-bahan yang ada di kulkas dan mulai mengolahnya."Kamu masak apa?""Udang.""Udang?" Nayya bertanya sambil menyandarkan tubuhnya di kursi, mencoba menyembunyikan rasa penasaran. "Mau dimasak apa?""Udang mentega."Nayya tergelak. "Emang kamu bisa?""Kalau saya gak bisa, mana mungkin saya masak ini." Galen dengan teliti membersihkan udang berukuran besar itu dari kotorannya.Setelah mencuci udang tadi hingga bersih. Dia mulai memanaskan wajan dengan sedikit mentega, membiarkan aroma gurih menyebar di dapur. Setelah itu, ia memasukkan bawang putih cincang dan membiarkannya layu, mengisi udara dengan wangi yang menggugah selera.Nayya, meskipun masih sibuk memperhatikan Galen. Pemuda itu cukup cekatan saat memasak. 'Baunya harum,' ucap Nayya dalam hati.“Sedikit lagi selesai, Nona,” kata Galen, menyad

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 33

    "Imbalan buat saya mana, Nona?""Imbalan?" Nayya mengernyit, memiringkan kepala, menatap Galen dengan tatapan tidak percaya. "Nanti ya, pas akhir bulan,” balasnya sambil melipat tangan di dada.Galen menyeka tangannya dengan lap kering, langkahnya santai mendekati meja. “Jangan pura-pura tidak mengerti maksud saya, Nona." Pemuda itu mendekat ke arah Nayya. Langkahnya pelan tapi konstan.Sebaliknya, Nayya mundur selangkah, mendengus kecil. “Ngapain kamu? Stop! Jangan deket-deket aku!"Tapi Galen tetap mendekat. Langkahnya pelan, penuh percaya diri. Tatapan matanya terfokus pada Nayya, seperti sedang menikmati bagaimana ia membuat perempuan itu gelisah. “Kenapa, Nona? Takut?” katanya, sudut bibirnya melengkung membentuk senyum jahil. "Padahal imbalannya cukup mudah."Nayya menyipitkan matanya, mencoba terlihat tidak peduli, meskipun jantungnya mulai berdetak lebih cepat. Ia tahu betul apa yang dimaksud sang bodyguard, tapi Nayya lebih memilih untuk pura-pura bodoh."Jangan aneh-aneh

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 34

    Keesokan paginya, Nayya bangun lebih awal dari biasanya. Setelah mandi dan berganti pakaian, ia turun ke dapur untuk sarapan. Namun, langkahnya terhenti ketika mendapati Galen sudah berdiri di sana, menyeduh kopi dengan santai, seolah tidak ada apa-apa yang terjadi malam sebelumnya.“Pagi, Nona,” sapa Galen tanpa menoleh, suaranya terdengar santai namun mengandung nada menggoda. Nayya mendengus pelan, mencoba terlihat tidak peduli. “Ini masih pagi Galen! Jangan membuatku kesal!"Galen menoleh, matanya yang tajam langsung menangkap wajah Nayya yang berusaha keras terlihat tenang. Ia tersenyum kecil sambil menyerahkan cangkir kopi ke arah Nayya. “Mungkin kopi ini bisa membantu meredakan emosi Anda.”Nayya hanya menatap kopi yang berada di tangan Galen dan berkata, "Taruh aja di meja sana. Aku masih ada urusan.""Nona mau pergi?" tanya Galen saat menyadari jika Bosnya itu sudah berpenampilan rapi. Bahkan Nayya juga sudah siap dengan tas jinjing kecil dan laptop di kedua tangannya."Aku

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 35 (21+)

    Nayya melangkah ke ruangannya, mencoba mengabaikan perasaan tidak nyaman karena Galen. Begitu pintu tertutup, ia duduk di kursi dan menghela napas panjang. Perempuan itu merasa jengah.Tangannya meraih ponsel di meja. Ia membuka aplikasi pesan dan mencari nama Liam, suaminya. Tidak ada pesan baru. Nayya menggigit bibir bawahnya, perasaan kecewa mulai merayap. Sejak kemarin, Liam hanya mengirim satu pesan untuknya. Itu pun cuma kabar kalau dia sudah sampai di hotel tempatnya menginap."Mas Liam lagi apa ya?""Kenapa dari kemarin gak kirim chat ke aku?""Padahal kemarin janji mau standby kalau lagi gak sibuk. Sekarang dia malah kayak ngilang di telan bumi."Nayya tak berhenti mengeluh. Rasanya kesal sekali karena Liam tidak menepati janjinya."Mending aku chat duluan aja deh."Dengan hati-hati, Nayya mengetik pesan. "Mas, kamu lagi apa? Udah sarapan belum? Dari kemarin kamu gak balas chat aku. Telfonkujuga gak diangkat. Emang sesibuk itu ya di sana?"Dengan sekali ketik, Nayya mengirimk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03

Bab terbaru

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 73

    Nayya menutup mulutnya dengan kedua tangan, matanya mulai berair. Ini seperti mimpi. Selama bertahun-tahun ia mencoba, menahan segala rasa sakit—baik secara fisik maupun emosional. Berulang kali ia menghadapi tatapan iba, sindiran, bahkan tuduhan. Dan kini, dokter mengatakan bahwa ia hamil? Liam yang duduk di tepi ranjang masih menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Namun, kali ini tidak ada lagi pertanyaan atau kecurigaan di wajahnya. Yang ada hanya keterkejutan yang sama seperti yang dialami Nayya. "Kamu beneran... gak bohong?" suara Nayya nyaris bergetar, masih tidak percaya. Liam tersenyum kecil. "Dokter yang bilang, sayang. Aku juga sama kagetnya seperti kamu." Air mata akhirnya jatuh di pipi Nayya. Ia tidak bisa menahannya lagi. Bahagia, lega, dan juga perasaan tidak percaya bercampur menjadi satu. Ia menangis dalam diam, mengingat segala rasa sakit yang selama ini ia pendam. "Ternyata… selama ini aku tidak mandul," gumamnya di antara isak tangis. "Semua tudu

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 72

    Setelah mendengar kabar dari dokter, Liam keluar dari ruang perawatan dengan langkah gontai. Kepalanya terasa penuh, pikirannya berantakan. Kabar kehamilan ini seharusnya menjadi kebahagiaan terbesar dalam hidupnya—sesuatu yang selama ini ia dan Nayya perjuangkan bersama. Tapi kenapa justru ada perasaan aneh yang menyelip di dadanya? Ia berdiri di depan jendela besar rumah sakit, menatap keluar tanpa benar-benar melihat pemandangan di depannya. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, pikirannya terus memutar pertanyaan yang tak bisa ia abaikan. Bagaimana mungkin Nayya bisa hamil? Itu sangat mustahil.'Apa jangan-jangan Nayya bohong? Dan sebenarnya dia berhenti mengonsumsi obat itu?''Kalau memang Nayya berhenti minum, wajar jika dia hamil. Tapi kemarin dia bilang—'"Anda kenapa Tuan? Kenapa anda terlihat tidak bahagia?" Liam tersentak dari lamunannya. Ia menoleh dan mendapati Galen berdiri di dekatnya, wajahnya tenang seperti biasa, tetapi sorot matanya terlihat agak berbeda.L

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 71

    Di dalam mobil yang melaju kencang menuju rumah sakit, suasana terasa begitu tegang. Galen yang duduk di kursi pengemudi menekan pedal gas lebih dalam, matanya fokus ke jalan, tapi pikirannya sepenuhnya tertuju pada wanita yang kini terbaring lemah di pelukan Liam. Liam, yang duduk di kursi belakang, memangku Nayya dengan hati-hati. Tangannya menggenggam erat jemari istrinya yang terasa dingin. Wajahnya pucat, napasnya masih lemah, dan itu cukup membuat dada Liam terasa sesak. “Nayya...” bisiknya, menyelipkan rambut istrinya yang berantakan ke belakang telinga. Namun, Nayya tetap diam, tak merespons. Liam menghela napas panjang, lalu menunduk, mengecup dahi istrinya dengan penuh kasih. "kamu tahan sebentar ya!"Galen melirik sekilas dari kaca spion. Rahangnya mengeras saat melihat bagaimana Liam memperlakukan Nayya dengan begitu lembut—dengan kepedulian yang seharusnya membuatnya lega. Tapi entah kenapa, ada sesuatu di dalam dadanya yang terasa panas. CEMBURU.Galen tahu tempa

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 70

    "Kamu menolak Safira kemarin, karena ada calon lain?"Liam mengepalkan tangannya. Ia bisa melihat luka di mata Nayya, dan itu membuat dadanya terasa sesak. "Sayang, dengar dulu!"Nayya tertawa kecil, tapi terdengar pahit. "Aku gak perlu dengar lagi, Mas. Aku udah dengar cukup banyak tadi." Ia menunduk, menggigit bibirnya, berusaha menahan air matanya. Liam merasa panik. Ia menggenggam lengan istrinya dengan lembut. "Dengar aku, aku gak ada niatan untuk menikah lagi. Dan calon— calon apa sayang?! Aku gak punya wanita lain kecuali kamu. Tolong jangan salah paham! Aku bicara begitu karena Mama terus saja memancingku!"Nayya menepis tangan Liam dengan kasar, air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan lagi. Dadanya terasa sesak, seolah-olah ada sesuatu yang menghimpitnya dengan begitu kuat.“Kamu bohong…” suaranya bergetar penuh luka. “Kamu bilang kamu setia… Kamu bilang aku satu-satunya untuk kamu… Tapi ternyata?” Nayya tertawa kecil, terdengar getir. “Ternyata ucapan kamu cuma omong kosong,

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 69

    Liam sudah siap menyambut istrinya. Namun ternyata yang datang justru adalah sang Mama."Mama? Mama kok bisa ke sini?"Bu Widuri tak menjawab. Ia berjalan dengan gaya tegas ke arah putranya dan duduk di kursi tepat di hadapan putranya. "Mama mau bicara sama kamu.""Soal Safira?" tembak Liam tepat sasaran.Bu Widuri menatap putranya tajam. “Jadi, kenapa kamu menolak, Liam? Safira itu perempuan baik. Dia sudah lama dekat dengan keluarga kita, dan Mama yakin dia bisa menjadi istri yang baik buat kamu.”Liam menghela napas pelan, menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Ma, aku gak tertarik untuk menikah lagi.” “Kenapa?” Bu Widuri menatapnya dengan ekspresi serius. “Apa kamu gak ingin punya anak? Mama tau di dalam hati kamu yang paling dalam, sebenarnya kamu juga mau kan punya anak? Kalau kamu menikah lagi, peluang kamu untuk punya anak lebih besar.” Liam menatap ibunya dalam diam. Ada banyak hal yang ingin ia katakan, tapi ia memilih merangkai kata-katanya dengan hati-hati.“Aku memang ingin

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 68

    Cintya mengangguk, namun dalam hatinya, ia sedikit senang melihat Liam tampak kesal saat pria lain memujinya. "Kamu cemburu?"Liam melihat ke arah wanita itu. Tatapannya masih sama tajamnya dengan yang sebelumnya. "Apa perlu aku harus menjawab pertanyaan kamu itu?"Cintya mendesah panjang. "Kan aku cuma memastikan."Liam mendengkus. Ia memilih untuk membuka laptopnya dan mulai mengerjakan laporan.Cintya mengamati Liam yang sibuk dengan laptopnya. Bibirnya sedikit melengkung, merasa senang karena berhasil mengusik pria itu meskipun hanya sedikit.“Aku heran,” gumamnya pelan. Liam tak menoleh, tapi dia berhenti mengetik. “Heran soal apa?” “Soal kamu. Katanya tidak cemburu, tapi jelas-jelas sikap kamu tadi nunjukin hal sebaliknya.” Liam menghela napas, menutup laptopnya dengan satu tangan. “Cintya, kalau aku benar-benar cemburu, aku gak akan diam saja. Aku bukan tipe pria yang suka basa-basi.” Cintya menatapnya, mencoba menebak apakah Liam serius atau hanya ingin mengakhiri pemb

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 67

    Liam baru saja masuk ke dalam ruang kerjanya dengan wajah suntuk dan tak bersemangat. Pikirannya masih dipenuhi kejadian semalam, pertengkarannya dengan sang ibu, dan kekhawatiran terhadap Nayya. Ia tahu istrinya sedang berusaha bersikap kuat, tetapi Liam juga sadar bahwa dalam hatinya, Nayya terluka. Saat ia meletakkan tas kerjanya di meja, sebuah suara lembut namun menggoda menyapanya. "Pagi, Pak Liam. Anda terlihat tidak bersemangat hari ini. Ada yang bisa saya bantu?" suara itu berasal dari Cintya, sekretaris pribadinya yang terkenal dengan kecantikan dan pesona yang sulit diabaikan. Liam menghela napas dan mengusap pelipisnya. "Pagi, Cintya. Aku hanya sedikit lelah. Banyak hal yang terjadi kemarin." Cintya berjalan mendekat, membawa secangkir kopi yang masih mengepul. "Mungkin kopi ini bisa sedikit membantu?" katanya sambil tersenyum, meletakkan cangkir itu di meja Liam dengan gerakan anggun. Liam menatapnya sejenak sebelum akhirnya mengambil cangkir itu. "Terima kasih."

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 66

    Selama perjalanan, Nayya tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya. Matanya sesekali melirik ke arah Liam yang tetap fokus menyetir. Ia tahu bahwa Widuri tidak akan tinggal diam setelah kejadian malam ini. "Mas, Mama tadi kelihatan sangat marah. Aku jadi gak enak ama dia," ucap Nayya dengan suara pelan. Liam menghela napas dan menggenggam tangan istrinya, mencoba meyakinkannya. "Jangan khawatir, Sayang. Aku ada di sini. Mama memang keras kepala, tapi dia tidak bisa mengubah keputusan yang sudah aku buat. Kamu istriku, dan itu tidak akan berubah." Nayya tersenyum tipis, meskipun hatinya masih diliputi kecemasan. Ia tahu Liam berusaha menenangkannya, tapi ia juga paham betul bagaimana sifat Widuri. Mertuanya itu tidak akan menyerah begitu saja. "Tapi aku agak khawatir." Liam menghela nafas panjang sebelum melanjutkan. "Nanti kalau suasana sudah kondusif, aku akan bicara ke Mama." "Kamu yakin?" "Iya sayang. Kamu tenang aja ya! Aku yakin marahnya Mama cuma sementara." Setiba

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 65

    "Aku menghormati Mama, tapi aku tidak bisa diam saja kalau seseorang berusaha merusak rumah tanggaku."Safira tersentak mendengar kata-kata itu, tapi ia dengan cepat mengendalikan ekspresinya dan tersenyum lembut. "Nayya, kamu salah paham. Aku tidak punya niat seperti itu. Aku hanya senang bertemu dengan Liam setelah sekian lama. Tidak lebih.""Benarkah?" Nayya menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap wanita itu dengan tatapan penuh selidik. "Lucu sekali, karena selama makan malam ini, aku tidak melihat kamu berbicara tentang hal lain selain betapa luar biasanya suamiku dan bagaimana kalian memiliki banyak kesamaan."Widuri menepuk meja dengan sedikit keras, suaranya mulai meninggi. "Cukup, Nayya! Kamu tidak perlu bersikap seperti ini di depan tamu Mama."Liam yang sudah muak dengan situasi ini akhirnya ikut berbicara. "Ma! Aku tidak suka arah pembicaraan ini. Aku datang ke sini untuk makan malam keluarga, bukan untuk dipertemukan kembali dengan seseorang dari masa lalu. Aku sudah meni

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status