5. Pemandangan Mengejutkan

Kayden menutup pintu kamar lalu menguncinya. Lea yang melihat hal itu lantas melangkah mundur. Wajahnya panik sekaligus waspada saat pria tinggi itu melangkah mendatanginya.

“Berhenti! Jangan mendekatiku!” seru Lea dengan suara tegas. Salah satu tangannya terulur ke depan agar Kayden tidak mendekatinya.

Namun, Kayden sama sekali tak menggubris peringatan wanita itu, seolah kata-katanya hanya angin lalu. Kakinya yang panjang melangkah dengan mantap, tatapannya tajam memancarkan aura mengintimidasi, membuat Lea semakin melangkah mundur ketakutan.

“Aku mohon, pergilah dari sini sekarang.” Lea menempelkan kedua tangannya. “Noah sedang menungguku di bawah. Kamu bisa lihat sendiri penampilanku sekarang, Noah yang memberikan gaun ini dan menyuruh penata rias datang. Kami akan pergi berkencan. Tolong jangan buat masalah.”

Kayden mendadak menghentikan langkahnya. Senyum kecil penuh cemooh tersungging di bibirnya. “Noah?” ulangnya dengan nada sinis. “Kamu benar-benar percaya Noah peduli sejauh itu padamu? Penata rias, gaun cantik … semua itu dariku, Lea.”

Lea mengernyitkan kening, mencoba mencerna kata-kata yang baru saja Kayden ucapkan. “Jadi, ini semua darimu?”

Kayden tidak menjawab langsung. Dengan langkah lebar, ia tiba di depan Lea hanya dalam hitungan detik. Kedua tangannya bergerak dengan cepat melingkari pinggang ramping wanita itu.

“Hanya aku yang akan melakukan semua ini untukmu, Lea Rose,” bisiknya tepat di telinga wanita itu.

Lea memejamkan mata sejenak, mencoba memahami segalanya. Saat ia membuka mata, Kayden sudah melepaskan pelukannya dan berdiri di depan pintu sambil menyeringai seperti biasanya.

“Kita berangkat sekarang,” kata Kayden.

Napas Lea terdengar berat sementara wajahnya tampak merah. “Kamu tidak bisa seenaknya bersikap seperti ini padaku!” ucapnya marah.

Kayden berhenti di ambang pintu dan menoleh, tatapannya berubah dingin. “Tentu saja aku bisa melakukannya, Lea Rose! Kamu tahu kenapa? Karena aku punya rahasia kecil yang tidak kamu inginkan siapa pun mengetahuinya.”

Lagi-lagi ancaman itu. Lea tidak mengerti mengapa Kayden terus-terusan mengungkit hal tersebut. Hal itu murni hanya sebuah kesalahan, bukan karena Lea sengaja ingin tidur di atas ranjangnya.

“Itu hanya kecelakaan! Kamu jelas mengetahui itu.”

Kayden tersenyum miring. “Tapi dunia tidak akan peduli, Lea. Bayangkan apa yang akan Noah atau keluargamu lakukan kalau mereka tahu.”

Lea tidak mampu menjawab. Ia hanya bisa menatap pria itu dengan kebencian. Pada akhirnya Lea tak memiliki pilihan dan mengikuti Kayden keluar dari kamar. Dengan hati-hati Lea menuruni anak tangga agar tidak ketahuan Noah.

“Berjalanlah seperti biasa,” kata Kayden dingin. “Tidak ada siapa pun di villa ini selain kita. Noah sedang bersenang-senang di tempat lain.”

Lea ragu sejenak sebelum akhirnya melangkah menuju kamar Noah, lalu mengetuknya. Ia ingin memastikan jika Noah benar-benar tidak ada seperti yang Kayden katakan barusan.

“Dasar bodoh! Untuk apa kamu mengetuk pintu kamarnya? Bagaimana jika aku berbohong? Bukankah kamu yang akan ketahuan?” cetus Kayden keheranan.

Lea tertegun sejenak mencerna kata-kata Kayden. Apa yang pria itu katakan memang ada benarnya.

“Lihatlah wajah bodohmu itu. Cepat ikuti aku!” titah Kayden lalu memimpin jalan di depan.

Lea mengikuti Kayden menuju mobil. Meski ada setumpuk pertanyaan memenuhi isi pikirannya sekarang, Lea tidak sanggup mengeluarkan pertanyaan itu hingga ke mulutnya.

Kayden meminta Lea masuk ke dalam mobil dan duduk di depan. Roda mobil bergerak keluar dari halaman villa menuju ke suatu tempat. Kurang dari tiga menit kemudian, mereka tiba di tempat tujuan.

Lea turun dari mobil sambil terperangah melihat villa yang berdiri megah di hadapannya. “Mengapa kita ke mari?” tanyanya.

Kayden tetap diam dan terus melangkah masuk. Dengan wajah cemberut Lea mengekori pria itu seperti sebelumnya. Begitu mereka tiba di dalam, pria itu tiba-tiba berbalik.

“Naiklah ke lantai dua,” titahnya.

Kedua kening Lea lantas mengernyit. “Ada apa di lantai dua?” tanyanya ragu.

Kayden menatapnya dengan tatapan tajam. “Kubilang naiklah ke lantai dua. Aku akan menyusulmu setelah mengambil sesuatu,” katanya tak ingin dibantah.

Dengan perasaan ragu, Lea pun memutuskan untuk menurut. Ia naik ke lantai dua dan sedikit terkejut saat melihat sebuah meja makan dengan berbagai macam hidangan di tengah-tengah ruangan. Namun belum sempat ia tersenyum, pandangannya tiba-tiba tertuju pada sesuatu di luar jendela.

Lea melangkah mendekat ke arah balkon dan kedua matanya sontak membelalak sempurna. Di villa seberang, ia melihat sepasang pria dan wanita sedang bercinta dengan penuh gairah. Tapi yang membuatnya terkejut hingga lututnya lemas adalah sosok pria itu.

“Noah?” gumam Lea dengan suara nyaris tak terdengar.