"Keluarkan sayang !!" seru Austin dan benar saja Bella menjerit dengan kuat bersama dengan pelepasannya. Austin pun bergerak semakin cepat membuat Bella kembali merasakan miliknya siap-siap untuk kembali meledak.
Austin pun menghentakkan tubuhnya dengan kuat, "Arghh!"
"Ahhh!!" lengkingan Bella kembali terdengar.
Austin menghentakkan tubuhnya beberapa kali hingga cairannya habis tak bersisa. Ia meraih wajah Bella dengan mulut yang masih terbuka mengambil oksigen.
"Euhm... Uhm..." Austin kembali mencium istrinya dengan mesra.
"Tadi sungguh luar biasa sayang, I love you istriku," bisiknya lembut dan mengecup kening istrinya.
"Bersamamu selalu terasa sungguh luar biasa sayang, I love you too.. suamiku..." balas Bella dan memeluk suaminya dengan mesra.
Austin tidak melepaskan istrinya dan membawa istrinya posisi yang sama. Mereka masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. "Duduk disini," ucap Austin pelan dan mendudukkan Bella di atas w
Kini mereka sudah tiba di gedung besar bernuansa putih. Kantor Bel's Factory telah di rombak total. Kini interior dan desainnya di dominasi dengan sentuhan warna putih dan kaca.Austin memakirkan mobilnya tepat di depan pintu masuk Lobby. Petugas keamanan langsung dengan siaga menghampiri Bos mereka. Austin membuka pintu lalu keluar, dan berlari kecil membuka pintu untuk istrinya. "Terima kasih Hubby," ucap Bella sambil tersenyum. Kemudian daddy tampan itu mengambil Arion dari car seat dan menggendong putra kesayangannya itu.Bella menghampiri suami dan anaknya. Lalu merangkul mesra lengan suaminya.Sudah rutinitas, Austin akan mengantar istrinya sampai di dalam ruangan kantornya.Mereka bertiga berjalan masuk, yang di susul oleh dua pengasuh untuk menjaga Arion selama bermain di kantor.Austin membuat satu ruangan khusus dengan fasilitas super lengkap untuk putra kesayangannya itu bermain. Dan playroom ini di buka bebas untuk seluruh staff yang ada di Bel's Factory.Begitu tiba di ru
"Tuan, ini ada beberapa dokumen yang harus di tanda tangani untuk kegiatan amal dari Harold Tower," ujar Ethan sambil memberikan map lainnya di atas meja Austin."Hmm, ok ! Lalu bagaimana kegiatan amal yang kemarin ?""Sudah selesai Tuan, Max sementara perjalanan pulang dari Wismar," sebut Ethan. Wismar merupakan salah satu kota yang terletak di pesisir laut Baltik, bagian utara Jerman.Austin pun mengangguk paham, bersyukur semua pekerjaan selalu bisa dia atasi dengan baik.Dua assistent kepercayaannya juga selalu sedia membantu dirinya dengan tanggap. Dahulu Max yang hanya menjadi bayangannya. Kini ikut mengemban pekerjaan yang ada di perusahaan. Karena perusahaan Edelmiro sejak dahulu melakukan kegiatan amal dengan rutin di beberapa kota kecil. Baik di sekitar Jerman maupun di beberapa negara lainnya. Seperti Afrika, palestina, dan masih banyak lagi. Jadi dirinya dan Max yang sering bergantian untuk menghadiri acara amal tersebut."Majukan meeting hari ini, dan selesai sebelum jam 1
"AKKKKKKK !!!!!!" Teriak keras Bella dan Della bersamaan begitu pintu di dobrak dengan keras dan mendengar makian yang menggema di seisi ruangan."Hubby ?" Bella terkejut melihat suaminya berada di depannya."Ethan ??" seru Della yang juga melihat suaminya berada di belakang Austin.Austin segera menghampiri istrinya, "Siapa yang menyakitimu sayang ?!" tanyanya dengan wajah serius.Della langsung menyingkir dari sisi atasannya dan menghampiri suaminya yang masih ada di depan pintu masuk."Ya ??" tanya Bella bingung.Pria itu langsung memeriksa seluruh tubuh istrinya. "Kamu tidak apa-apa ?" tanyanya lagi dengan raut wajah cemas.Di putarnya tubuh Bella dan kembali menatap lekat istrinya."Iya aku tidak apa-apa hubby," jawab Bella kebingungan."Bagaimana Tuan ??? Apa pelakunya tertangkap ?" seru para pengawal yang baru saja tiba. Lebih dari sepuluh orang berada di luar ruangan."Semuanya aman, kalian kembali ke posi
"Hmm, boleh sayang. Lalu Arion bagaimana ?" balas Bella yang kini sudah merangkul lengan Austin.Austin berpikir sejenak, "Ayo lihat jagoanku sebentar dan kita pergi berdua saja seperti biasa."Bella mengangguk setuju, "Ok Hubby!"Mereka berdua pun keluar dan melewati pintu yang sudah rusak itu."Hehhehe, pasti tim ruang 18 terkejut melihat pintu barunya, pffft," tawa kecil Bella.Bella kembali menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa suaminya itu mendobrak pintu sampai membuat pintu tersebut hancur di bagian kusengnya."Sayang, kamu benar-benar luar biasa kuat. Bagaimana bisa pintu itu rusak di depannya?”Austin mengangkut bahu,"Entahlah sayang, kalau seperti itu masih tidak ada apa-apanya." jawabnya dengan nada angkuh."Yeeey... Tadi aja panik," goda Bella mencubit pinggang keras suaminya."Sudah aku bilang berkali-kali. Apapun tidak lagi aku pikirkan jika tentang kamu sayang," balas Austin lembut dan di balas sen
"Bukannya di kantor sangat banyak pekerjaan ??" sambung pria tersebut.Bella meremas tangan suaminya.Austin tersenyum, "Iya—""Lalu bagaimana kontrak dengan salah satu perusahaan G, kamu saja yang hadiri ! Aku tidak bisa tinggalkan pekerjaan yang ada di kantor saat ini," sambungnya kemudian dengan wajah serius.Austin menghela nafas pelan, "Kontrak semuanya aman Steve, kamu bisa fokus bekerja di sini,""Oke !! Aku harap semua terkendali. Dan apa ini ? Apa ini kekasih baru mu lagi ??" sambung Steve menatap Bella yang tengah berdiri."Bukan, dia istriku," Austin tidak ingin berbohong untuk satu hal ini. Yang lainnya bisa. Namun untuk tidak mengakui istrinya sebagai orang lain itu tidak mungkin. Tidak peduli apapun yang terjadi."Wahhh ! Sejak kapan kamu menikah ! Dasar berengsek kau ! Pokoknya selamat ! Dia sangat cantik !" balas Steve dengan wajah terlihat kesal lalu tersenyum."Terima kasih Steve," balas Austin singkat."Sama-sama !" Kemudian Steve mengulurkan tangannya kepada Bella.
Richard tersenyum, "Aku akan terus memberikan hipnoterapi, dan yang terpenting cukup bersabar sampai Steve sendiri yang membuka hati dan menerima kenyataan untuk dirinya saat ini," jawabnya."Lalu bagaimana dengan Nick?" tanya Austin lagi."Kalau Nick sudah jauh lebih baik dan tetap masih dalam pengawasan, sudah dua minggu ini dia banyak membantu pekerjaan para perawat, aku rasa dia memiliki mental yang cukup kuat. Tapi ini tetap akan sangat berbahaya, karena orang seperti inilah yang sulit di tebak apa yang ada di isi hati terdalamnya," jelas Richard.Austin mengangguk mengerti, "Kamu tenang saja, keamanan Rumah Sakit ini juga sudah di bawah pengawasan pengawalku."Richard tersenyum paham, "Iya, terima kasih, Jadi kalian berdua tidak perlu terlalu memikirkan hal ini. Proses penyembuhan memang akan memakan waktu yang sangat panjang."Austin dan Bella mengangguk paham, "Hmm, baiklah. Kalau begitu aku percayakan Steve dan Nick padamu, mungkin bulan depan baru aku mampir ke sini lagi.""I
Setiba di kantor istrinya, Austin langsung mengantar wanita kesayangannya itu masuk ke dalam ruangannya."Kamu mau langsung kembali hubby??" Bella merangkul suaminya dengan manja.Austin tersenyum kemudian memeluk pinggang Bella dengan mesra dan mengusap lembut rambut istrinya. Dia sangat senang apabila istrinya itu bermanja-manja seperti ini."Ada apa sayang? Mau aku tinggal temanin kamu di sini?" tanya Austin dengan lembut.Bella memeluk suaminya dan menyandarkan pipinya ke dada bidang suaminya."Ck... Tidak sayang, kamu juga harus bekerja," ucap Bella pelan dan tertawa kecil."Aku tidak masalah kalau istriku ini meminta suaminya untuk menemaninya di sini," balas Austin dengan tertawa menggoda dan meremas salah satu bongkahan bawahnya dengan jahil.Tap!Bella menepuk pelan dada suaminya, "Ishh.. Hubby.." kemudian melepaskan pelukannya."Dasar mesum," sambung Bella dengan wajah cemberut."Hehhehe... Tunggu saja h
Austin menunggu para bawahannya untuk mencari informasi tentang wanita bernama Jennifer Reese itu.Untung saja, tadi pada saat dia bersama Bella di dalam ruangannya. Austin sempat melihat dokumen-dokumen yang ada di atas meja kerja Bella. Dan pada saat dia melihat daftar nama perusahaan pakaian yang akan ikut berpartisi dalam acara yang di selenggarakan istrinya. Dia melihat nama Jennifer Reese ada di dalam daftar tersebut.Sedangkan Fin dan Ken tengah membedah hasil rekaman cctv satu minggu dari Bel's Factory.Suara ketikan keyboard dan mouse terus terdengar. Dua bawahannya itu tengah terlihat sibuk."Max, atur pengamanan untuk besok. Aku ingin membawa Bella dan Arion ke Villa," ujar Austin."Villa yang mana Tuan?""Yang di tepi pantai," sahut Austin."Baik Tuan," jawab Max kemudian izin pamit untuk menghubungi beberapa bawahannya.Tap tap tap"Tuan ini semua adalah informasi yang kami dapatkan untuk wanita bernama Jenn
Ludwig tersenyum dan terkekeh. “Jadi? Mau berhenti sampai di sini?” Elle memicingkan matanya, “Tidak!! Tentu saja tidak sayang!Aku akan menahannya…” Ludwig tersenyum sumringah dan berbisik, “Aku juga tidak berniat untuk berhenti sayang…” ucapnya seduktif. Blush! Wajah Elle merona. “Aku mulai sayang?” bisik Ludwig dengan lembut dan di angguki oleh Elle. Pria itu kembali melumat bibir ranum kekasihnya. Sedangkan boanya mulai mencari sarangnya di bawah sana. Sesuai yang ia duga. Sarang untuk boanya terlalu sulit untuk di tembus. Hingga ia harus turun kembali dan memberikan sesapan dan jilatan di bawah sana hingga basah. Dan kembali memposisikan dirinya. Elle terus mendesah atas perlakuan Ludwig yang begitu menggairahkan. “Acckk…” jeritnya beberapa kali saat Ludwig berusaha menembus meiliknya di bawah sana. Hingga dia dapa merasakan kepala boa kekasihnya itu berada di antara bibir miliknya. Ludwig yang tahu posisi nya itu perlahan mendorong masuk. “Akh sakit… “ringis Elle kesakita
“Kamu begitu cantik dan seksi sayang…” ucap Ludwig dan kembali mencumbu kekasihnya itu dengan begitu liar. Ciuman yang begitu intim dan saling berbalas. Saling melumat dan mengecap yang membangkitkan gairah kedua sejoli ini. Tangan Ludwig kembali mengusap lembut bagian perut rata kekasihnya, naik ke payudara Elle dan memilin putingnyanya, mengusap pipi merona kekasihnya dengan begitu khidmat. Tangan Elle pun tidak tinggal diam begitu saja. Wanita cantik itu terus membelai dan mengusap otoy lengan, otot punggung dan dada kekasihnya itu. Dengan satu kali gerakan cepat, kini posisi mereka berdua sudah ada di tengah – tengah ranjang. Ludwig memindahkan tubuh Elle yang sudah telanjang bulat itu. Handuknya pun tertinggal di tepi ranjang begitu saja.Pria itu kembali menatap wajah cantik kekasihnya. Mengukung tubuh Elle, nafas mereka saling bersahutan. “Kamu sangat cantik Elle, kamu… sangat sexy… “ pujanya lagi sambil mengusap lembut pipi merona Elle. Ludwig tersenyum lembut menatap penu
Ludwig menelan kasar salivanya mendengar perkataan Elle yang begitu seduktif. “Sayang… kenapa kamu mengatakan hal itu?” Ludiwg berlutut dan memegang tangan kekasihnya itu. Menatapnya lekat.“Aku mau kamu jadi yang pertama untukku, Lud…”Ludwig tersenyum mendengar penuturan Elle. Siapa yang tidak bahagia mendengar hal seperti itu. “Iya sayang, nanti setelah kita menikah… Hmm?” ucap Ludwig pelan. Bohong jika dia tidak tergoda. Apalagi tadi dia melihat dengan jelas keindahan kedua dada kekasihnya itu. Mengingat nya saja membuat kepala atas dan bawahnya berdenyut. Dan sekarang kekasihnya sendiri yang memberikan izin.Elle menggelengkan kepalanya. “Aku mau sekarang, aku takut hal seperti ini terjadi kembali ke depannya. Setidaknya aku menyerahkannya padamu. Pada pria yang aku cintai…” ucap Elle tegas dengan mata sayunya.Deg!“Sa… sayang? Aku –“ Dalam seketika jakun Ludwig bergerak naik turun kesulitan menelan salivanya. Kekasihnya itu melepaskan kaitan handuk yang menutup tubuhnya tadi,
“Ludwig… Aku… Hikss.. hiksss…” lirihnya.Ludwig segera berlutut dan memeluk tubuh kekasihnya itu. Memeluknya dengan erat. Ludwig mengusap lembut punggu Elle, menenangkan wanita yang begitu ia cintai.Hatinya terasa begitu sakit melihat keadaan Elle saat ini.“Maafkan aku sayang… Maafkan aku…” gumam Ludwig tiada henti meminta maaf. Dia sudah bersumpah untuk selalu menjaga wanitanya. Tetapi malam ini dia sudah lalai sampai membuat Elle mengalami hal ini.Elle menggeleng, “inih… bukan salah kamu sayang…” ucap Elle dengan suara isak tangisnya.Ludwig mengurai pelukannya dan dengan satu kali hentakan, dia membawa Elle di dalam gendongannya ala bridal. Elle langsung memeluk leher Ludwig untuk menopang tubuhnya.Wajahnya masuk ke dalam dada bidang.Elle seketika sadar kalau saat ini pakaian Ludwig basah kuyup karena hujan. “Sayang, kamu basah…” gumamnya pelan.“Hmm… Iya sayang…” balas Ludwig pelan.Mereka berdua masuk ke dalam kamar. Ludwig menurunkan Elle duduk di atas tempat tidur. Handuk
Ludwig menjadi begitu gelisah begitu turunnya hujan. Pria itu menjadi tidak konsentrasi. Bruno yang melihatnya pun menghampiri pria itu.“Ada apa bro?” tanya Bruno.Ludwig menoleh, “Ah tidak ada…” jawabnya singkat.“Kamu pulang saja lebih dahulu, biar di sini kami yang tangani.” Imbuh Hanz kepada Ludwig.“Hmm, benar kata Hanz. Kasihan Elle di rumah sendirian.” Sambung Stefan.Ludwig tersenyum, tanpa dia mengutarakan kekhawatirannya, para sahabatnya begitu pengertian. “Thank you.”Pria itu kemudian membereskan perlengkapannya. Lalu berjalan keluar. Hujan terlihat begitu deras, payung pun dia tidak punya. Tapi rasa khawatirnya kepada Elle jauh lebih besar dari pada khawatir dengan keadaannya saat ini. “Hahh! Kenapa aku kepikiran seperti ini!” batinnya.Dengan satu kali tarikan nafas. Ludwig berlari di bawah guyuran hujan yang begitu lebat. Seluruh baju dan tubuhnya basah dalam sekejap.Butuh waktu lima sampai 10 menit untuk tiba di rumah singgahnya. Begitu ia melihat rumah batu yang sed
Satu minggu pun berlalu, Drake benar – benar berbaur dengan warga lokal. Bahkan persaingannya dengan Ludwig pun sudah dia abaikan beberapa hari ini. Dia pun menjadi lebih akrab dengan beberapa para warga lokal.Waktu berlalu tanpa ada konflik sedikitpun. Elle pun merasa jauh lebih nyaman. Setidaknya Drake sudah berhenti dan melupakan mengenai perjodohan mereka.Dan Drake sendiri pun sadar setelah hidup di sini dan melihat langsung bagaimana hubungan Elle dan Ludwig.“Hahh… Sepertinya memang sudah tidak ada tempat untukku di hati Elle…” gumam Drake sambil melukis. Perlengkapan lukis yang ia pinjam dari Elle. Karena niat awal tidak pernah terbersit di pikirannya akan menikmati tempat ini. Dia hanya ingin membawa Elle untuk kembali pulang dan kembali hidup normal seperti dulu.Tapi berbeda pula dengan Ludwig yang selalu saja cemburu dengan keakraban yang di perlihatkan antara kekasihnya dan pria yang bernama Drake itu.Meskipun Elle sendiri yang mengatakan kalau dia tidak memiliki perasa
Suara nafas Ludwig semakin berat, pria itu melepaskan ciumannya dengan sesapan yang kuat membuat bibir bawah Elle ikut tertarik olehnya. Menyandarkan keningnya di kening kekasihnya itu.Mengatur nafasnya dan menutup matanya. Dia takut kembali tersihir dengan hazel indah kekasihnya itu. Dia takut jika dirinya benar – benar tidak dapat menahan diri.Kemudian Ludwig memindahkan tubuhnya kesamping dan berbaring di atas kasur, langsung memeluk Elle dengan erat sambil berbisik, “Mari berhenti sampai di sini sayang, aku takut tidak dapat menahan diriku.”Elle tersenyum dan mengusap wajah Ludwig yang ada sedikit rambut. “Hmm… Goodnight sayang,” ucap Elle pelan.“Goodnight sayang,” balas Ludwig dan mengecup puncak kepala kekasih nya itu.***Tidak terasa satu bulan pun berlalu, hasil perkebunan sudah ada beberapa sayuran yang bisa mereka panen. Desa ini kian maju di bawah arahan Ludwig dan Elle. Warga lokal pun kian mandiri.Tetapi saat ini mereka sering terkendala dengan hujan deras dan ang
Ludwig seketika panik mendengar perkataan Elle, “Sa… sayang…”Wanita cantik itu mengulum bibirnya menahan tawa melihat wajah panik Ludwig. Sebenarnyanya sejak dua hari kedatangan Pauline, Elle sudah menaruh curiga. Setiap melihat sikap Pauline kepada Ludwig, satu yang ia percaya bahwa ada sesuatu di antara mereka berdua. Dan yang pasti, kekasihnya itu selalu menjaga jarak dan terlihat tidak ingin terlibat. Sejak penolakan frontal dari Ludwig ketika Pauline meminta kekasihnya untuk untuk membimbingnya.Sedangkan di lihat bagaimana pun penampilan Pauline, dia seperti bukan seseorang yang akan mendatangi tempat pemukiman seperti ini. Apalagi kalau bukan karena sesuatu. Dan itu terjadi tepat setelah satu minggu kedua orang tuanya mengetahui lokasinya.Dan saat itu pula dia sempat memperkenalkan kekasihnya itu kepada kedua orang tuanya. Namun dia masih ingin menepis hal tersebut dan wanita cantik itu hanya diam sambil mengawasi. Dan dia ingin tahu sampai di mana keseriusan Ludwig terhada
Ludwig menekan kepala belakang Elle, memperdalam ciumannya.“EUhm sayang.. Ah.. Uhm…” suara mereka berdua. Ludwig memeluk pinggul kekasihnya itu dengan erat merapatkan tubuh mereka berdua tanpa jarak.Merasakan tiap lekuk tubuh indah Elle. Ludwig dapat merasakan boa di bawah sana sudah semakin membengkak ingin di keluarkan. Seolah dia bisa merobek celananya di bawah sana.“Damn!”“Cium aku sayang!” suara berat Ludwig yang hanya mengusap punggung kekasih nya yang masih terbalut handuk. Sedangkan mulutnya terus menyesap bibir atas dan bawah Elle, begitu pun Elle yang memeluk erat kekasihnya itu. Memegang dada Ludwig yang bidang.“Oh my! Hahh hahh Hahh!” suara nafas Elle yang terengah – engah.Ludwig melepaskan ciumannya dan melihat mata sayu Elle. Pipi Elle yang berubaha menjadi pink kemerah – merahan. Nafas mereka saling bersahutan.“Kau tahu sayang, aku sangat mencintaimu,” ucapnya dengan suara serak.Elle tersenyum dan mengangguk. “Iya sayang, aku juga sangat mencintaimu.”Jantung L