"Sepertinya aku harus membuktikan kalau ini sebuah kenyataan..."BlusshWajah merona Bella terlihat begitu mempesona, dengan malu dirinya bertanya, "Dengan?""Eumph..." lenguhan manja keluar dari mulut Bella ketika bibirnya di sesap dengan lembut oleh prianya.Bella membalas dan membuka mulutnya agar Austin bisa memainkan lidahnya.Lumatan demi lumatan yang semakin panas dan intim seketika menaikkan gairah suhu tubuh mereka berdua. Dengan nafas tersengal, Austin melepaskan ciumannya dan menatap wanita di depannya dengan pipi memerah."Kamu sangat cantik sayang.." Austin menyentuh bibir Bella yang sudah kemerahan karena sesapan darinya nonstop."Bibirmu selalu begitu manis..." sambung Austin memuji, sedangkan ia sudah mengetik di ponselnya ‘matikan semua cctv di bel’s garden’ dan di kirim ke Max.Bella tersenyum dan meraba pipi Austin dengan lembut dan perlahan memainkan ibu jarinya untuk mengusap bibir Austin.Desiran debaran jantung dan tatapan mata mereka berdua tersirat menginginkan
Austin semakin memperdalam kulumannya di klit Bella.Bella mengangkat pinggulnya semakin tinggi dan menahan kepala Austin, kesadarannya serasa terbang melayang dibuat oleh Austin, hingga."Eung... A—aku... aku keluar sayang! Akh!!" lengkingan panjang bersamaan dengan semprotan kuat dari liang kewanitaan Bella.Tubuhnya bergetar sangat hebat mengeluarkan begitu banyak cairan di orgasmenya.Slurp...Austin kembali menjilati semua cairan madu yang Bella keluarkan.Sedangkan Bella mengatur nafasnya sambil mendesis karena Austin masih menjilati miliknya."Ahh... rasa ini membuatku gila sayang...!" Seru Austin senang yang kini sudah berada berhadapan dengan kekasihnya itu."Euhmm..." Austin kembali melumat bibir Bella. Berbagi rasa dari cairan nikmatnya."Kamu milikku sayang, aku tidak akan pernah melepaskanmu.." bisik Austin dengan suara beratnya mengeklaim dan bersungguh-sungguh.Blush"Dan kamu juga milikku sayang..." balas Bella memeluk erat prianya itu."Aku memang hanya milikmu.." sam
Bella dan Austin memutuskan membersihkan tubuh mereka dahulu, di dalam kamar mandi yang memang ada di rumah kaca itu. Austin dan Bella terdengar terus tertawa melempar candaan mereka. Kamar mandi yang memang di buat khusus untuk Austin terlihat begitu nyaman dan luas."Sayang, geli !!" suara manja Bella ketika Austin menyabuni bagian lipatan tangan Bella."Hahahhahha..." tawa Austin yang semakin ingin menggoda wanitanya.Austin mengambil shower, menyirami tubuh Bella dan dirinya dengan air hangat."Sini sayang, aku keringkan dulu air yang ada di tubuhmu.." Austin meraih tubuh Bella dan menyekanya dengan handuk kecil yang ada di dalam lemari westafel.Yang dulu Bella sering menolak dan risih atas perlakuan Austin, kini Bella menerima semua yang Austin lakukan untuknya. Layaknya hal kecil seperti ini."Hmm, wangi..." Austin menghirup aroma tubuh Bella dari celah lehernya."Ssss... sayang..." desis Bella terkena hembusan nafas hangat Austin."Ayo.. buruan... Nanti waiters cafe naik ke si
Kini Siska terpaku salah tingkah duduk di depan Ken. Setelah melewati sesi ciuman yang cukup panjang dan hampir lepas kendali.Untung saja, tangisan dari Cecilia membuat dua insan manusia yang sedang dipacu oleh adrenalin mereka tersadar. Dan berhenti melanjutkan sesuatu hal yang mereka inginkan.Setelah menenangkan Cecilia, dengan ragu Siska kembali untuk bertemu kembali dengan Ken setelah insiden panas mereka. Namun, Ken menyuruhnya kembali untuk memberitahukan sesuatu yang penting."Siska.." panggil Ken dan melihat wanita yang sedari tadi memilih menunduk tidak melihat ke arahnya."Iya ?" jawab Siska dan mengangkat wajahnya.Deg !"Ahh... damage pesonanya terlalu besar.." batin Siska."Kamu sangat cantik Sis.." batin Ken kembali terpesona kepada wanita didepannya.Dengan berat Ken menarik nafas dalam,"Hahh..! Siska, semalam Dom meninggal..""A—apa maksud kamu Ken?" shock Siska. Meskipun Dom sudah mengkhianatinya dan menyakitinya. Namun Dom adalah pria yang dulu dia cintai dan merek
Siska yang dulunya bekerja sebagai perawat tentu tahu apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan.Begitu mendengar kalau luka yang di alami oleh Ken adalah luka tusukan dan mendapatkan jahitan. Seketika Siska langsung berdiri dengan cepat sambil mengomeli Ken karena sudah menyangga luka yang seharusnya tidak perlu disangga.Siska yang panik langsung berdiri di depan Ken dan sedikit menunduk untuk melihat ke belakang untuk membuka ikatan tali penyangga tersebut."Isshh... Kok di ikat seperti ini sih !!" kesal Siska dalam hati. Tanpa tahu apa yang dialami Ken saat ini. Karena dia sendiri juga tidak sadar akan posisinya saat ini."Ehmm... Siska.." panggilan Ken."Ya..? Tunggu sedikit lagi, suster ini mengikatnya dengan kuat !" balas Siska yang masih fokus dengan pengikat yang berada di belakang leher Ken."Astaga..! Ini suster gak ada kerjaan banget ngikat mati sampai seperti ini !!" pikir Siska dalam hati.Namun lagi-lagi Ken memanggil dirinya."Sis ..?""Iya ! Tunggu tinggal dua
Ken dengan cekatan kembali menjilati semua air yang keluar tadi. Membuat Siska menggelinjang merasakan sensasi seperti ini.Seluruh tubuhnya berdenyut begitu hebat."Ahh..sensasi ini tidak pernah aku dapatkan dari Dom...Kenapa pria ini sungguh hebat...!!" batin Siska yang terus merem melek. Siska-siska kecil di dalam kepalanya tidak lagi mengeluarkan protes apapum karena mereka pun menikmati semua sentuhan yang di berikan oleh Ken.Ken meremas dengan kuat payudara Siska, dan ketika air Asi itu menyemprot dengan kuat. Ken membuka mulut untuk melahap air asi yang hambar itu. Namun entah kenapa, hal itu membuat dirinya ketagihan. Ditambah mendengar suara desahan dan erangan manja dari Siska membuat Ken semakin bersemangat memainkan payudara Siska yang padat itu."Ahhh..Ken...Ini...Ah..!" racau Siska tidak dapat lagi menahan diri.Ken terus menghisap putingnya dan melumatnya. Tanda cinta pun tidak luput dari Ken. Lebih dari lima tanda Ken sematkan di sekitar leher dan payudara Siska."Ough
"Apa kamu mau jalan-jalan mengeliling taman bungamu ini sayang?" ujar Austin sambil membersihkan sudut bibir Bella."Boleh ?" seru Bella semangat dengan wajah berseri-seri."Hmm, tentu saja sayang..Selama ini aku selalu berkelling sendiri menikmati bunga-bunga indah ini. Tapi kini sang pemilik sebenarnya sudah ada disini..." balas Austin tersenyum penuh cinta kepada wanita pujaan hatinya itu."Ahhh...sayang.. kamu kembali membuat jantungku berdetak sangat cepat...!!" jawab Bella dengan jujur mengungkapkan apa yang dia rasakan saat ini. Wajahnya merona di antara tonjolan pipi dan kulit yang begitu putih bersih. berkilau di papar sinar matahari pagi/Tentu saja membuat Austin kembali tersenyum lebih lebar. Karena kekasihnya itu telah membuka dirinya. Tanpa ragu lagi mengutarakan apa yang dia rasakan.Dan ditunjukkan ketika pada saat mereka bercinta. Bella tidak lagi sungkan untuk mengungkapkan perasaannya dan menjadi begitu aktif."Aku harap tiap hari, tiap jam, tiap menit, tiap detik,
Wajah Siska kembali memerah mendengar perkataan Ken."Kamu… ada-ada saja Ken !!" kilah Siska dan membuang wajahnya. Aksi panas yang baru saja mereka lewati kembali terlintas dan kembali membuat tubuhnya bergidik."Panggil sayang... Hmm...?" ucap Ken dan memegang dagu Siska untuk melihat ke arahnya.Blush"Tapi..?" ragu Siska."Kamu milikku, kamu kekasihku... dan putri kecil yang sedang tidur di dalam sana adalah malaikat kecilku saat ini...!" sela Ken yang tahu akan keraguan Siska."Setelah semua tenang, kita daftarkan pernikahan kita.." sambung Ken membuat Siska membelalakkan matanya."Pernikahan??!" beo Siska."Iya pernikahan... aku akan menikahimu secepatnya..." jawab Ken santai."Ta—tapi Ken..? A—aku!" ucap Siska tertunduk. Dia malu akan statusnya saat ini."Hmm, ada apa ?" ucap Ken lembut dan menarik Siska untuk bersandar di dadanya."Status aku... Dan lagi pula kita baru bertemu belum cukup satu minggu Ken..." jawab Siska mengatakan kerisauannya.Ken tersenyum dan mengecup punca
“Hai salam kenal,” sapa Elle ramah kepada Pauline.Pauline tidak menyangka kalau Ludwig terang – terangan seperti itu. “Oh hai, aku Pauline. Salam kenal. Kebetulan aku kenalan lama dari Ludwig.”Elle tersenyum, “Oh ya? Senang berkenalan denganmu Pauline. Ini aku ada bawakan sarapa untukmu. Semoga kamu menyukainya.” Ucap Elle sambil menyodorkan satu box wadah makanan kepada Pauline.Pauline menerimanya, “Terima kasih Elle, aku pasti akan menyukainya.”“Ok kalau begitu, kamu nanti bicarakan dengan kepala desa tentang apa yang ingin kamu lakukan di sini.” Ujar Ludwig kepada Pauline lalu menengok ke Elle. “Ayo sayang, mereka pasti sudah menunggu kita.” Sambung Ludwig berbicara dengan lembut kepada Elle.“Iya sayang,”“Kami duluan ya Pauline…” pamit Elle kepada Ella. Namun baru tiga langkah, Pauline memanggil Ludwig.“Lud!”Langkah kaki Ludwig dan Elle berhenti lalu menengok ke belakang.“Ya?”“Uhm, apa bisa kamu yang bimbing aku selama aku di sini?” ujar Pauline yang langsung membuat Ludw
“Ada apa?” tanyanya berusaha tenang.“Aku mau mandi, tapi tidak ada air.” Ucap Pauline sambil memegang handuknya di depan dadanya.“Oh iya maaf, aku lupa bilang. Kalau kamu mau air. Kamu harus memompa air disini.” Jelas Ludwig sambil menunjukka pompa yang ada di dekat kamar mandi. Tanpa Ludwig tahu ternyata Pauline sudah menyusulnya.Begitu Ludwing berbalik betapa terkejutnya, Pauline sudah ada di belakangnya. “Hmm, iya. Tapi apa bisa kamu ajar aku caranya memompa.”“Damn! Kenapa dia hanya mengenakan handuk seperti ini.” Seru Ludwig dalam hati.“Hmm, baiklah…” ujar Ludwig. Dan memberikan contoh cara memompa air.“Ok, biar aku coba!” seru Pauline dengan bersemangat. Wanita manis, mungil tapi menonjol di beberapa area itu terlihat begitu bersemangat mengikuti tutorial cara memompa air.Pauline kemudian memompa air seperti yang di lakukan Ludwig, tapi hal tersebut sangat berbahaya dengan jantung dan boa Ludwig. Bagaimana tidak. Setiak Pauline mengangkat tangannya, handuk tersebut akan i
Satu minggu berlalu, karena orang tua Elle menggunakan pengiriman ekspress. Hari ini semua barang pesanannya tiba tanpa kekurangan. Bahkan kedua orang tua Elle memberikan perlengkapan yang mendukung untuk perkebunan nantinya.“Hufftt… Akhirnya selesai juga…” seru Elle begitu merapikan pupuk dan bibit di dalam ruang penyimpanan.Sedangkan Ludwig dan rekan - rekannya bertugas mengangkat barang - barang berat. Mereka juga di bantu oleh beberapa warga lokal.“Pak Dokter…!” seru kepala desa tiba – tiba.“Iya?”“Maaf, apa saya bisa minta waktu anda sebentar? Ada tamu yang baru saja tiba. Dan saya sedikit kesulitan untuk berkomunikasi.” Ujar Kepala Desa dengan tidak enak hati karena harus menyusahkan Ludwig kembali.“Tentu saja Pak, tunggu aku di sana. Aku akan membersihkan tangan terlebih dahulu.”“Baik Pak Dokter,” Kepala desa pun berlalu menemui tamu yang di maksud.Ludwig segera membersihkan tangannya. Menengok kiri dan kanan mencari Elle.“Hanz, kamu lihat Elle?”“Sepertinya masih di Gu
Satu bulan pun berlalu. Ludwig dan Elle sudah hidup bersama. Mereka sudah seperti selayaknya pasangan yang tidak terpisahkan. Para warga lokal juga sangat menyayangi Elle dan Ludwig.“Sayang, sudah dulu… Besok lagi kamu lanjut ya…?” ucap Ludwig lembut menghampiri Elle yang saat ini melukis hanya dengan menggunakan gaun tidur yang begitu tipis.“Hmm… dikit lagi sayang, tinggal satu arsiran lagi.” Balas Elle dengan manja.Ludwig menghampiri kekasihnya itu dan memeluknya dari belakang lalu menyandarkan dagunya di pundak Elle. Mencumbu dan menghirup aroma manis dari tubuh kekasihnya.“Sayang, geli….” Rengek manja Elle di ganggu oleh Ludwig.“Lanjut saja, aku temanin.” Ujar Ludwig.Elle mengerecutkan bibirnya, “Bagaimana bisa lanjut kalau kamu seperti ini?”Ludwig tertawa kecil. “Iyah.. iyah… Kamu lanjutkan dulu, aku siapkan air minum dan vitamin.” Sebelum keluar Ludwig mengecup puncak kepala Elle. Pria itu keluar mangambil segelas air dan vitamin untuk mereka berdua.Dan di saat Ludwig m
“Hmm, kamu benar. Takdir kembali mempertemukan kita berdua.”Ludwig mengambil tangan Elle. Menggenggamnya dengan lembut. Elle tersenyum dan ikut menggenggam tangan nya. Mereka berdua berjalan dalam diam menikmati hamparan bintang di atas langit. Hingga mereka tiba di depan rumah.Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Ludwig mengantar Elle sampai di depan pintu kamar wanita cantik itu. Jantung Elle berdebar begitu cepat.Elle membuka pintu kamarnya, namun Ludwig masih enggan melepaskan wanita cantik itu. Rasa rindunya belum rela berpisah dengan Elle.Begitu Elle melangkah kakinya masuk, Ludwig menarik tangan Elle. “El…”Jantung Elle berdegup semakin cepat, “Ya?”Ludwig tersenyum lembut, “Bukan hanya karena takdir seperti yang kamu katakan. Aku mengatakan ini karena aku sungguh mencintaimu, sampai detik ini. Perasaanku padamu tidak pernah berkurang. Yang ada aku semakin merindukanmu di setiap helaan nafasku.”“Maukah kamu mau menjadi kekasihku El?” tanya Ludwig menatap lurus manik indah
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in
Elle sontak menoleh ke asal suara dan blush… Wajahnya kembali memerah karena tepat di depannya ada Ludwig dengan senyuman manisnya tengah melihatnya. Jarak wajah mereka begitu dekat.“Ludwig? Kamu sudah selesai?”“Iya, dan kenapa kamu ada di sini bukannya beristirahat?” balas Ludwig lalu berdiri terlebih dahulu, sambil membantu Elle untuk berdiri dengan mengulurkan tangannya.Elle menerima bantuan Ludwig dan meraih tangan pria tampan di depannya.“Terima kasih,” Elle berdiri. Dengan sigap Ludwid mengambil lukisan yang ada di tangan Elle.“Aku kesini karena aku sempat berpikir kenapa orang yang mengatakan suka padaku tidak kunjung datang setelah aku ada di sini padahal sudah lebih 3 jam sejak dia meninggalkan aku.”“Hmm, aku jadi ragu kalau dia sungguh menyukaiku,” sambung Elle menggoda Ludwig.Ludwig seketika panik, “Bu… bukan begitu… Maaf… bukan mak – ““Hahahhaa…” Elle tertawa melihat wajah panik Ludwig.“Kamu menggodaku?”Wanita cantik berhazel biru itu mengangkat bahunya, “Hmm…”“
Ludwig langsung menghampiri Elle begitu melihat wanita pujaannya itu. Pria itu benar – benar di buat shock tapi juga bahagia.“Kamu di sini Elle?” tanya pria itu masih tidak percaya.Elle tersenyum dan mengangguk.Kepala desa bingung melihat Pak Dokter terlihat akrab dengan tamunya.“Ehm, Pak Dokter.” Imbuh Kepala Desa.“Ah iya Pak. Maaf. Lalu bagaimana Pak?” tanya Ludwig begitu sadar. Membuat Elle tertawa kecil.“Begini Pak, saya mau menjelaskan rumah tinggal untuk Nona Elle, beliau akan tinggal di rumah yang – ““Tidak perlu Pak, Nona Elle akan tinggal bersamaku.” Potong Ludwig dengan cepat.Tentu saja Elle terkejut, begitu juga dengan Kepala Desa.“Ludwig? Kenapa aku tinggal denganmu?” seru Elle.“Iya, aku sangat sibuk setiap harinya. Setidaknya kalau kamu di rumah singgahku. Aku akan merasa jauh lebih tenang menjagamu dari para kawanan serigala seperti mereka.” Jelas Ludwig sambil menunjuk ke arah tiga pria yang tengah melihat mereka dengan wajah penuh tawa.Elle menoleh ke arah
Begitu Elle tiba di rumah Cath. Wanita cantik itu mulai mengurus dokumen – dokumen yang ia perlukan untuk bisa berkeliling dengan bebas di Afrika. Setidaknya butuh waktu seminggu baru ia bisa mulai beraktifitas. Selama satu minggu ini pula Elle terlihat akrab dengan anak – anak di sekitar lingkungan tempat tinggal Cath.Elle setiap hari duduk di depan rumah dan melukis suasana yang ada di depan matanya. Baik tawa polos anak – anak yang tidak paham dengan kondisi mereka saat ini dan raut muram dari beberapa anak yang merasa kelaparan.Hal inilah yang membuat dada Elle merasa miris akan kemiskinan di negara yang ia pijak sekarang.“Huftt seandainya semua orang kaya di dunia ini menyisihkan kekayaan mereka untuk berinvestasi atau memperbaiki system kehidupan di negara ini, aku pikir mereka semua bisa berkembang.” Gumam Elle menghela nafas di suatu sore. Tapi entahlah. Apa memang ini adalah solusinya atau memang tidak ada solusi sama sekali.“Hei Elle, kamu di luar?”“Hai Cath, iya nih la