Siska yang dulunya bekerja sebagai perawat tentu tahu apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan.Begitu mendengar kalau luka yang di alami oleh Ken adalah luka tusukan dan mendapatkan jahitan. Seketika Siska langsung berdiri dengan cepat sambil mengomeli Ken karena sudah menyangga luka yang seharusnya tidak perlu disangga.Siska yang panik langsung berdiri di depan Ken dan sedikit menunduk untuk melihat ke belakang untuk membuka ikatan tali penyangga tersebut."Isshh... Kok di ikat seperti ini sih !!" kesal Siska dalam hati. Tanpa tahu apa yang dialami Ken saat ini. Karena dia sendiri juga tidak sadar akan posisinya saat ini."Ehmm... Siska.." panggilan Ken."Ya..? Tunggu sedikit lagi, suster ini mengikatnya dengan kuat !" balas Siska yang masih fokus dengan pengikat yang berada di belakang leher Ken."Astaga..! Ini suster gak ada kerjaan banget ngikat mati sampai seperti ini !!" pikir Siska dalam hati.Namun lagi-lagi Ken memanggil dirinya."Sis ..?""Iya ! Tunggu tinggal dua
Ken dengan cekatan kembali menjilati semua air yang keluar tadi. Membuat Siska menggelinjang merasakan sensasi seperti ini.Seluruh tubuhnya berdenyut begitu hebat."Ahh..sensasi ini tidak pernah aku dapatkan dari Dom...Kenapa pria ini sungguh hebat...!!" batin Siska yang terus merem melek. Siska-siska kecil di dalam kepalanya tidak lagi mengeluarkan protes apapum karena mereka pun menikmati semua sentuhan yang di berikan oleh Ken.Ken meremas dengan kuat payudara Siska, dan ketika air Asi itu menyemprot dengan kuat. Ken membuka mulut untuk melahap air asi yang hambar itu. Namun entah kenapa, hal itu membuat dirinya ketagihan. Ditambah mendengar suara desahan dan erangan manja dari Siska membuat Ken semakin bersemangat memainkan payudara Siska yang padat itu."Ahhh..Ken...Ini...Ah..!" racau Siska tidak dapat lagi menahan diri.Ken terus menghisap putingnya dan melumatnya. Tanda cinta pun tidak luput dari Ken. Lebih dari lima tanda Ken sematkan di sekitar leher dan payudara Siska."Ough
"Apa kamu mau jalan-jalan mengeliling taman bungamu ini sayang?" ujar Austin sambil membersihkan sudut bibir Bella."Boleh ?" seru Bella semangat dengan wajah berseri-seri."Hmm, tentu saja sayang..Selama ini aku selalu berkelling sendiri menikmati bunga-bunga indah ini. Tapi kini sang pemilik sebenarnya sudah ada disini..." balas Austin tersenyum penuh cinta kepada wanita pujaan hatinya itu."Ahhh...sayang.. kamu kembali membuat jantungku berdetak sangat cepat...!!" jawab Bella dengan jujur mengungkapkan apa yang dia rasakan saat ini. Wajahnya merona di antara tonjolan pipi dan kulit yang begitu putih bersih. berkilau di papar sinar matahari pagi/Tentu saja membuat Austin kembali tersenyum lebih lebar. Karena kekasihnya itu telah membuka dirinya. Tanpa ragu lagi mengutarakan apa yang dia rasakan.Dan ditunjukkan ketika pada saat mereka bercinta. Bella tidak lagi sungkan untuk mengungkapkan perasaannya dan menjadi begitu aktif."Aku harap tiap hari, tiap jam, tiap menit, tiap detik,
Wajah Siska kembali memerah mendengar perkataan Ken."Kamu… ada-ada saja Ken !!" kilah Siska dan membuang wajahnya. Aksi panas yang baru saja mereka lewati kembali terlintas dan kembali membuat tubuhnya bergidik."Panggil sayang... Hmm...?" ucap Ken dan memegang dagu Siska untuk melihat ke arahnya.Blush"Tapi..?" ragu Siska."Kamu milikku, kamu kekasihku... dan putri kecil yang sedang tidur di dalam sana adalah malaikat kecilku saat ini...!" sela Ken yang tahu akan keraguan Siska."Setelah semua tenang, kita daftarkan pernikahan kita.." sambung Ken membuat Siska membelalakkan matanya."Pernikahan??!" beo Siska."Iya pernikahan... aku akan menikahimu secepatnya..." jawab Ken santai."Ta—tapi Ken..? A—aku!" ucap Siska tertunduk. Dia malu akan statusnya saat ini."Hmm, ada apa ?" ucap Ken lembut dan menarik Siska untuk bersandar di dadanya."Status aku... Dan lagi pula kita baru bertemu belum cukup satu minggu Ken..." jawab Siska mengatakan kerisauannya.Ken tersenyum dan mengecup punca
Steve tidak menyangka kalau Austin akan sekeras ini kepada dirinya. Dan yang tidak Steve sangka ternyata hal ini diketahui oleh Austin. Karena seingat Steve, dirinya tidak pernah membahas masalah ini bersama Austin karena begitu banyak hal lain yang sudah terjadi.Tapi ternyata Austin mengetahui hal tersebut. Hal yang sangat ingin dia hindari untuk tidak membahas tentang perginya para klien.Dirinya yang datang dengan penuh harap ke Orion Corporation adalah berbicara empat mata kepada Ethan. Karena seingat Steve, niat utama dia datang ke kantor ini adalah agar Ethan dapat kembali membantunya. Ketika dia mengalami kesulitan. Seperti setiap dia mengalami kesulitan, Orion Corporation akan dengan mudah memberikan bantuan kepada perusahaan yang baru diarintis 2 tahun ini.Austin melirik ke arah Steve, dan berkata. "Meskipun begitu, aku tidak suka dengan adanya kecurangan laporan seperti ini...!""Ehm, Ethan apa yang harus dilakukan apabila mendapati perusahaan yang bersikap seperti ini ?"
Setelah selesai bersama Steve. Austin melanjutkan pertemuannya dengan beberapa kolega tersebut.Hingga tidak terasa sudah lebih dua jam dia habiskan untuk meeting ini.Dengan penuh sesal dan rasa rindu. Austin segera menuju ruangannya untuk bertemu wanita cantik yang sudah seperti nafas dalam hidupnya."Ck... Aku tidak tahu kalau perasaanku ternyata sebesar ini untuknya. Dan itu semakin menusuk kedalam seluruh saraf dan nadi-nadiku ! Aku tidak bisa bayangkan hidup tanpa mu love..!!" Batin Austin sambil terus merekahkan senyumannya.Ditambah sebentar lagi, dia bisa memiliki kekasihnya itu dengan seutuhnya.Ceklek"Love...?" seru Austin menelusuri seisi ruangan. Namun tidak dia dapati Bella di manapun di dalam ruangannya.Austin berjalan ke dalam dan menuju kamar istirahatnya. Dibukanya sepatu dan mengganti dengan sendal kamar yang memang tersedia di sisi pintu. Tentu saja sandal kamar dengan warna senada dan memiliki inisial nama mereka berdua.CeklekKembali senyuman lebar tercetak di
"Euhmmm sayang… Ahh... Aku akan menerima hukumanmu itu love..." Bella mendesis nikmat karena Austin kini memasukkan lidahnya di dalam pusar Bella dan mengecup lembut perut rata itu. Tangannya membuka segi tiga berwarna putih yang masih melekat itu dan membuang dengan asal. Darah Austin terus berdesir mendengar jawaban-jawaban provokatif kekasihnya.Austin membuka kedua paha Bella, berlutut dan melihat kekasihnya."Apa kamu siap menerima hukumanmu sayang..?" serak Austin dengan tatapan yang begitu seksi bagi Bella.Deg deg degDegupan jantung keduanya berdegup begitu kencang.Bella menggigit bibir bawahnya, membalas tatapan Austin dan berkata, "Hukum aku sayang... hukum aku sekarang juga...""Oh my !! Bella..!!" seru Austin yang langsung naik ke wajah Bella dan menciumi bibir Bella dengan brutal."Euhmm sayang.." desah Bella membalas lumatan Austin yang begitu kuat dan intens. Austin melumat bibir Bella dan menghisap lidahnya terus menerus. Saliva mereka terus bertukar dan saling menge
Bella mulai bergerak maju mundur dengan lembut menggoyangkan pinggulnya membuat Austin diserbu kenikmatan luar biasa."Oh my sayang !! Ahh... Bella...!! Ini terlalu kuat sayang!! Ahhh..." racau Austin merasakan sensasi luar biasa dari gerakan Bella."Ah... Damn! You so seksi!" seru Austin melihat tubuh Bella menari diatas tubuhnya dengan liar.Entah keberanian dari mana, sisi liar Bella keluar begitu saja."Ahh sayang... aku menyukainya.. ahhh... ini menusukku begitu dalam..!!" racau Bella yang terus menggoyangkan tubuhnya di atas Austin dengan liar.Austin memegang kedua bongkahan Bella dan membantu Bella bergerak semakin cepat dan dirinya ikut menghujam miliknya semakin dalam."Ahh.. sayang.. ahh... oughh.. Ini sangat dalam love.. ahh.. sangat enak seru Bella yang kini meremas kedua payudaranya sendiri dan bergerak naik turun.Keringat Bella membuat tubuhnya terlihat semakin erotis. Ingin sekali Austin menjilati sekujur tubuh Bella saat ini juga."Shit..!!" maki Austin dalam hati.G
Ludwig seketika panik mendengar perkataan Elle, “Sa… sayang…”Wanita cantik itu mengulum bibirnya menahan tawa melihat wajah panik Ludwig. Sebenarnyanya sejak dua hari kedatangan Pauline, Elle sudah menaruh curiga. Setiap melihat sikap Pauline kepada Ludwig, satu yang ia percaya bahwa ada sesuatu di antara mereka berdua. Dan yang pasti, kekasihnya itu selalu menjaga jarak dan terlihat tidak ingin terlibat. Sejak penolakan frontal dari Ludwig ketika Pauline meminta kekasihnya untuk untuk membimbingnya.Sedangkan di lihat bagaimana pun penampilan Pauline, dia seperti bukan seseorang yang akan mendatangi tempat pemukiman seperti ini. Apalagi kalau bukan karena sesuatu. Dan itu terjadi tepat setelah satu minggu kedua orang tuanya mengetahui lokasinya.Dan saat itu pula dia sempat memperkenalkan kekasihnya itu kepada kedua orang tuanya. Namun dia masih ingin menepis hal tersebut dan wanita cantik itu hanya diam sambil mengawasi. Dan dia ingin tahu sampai di mana keseriusan Ludwig terhada
Ludwig menekan kepala belakang Elle, memperdalam ciumannya.“EUhm sayang.. Ah.. Uhm…” suara mereka berdua. Ludwig memeluk pinggul kekasihnya itu dengan erat merapatkan tubuh mereka berdua tanpa jarak.Merasakan tiap lekuk tubuh indah Elle. Ludwig dapat merasakan boa di bawah sana sudah semakin membengkak ingin di keluarkan. Seolah dia bisa merobek celananya di bawah sana.“Damn!”“Cium aku sayang!” suara berat Ludwig yang hanya mengusap punggung kekasih nya yang masih terbalut handuk. Sedangkan mulutnya terus menyesap bibir atas dan bawah Elle, begitu pun Elle yang memeluk erat kekasihnya itu. Memegang dada Ludwig yang bidang.“Oh my! Hahh hahh Hahh!” suara nafas Elle yang terengah – engah.Ludwig melepaskan ciumannya dan melihat mata sayu Elle. Pipi Elle yang berubaha menjadi pink kemerah – merahan. Nafas mereka saling bersahutan.“Kau tahu sayang, aku sangat mencintaimu,” ucapnya dengan suara serak.Elle tersenyum dan mengangguk. “Iya sayang, aku juga sangat mencintaimu.”Jantung L
Tiga hari berlalu begitu saja, dan selama itu pula Pauline gelisah. “Malam ini, aku harus bisa membuat Ludwig memakanku!” seru Pauline dalam hati.Dan tiga hari ini juga dia selalu saja mendatangi Ludwig di Rumah Kesehatan dengan berkilah membantu di bagian medis. Padahal dia tidak mengerti apapun.Seperti saat ini, dia hanya duduk melihat para pasien yang di obati oleh Ludwig dan rekan – rekannya.Waktu sudah mulai sore. Pauline terus berpikiruntuk mencari alasan agar Ludwig mau mengantarnya untuk pulang. Dan tiba – tiba saja di kepalanya terlintas sebuah ide yang tidak akan mungkin Ludwig dapat menolaknya.Pauline berjalan dengan tergesa – gesa sambil membawa baki peralatan hingga terdengar.Pyar…!“Aochhh!!” pekik Pauline kesakitan.Ludwig dan rekan – rekannya seketika berdiri.Ludwig dengan sigap menolong Pauline. “Hati – hati…” ujar nya pelan sambil memapah Pauline.“Ugh… Sakit… Sepertinya kaki aku terkilir Lud,” ringis Pauline kesakitan.Hanz yang ahli bagian ortopedia langsung
“Hai salam kenal,” sapa Elle ramah kepada Pauline.Pauline tidak menyangka kalau Ludwig terang – terangan seperti itu. “Oh hai, aku Pauline. Salam kenal. Kebetulan aku kenalan lama dari Ludwig.”Elle tersenyum, “Oh ya? Senang berkenalan denganmu Pauline. Ini aku ada bawakan sarapa untukmu. Semoga kamu menyukainya.” Ucap Elle sambil menyodorkan satu box wadah makanan kepada Pauline.Pauline menerimanya, “Terima kasih Elle, aku pasti akan menyukainya.”“Ok kalau begitu, kamu nanti bicarakan dengan kepala desa tentang apa yang ingin kamu lakukan di sini.” Ujar Ludwig kepada Pauline lalu menengok ke Elle. “Ayo sayang, mereka pasti sudah menunggu kita.” Sambung Ludwig berbicara dengan lembut kepada Elle.“Iya sayang,”“Kami duluan ya Pauline…” pamit Elle kepada Ella. Namun baru tiga langkah, Pauline memanggil Ludwig.“Lud!”Langkah kaki Ludwig dan Elle berhenti lalu menengok ke belakang.“Ya?”“Uhm, apa bisa kamu yang bimbing aku selama aku di sini?” ujar Pauline yang langsung membuat Ludw
“Ada apa?” tanyanya berusaha tenang.“Aku mau mandi, tapi tidak ada air.” Ucap Pauline sambil memegang handuknya di depan dadanya.“Oh iya maaf, aku lupa bilang. Kalau kamu mau air. Kamu harus memompa air disini.” Jelas Ludwig sambil menunjukka pompa yang ada di dekat kamar mandi. Tanpa Ludwig tahu ternyata Pauline sudah menyusulnya.Begitu Ludwing berbalik betapa terkejutnya, Pauline sudah ada di belakangnya. “Hmm, iya. Tapi apa bisa kamu ajar aku caranya memompa.”“Damn! Kenapa dia hanya mengenakan handuk seperti ini.” Seru Ludwig dalam hati.“Hmm, baiklah…” ujar Ludwig. Dan memberikan contoh cara memompa air.“Ok, biar aku coba!” seru Pauline dengan bersemangat. Wanita manis, mungil tapi menonjol di beberapa area itu terlihat begitu bersemangat mengikuti tutorial cara memompa air.Pauline kemudian memompa air seperti yang di lakukan Ludwig, tapi hal tersebut sangat berbahaya dengan jantung dan boa Ludwig. Bagaimana tidak. Setiak Pauline mengangkat tangannya, handuk tersebut akan i
Satu minggu berlalu, karena orang tua Elle menggunakan pengiriman ekspress. Hari ini semua barang pesanannya tiba tanpa kekurangan. Bahkan kedua orang tua Elle memberikan perlengkapan yang mendukung untuk perkebunan nantinya.“Hufftt… Akhirnya selesai juga…” seru Elle begitu merapikan pupuk dan bibit di dalam ruang penyimpanan.Sedangkan Ludwig dan rekan - rekannya bertugas mengangkat barang - barang berat. Mereka juga di bantu oleh beberapa warga lokal.“Pak Dokter…!” seru kepala desa tiba – tiba.“Iya?”“Maaf, apa saya bisa minta waktu anda sebentar? Ada tamu yang baru saja tiba. Dan saya sedikit kesulitan untuk berkomunikasi.” Ujar Kepala Desa dengan tidak enak hati karena harus menyusahkan Ludwig kembali.“Tentu saja Pak, tunggu aku di sana. Aku akan membersihkan tangan terlebih dahulu.”“Baik Pak Dokter,” Kepala desa pun berlalu menemui tamu yang di maksud.Ludwig segera membersihkan tangannya. Menengok kiri dan kanan mencari Elle.“Hanz, kamu lihat Elle?”“Sepertinya masih di Gu
Satu bulan pun berlalu. Ludwig dan Elle sudah hidup bersama. Mereka sudah seperti selayaknya pasangan yang tidak terpisahkan. Para warga lokal juga sangat menyayangi Elle dan Ludwig.“Sayang, sudah dulu… Besok lagi kamu lanjut ya…?” ucap Ludwig lembut menghampiri Elle yang saat ini melukis hanya dengan menggunakan gaun tidur yang begitu tipis.“Hmm… dikit lagi sayang, tinggal satu arsiran lagi.” Balas Elle dengan manja.Ludwig menghampiri kekasihnya itu dan memeluknya dari belakang lalu menyandarkan dagunya di pundak Elle. Mencumbu dan menghirup aroma manis dari tubuh kekasihnya.“Sayang, geli….” Rengek manja Elle di ganggu oleh Ludwig.“Lanjut saja, aku temanin.” Ujar Ludwig.Elle mengerecutkan bibirnya, “Bagaimana bisa lanjut kalau kamu seperti ini?”Ludwig tertawa kecil. “Iyah.. iyah… Kamu lanjutkan dulu, aku siapkan air minum dan vitamin.” Sebelum keluar Ludwig mengecup puncak kepala Elle. Pria itu keluar mangambil segelas air dan vitamin untuk mereka berdua.Dan di saat Ludwig m
“Hmm, kamu benar. Takdir kembali mempertemukan kita berdua.”Ludwig mengambil tangan Elle. Menggenggamnya dengan lembut. Elle tersenyum dan ikut menggenggam tangan nya. Mereka berdua berjalan dalam diam menikmati hamparan bintang di atas langit. Hingga mereka tiba di depan rumah.Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Ludwig mengantar Elle sampai di depan pintu kamar wanita cantik itu. Jantung Elle berdebar begitu cepat.Elle membuka pintu kamarnya, namun Ludwig masih enggan melepaskan wanita cantik itu. Rasa rindunya belum rela berpisah dengan Elle.Begitu Elle melangkah kakinya masuk, Ludwig menarik tangan Elle. “El…”Jantung Elle berdegup semakin cepat, “Ya?”Ludwig tersenyum lembut, “Bukan hanya karena takdir seperti yang kamu katakan. Aku mengatakan ini karena aku sungguh mencintaimu, sampai detik ini. Perasaanku padamu tidak pernah berkurang. Yang ada aku semakin merindukanmu di setiap helaan nafasku.”“Maukah kamu mau menjadi kekasihku El?” tanya Ludwig menatap lurus manik indah
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in