Kini Siska terpaku salah tingkah duduk di depan Ken. Setelah melewati sesi ciuman yang cukup panjang dan hampir lepas kendali.Untung saja, tangisan dari Cecilia membuat dua insan manusia yang sedang dipacu oleh adrenalin mereka tersadar. Dan berhenti melanjutkan sesuatu hal yang mereka inginkan.Setelah menenangkan Cecilia, dengan ragu Siska kembali untuk bertemu kembali dengan Ken setelah insiden panas mereka. Namun, Ken menyuruhnya kembali untuk memberitahukan sesuatu yang penting."Siska.." panggil Ken dan melihat wanita yang sedari tadi memilih menunduk tidak melihat ke arahnya."Iya ?" jawab Siska dan mengangkat wajahnya.Deg !"Ahh... damage pesonanya terlalu besar.." batin Siska."Kamu sangat cantik Sis.." batin Ken kembali terpesona kepada wanita didepannya.Dengan berat Ken menarik nafas dalam,"Hahh..! Siska, semalam Dom meninggal..""A—apa maksud kamu Ken?" shock Siska. Meskipun Dom sudah mengkhianatinya dan menyakitinya. Namun Dom adalah pria yang dulu dia cintai dan merek
Siska yang dulunya bekerja sebagai perawat tentu tahu apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan.Begitu mendengar kalau luka yang di alami oleh Ken adalah luka tusukan dan mendapatkan jahitan. Seketika Siska langsung berdiri dengan cepat sambil mengomeli Ken karena sudah menyangga luka yang seharusnya tidak perlu disangga.Siska yang panik langsung berdiri di depan Ken dan sedikit menunduk untuk melihat ke belakang untuk membuka ikatan tali penyangga tersebut."Isshh... Kok di ikat seperti ini sih !!" kesal Siska dalam hati. Tanpa tahu apa yang dialami Ken saat ini. Karena dia sendiri juga tidak sadar akan posisinya saat ini."Ehmm... Siska.." panggilan Ken."Ya..? Tunggu sedikit lagi, suster ini mengikatnya dengan kuat !" balas Siska yang masih fokus dengan pengikat yang berada di belakang leher Ken."Astaga..! Ini suster gak ada kerjaan banget ngikat mati sampai seperti ini !!" pikir Siska dalam hati.Namun lagi-lagi Ken memanggil dirinya."Sis ..?""Iya ! Tunggu tinggal dua
Ken dengan cekatan kembali menjilati semua air yang keluar tadi. Membuat Siska menggelinjang merasakan sensasi seperti ini.Seluruh tubuhnya berdenyut begitu hebat."Ahh..sensasi ini tidak pernah aku dapatkan dari Dom...Kenapa pria ini sungguh hebat...!!" batin Siska yang terus merem melek. Siska-siska kecil di dalam kepalanya tidak lagi mengeluarkan protes apapum karena mereka pun menikmati semua sentuhan yang di berikan oleh Ken.Ken meremas dengan kuat payudara Siska, dan ketika air Asi itu menyemprot dengan kuat. Ken membuka mulut untuk melahap air asi yang hambar itu. Namun entah kenapa, hal itu membuat dirinya ketagihan. Ditambah mendengar suara desahan dan erangan manja dari Siska membuat Ken semakin bersemangat memainkan payudara Siska yang padat itu."Ahhh..Ken...Ini...Ah..!" racau Siska tidak dapat lagi menahan diri.Ken terus menghisap putingnya dan melumatnya. Tanda cinta pun tidak luput dari Ken. Lebih dari lima tanda Ken sematkan di sekitar leher dan payudara Siska."Ough
"Apa kamu mau jalan-jalan mengeliling taman bungamu ini sayang?" ujar Austin sambil membersihkan sudut bibir Bella."Boleh ?" seru Bella semangat dengan wajah berseri-seri."Hmm, tentu saja sayang..Selama ini aku selalu berkelling sendiri menikmati bunga-bunga indah ini. Tapi kini sang pemilik sebenarnya sudah ada disini..." balas Austin tersenyum penuh cinta kepada wanita pujaan hatinya itu."Ahhh...sayang.. kamu kembali membuat jantungku berdetak sangat cepat...!!" jawab Bella dengan jujur mengungkapkan apa yang dia rasakan saat ini. Wajahnya merona di antara tonjolan pipi dan kulit yang begitu putih bersih. berkilau di papar sinar matahari pagi/Tentu saja membuat Austin kembali tersenyum lebih lebar. Karena kekasihnya itu telah membuka dirinya. Tanpa ragu lagi mengutarakan apa yang dia rasakan.Dan ditunjukkan ketika pada saat mereka bercinta. Bella tidak lagi sungkan untuk mengungkapkan perasaannya dan menjadi begitu aktif."Aku harap tiap hari, tiap jam, tiap menit, tiap detik,
Wajah Siska kembali memerah mendengar perkataan Ken."Kamu… ada-ada saja Ken !!" kilah Siska dan membuang wajahnya. Aksi panas yang baru saja mereka lewati kembali terlintas dan kembali membuat tubuhnya bergidik."Panggil sayang... Hmm...?" ucap Ken dan memegang dagu Siska untuk melihat ke arahnya.Blush"Tapi..?" ragu Siska."Kamu milikku, kamu kekasihku... dan putri kecil yang sedang tidur di dalam sana adalah malaikat kecilku saat ini...!" sela Ken yang tahu akan keraguan Siska."Setelah semua tenang, kita daftarkan pernikahan kita.." sambung Ken membuat Siska membelalakkan matanya."Pernikahan??!" beo Siska."Iya pernikahan... aku akan menikahimu secepatnya..." jawab Ken santai."Ta—tapi Ken..? A—aku!" ucap Siska tertunduk. Dia malu akan statusnya saat ini."Hmm, ada apa ?" ucap Ken lembut dan menarik Siska untuk bersandar di dadanya."Status aku... Dan lagi pula kita baru bertemu belum cukup satu minggu Ken..." jawab Siska mengatakan kerisauannya.Ken tersenyum dan mengecup punca
Steve tidak menyangka kalau Austin akan sekeras ini kepada dirinya. Dan yang tidak Steve sangka ternyata hal ini diketahui oleh Austin. Karena seingat Steve, dirinya tidak pernah membahas masalah ini bersama Austin karena begitu banyak hal lain yang sudah terjadi.Tapi ternyata Austin mengetahui hal tersebut. Hal yang sangat ingin dia hindari untuk tidak membahas tentang perginya para klien.Dirinya yang datang dengan penuh harap ke Orion Corporation adalah berbicara empat mata kepada Ethan. Karena seingat Steve, niat utama dia datang ke kantor ini adalah agar Ethan dapat kembali membantunya. Ketika dia mengalami kesulitan. Seperti setiap dia mengalami kesulitan, Orion Corporation akan dengan mudah memberikan bantuan kepada perusahaan yang baru diarintis 2 tahun ini.Austin melirik ke arah Steve, dan berkata. "Meskipun begitu, aku tidak suka dengan adanya kecurangan laporan seperti ini...!""Ehm, Ethan apa yang harus dilakukan apabila mendapati perusahaan yang bersikap seperti ini ?"
Setelah selesai bersama Steve. Austin melanjutkan pertemuannya dengan beberapa kolega tersebut.Hingga tidak terasa sudah lebih dua jam dia habiskan untuk meeting ini.Dengan penuh sesal dan rasa rindu. Austin segera menuju ruangannya untuk bertemu wanita cantik yang sudah seperti nafas dalam hidupnya."Ck... Aku tidak tahu kalau perasaanku ternyata sebesar ini untuknya. Dan itu semakin menusuk kedalam seluruh saraf dan nadi-nadiku ! Aku tidak bisa bayangkan hidup tanpa mu love..!!" Batin Austin sambil terus merekahkan senyumannya.Ditambah sebentar lagi, dia bisa memiliki kekasihnya itu dengan seutuhnya.Ceklek"Love...?" seru Austin menelusuri seisi ruangan. Namun tidak dia dapati Bella di manapun di dalam ruangannya.Austin berjalan ke dalam dan menuju kamar istirahatnya. Dibukanya sepatu dan mengganti dengan sendal kamar yang memang tersedia di sisi pintu. Tentu saja sandal kamar dengan warna senada dan memiliki inisial nama mereka berdua.CeklekKembali senyuman lebar tercetak di
"Euhmmm sayang… Ahh... Aku akan menerima hukumanmu itu love..." Bella mendesis nikmat karena Austin kini memasukkan lidahnya di dalam pusar Bella dan mengecup lembut perut rata itu. Tangannya membuka segi tiga berwarna putih yang masih melekat itu dan membuang dengan asal. Darah Austin terus berdesir mendengar jawaban-jawaban provokatif kekasihnya.Austin membuka kedua paha Bella, berlutut dan melihat kekasihnya."Apa kamu siap menerima hukumanmu sayang..?" serak Austin dengan tatapan yang begitu seksi bagi Bella.Deg deg degDegupan jantung keduanya berdegup begitu kencang.Bella menggigit bibir bawahnya, membalas tatapan Austin dan berkata, "Hukum aku sayang... hukum aku sekarang juga...""Oh my !! Bella..!!" seru Austin yang langsung naik ke wajah Bella dan menciumi bibir Bella dengan brutal."Euhmm sayang.." desah Bella membalas lumatan Austin yang begitu kuat dan intens. Austin melumat bibir Bella dan menghisap lidahnya terus menerus. Saliva mereka terus bertukar dan saling menge