Steve tidak menyangka kalau Austin akan sekeras ini kepada dirinya. Dan yang tidak Steve sangka ternyata hal ini diketahui oleh Austin. Karena seingat Steve, dirinya tidak pernah membahas masalah ini bersama Austin karena begitu banyak hal lain yang sudah terjadi.Tapi ternyata Austin mengetahui hal tersebut. Hal yang sangat ingin dia hindari untuk tidak membahas tentang perginya para klien.Dirinya yang datang dengan penuh harap ke Orion Corporation adalah berbicara empat mata kepada Ethan. Karena seingat Steve, niat utama dia datang ke kantor ini adalah agar Ethan dapat kembali membantunya. Ketika dia mengalami kesulitan. Seperti setiap dia mengalami kesulitan, Orion Corporation akan dengan mudah memberikan bantuan kepada perusahaan yang baru diarintis 2 tahun ini.Austin melirik ke arah Steve, dan berkata. "Meskipun begitu, aku tidak suka dengan adanya kecurangan laporan seperti ini...!""Ehm, Ethan apa yang harus dilakukan apabila mendapati perusahaan yang bersikap seperti ini ?"
Setelah selesai bersama Steve. Austin melanjutkan pertemuannya dengan beberapa kolega tersebut.Hingga tidak terasa sudah lebih dua jam dia habiskan untuk meeting ini.Dengan penuh sesal dan rasa rindu. Austin segera menuju ruangannya untuk bertemu wanita cantik yang sudah seperti nafas dalam hidupnya."Ck... Aku tidak tahu kalau perasaanku ternyata sebesar ini untuknya. Dan itu semakin menusuk kedalam seluruh saraf dan nadi-nadiku ! Aku tidak bisa bayangkan hidup tanpa mu love..!!" Batin Austin sambil terus merekahkan senyumannya.Ditambah sebentar lagi, dia bisa memiliki kekasihnya itu dengan seutuhnya.Ceklek"Love...?" seru Austin menelusuri seisi ruangan. Namun tidak dia dapati Bella di manapun di dalam ruangannya.Austin berjalan ke dalam dan menuju kamar istirahatnya. Dibukanya sepatu dan mengganti dengan sendal kamar yang memang tersedia di sisi pintu. Tentu saja sandal kamar dengan warna senada dan memiliki inisial nama mereka berdua.CeklekKembali senyuman lebar tercetak di
"Euhmmm sayang… Ahh... Aku akan menerima hukumanmu itu love..." Bella mendesis nikmat karena Austin kini memasukkan lidahnya di dalam pusar Bella dan mengecup lembut perut rata itu. Tangannya membuka segi tiga berwarna putih yang masih melekat itu dan membuang dengan asal. Darah Austin terus berdesir mendengar jawaban-jawaban provokatif kekasihnya.Austin membuka kedua paha Bella, berlutut dan melihat kekasihnya."Apa kamu siap menerima hukumanmu sayang..?" serak Austin dengan tatapan yang begitu seksi bagi Bella.Deg deg degDegupan jantung keduanya berdegup begitu kencang.Bella menggigit bibir bawahnya, membalas tatapan Austin dan berkata, "Hukum aku sayang... hukum aku sekarang juga...""Oh my !! Bella..!!" seru Austin yang langsung naik ke wajah Bella dan menciumi bibir Bella dengan brutal."Euhmm sayang.." desah Bella membalas lumatan Austin yang begitu kuat dan intens. Austin melumat bibir Bella dan menghisap lidahnya terus menerus. Saliva mereka terus bertukar dan saling menge
Bella mulai bergerak maju mundur dengan lembut menggoyangkan pinggulnya membuat Austin diserbu kenikmatan luar biasa."Oh my sayang !! Ahh... Bella...!! Ini terlalu kuat sayang!! Ahhh..." racau Austin merasakan sensasi luar biasa dari gerakan Bella."Ah... Damn! You so seksi!" seru Austin melihat tubuh Bella menari diatas tubuhnya dengan liar.Entah keberanian dari mana, sisi liar Bella keluar begitu saja."Ahh sayang... aku menyukainya.. ahhh... ini menusukku begitu dalam..!!" racau Bella yang terus menggoyangkan tubuhnya di atas Austin dengan liar.Austin memegang kedua bongkahan Bella dan membantu Bella bergerak semakin cepat dan dirinya ikut menghujam miliknya semakin dalam."Ahh.. sayang.. ahh... oughh.. Ini sangat dalam love.. ahh.. sangat enak seru Bella yang kini meremas kedua payudaranya sendiri dan bergerak naik turun.Keringat Bella membuat tubuhnya terlihat semakin erotis. Ingin sekali Austin menjilati sekujur tubuh Bella saat ini juga."Shit..!!" maki Austin dalam hati.G
Waktu sudah menunjukkan jam tujuh malam, setelah kembali dari Perusahaan. Kini mereka berdua terlihat sedang berganti pakaian untuk bertemu seseorang yang dikatakan orang penting oleh Austin."Euhmm, sayang.." ucap Bella yang kembali harus meladeni ciuman dari prianya itu.Padahal kini mereka sedang berada di ruang wardrobe. Bella yang seharusnya sudah selesai berpakaian harus beberapa kali terhenti karena ulang kekasihnya yang terus menggodanya. Jadi Bella saat ini baru mengenakan dalamannya saja."Umph love..." gumam Bella lagi menahan dada Austin yang terlihat tidak ingin melepas lumatan demi lumatannya."Kamu pasti sudah menyihirku sayang...eump.." ucap Austin sesaat dan kembali menyesap bibir Bella."Hmm..?" bingung Bella yang kemudian membuka mulutnya membalas sesapan Austin."Aku tidak bisa berhenti menciumimu love..." sambung Austin yang menekan tengkuk leher Bella.Cukup lama mereka berciuman, hingga Austin melepaskan bibir Bella yang sedikit membengkak karena ulahnya.Nafas
Bella kembali terperangah atas sambutan yang diberikan oleh kedua orang tua Austin.Bagaimana tidak, makanan yang tersedia di atas meja makan yang berukuran dua meter itu penuh dengan berbagai hidangan."Kenapa Max pergi sebelum makan malam ?" tanya Agatha."Ah, dia memiliki sedikit urusan Mom..." jawab Austin. Yang sebenarnya dengan sengaja mengusir Max, karena sedari tadi Austin melihat Max mengabaikan panggilan Hana karena ada bersama dirinya dan Bella seharian."Ohh..." jawab Agatha singkat.Austin menarik kursi dan mempersilahkan Bella untuk duduk. Dan hal yang sama di lakukan oleh Edelmiro kepada istrinya.Bella tersenyum melihat kekompakan ayah dan anak itu dalam memperlakukan wanita mereka."Ada apa sayang ?" tanya Austin yang kini sudah duduk di samping Bella."Hmm, tidak ada sayang.." jawab Bella sambil tersenyum.Namun ada hal yang begitu Bella risaukan saat ini. Apakah kedua orang tua Austin tahu akan statusnya saat ini. Apa tanggapan mereka kalau tahu Bella masih memiliki
"Masih proses Mom, kecuali kalau dia berniat menundanya. Semua pasti akan berjalan lama..." terang Bella."Ck !! Kamu terlalu lama Austin..! Apa butuh Daddy yang turun tangan langsung ??" seru Edelmiro."Tidak perlu Dad..! Aku ada rencana sendiri. Daddy hanya perlu memperhatikan dari jauh apa yang aku kerjakan," jawab Austin dan di angguki oleh Edelmiro"Hmm, baiklah kalau maumu seperti itu." balas Edelmiro"Tapi jangan terlalu lama ! Mommy sudah tidak sabar memiliki seorang menantu ! " sela Agatha yang di sambut tawa oleh Edelmiro dan Austin. Sedangkan Bella kembali dibuat merona."Tentu saja Mom !!" imbuh Austin yang membuat Bella membelalakkan matanya."Hahhahaha..." Kini Agatha dan Edelmiro tertawa melihat ekspresi Bella."Kalian malam ini bermalam di sini saja," usul Agatha."Hmm, sudah aku rencanakan Mam," jawab Austin mantap."Ya sudah.. kalian berganti pakaian dan kita lanjutkan obrolan kita besok pagi... Pakaianmu sudah tersedia di lemari ya Bella," ucap Agatha lembut."Ah..
Gisele yang memang tidak mengetahui dengan jelas masalah yang menimpa perusahaan Steve, tidak curiga sedikit pun kalau masalah mereka saat ini terlihat mirip.Bahkan tidak lagi bisa dikatakan mirip, melainkan sama persis."Apa ada orang yang ingin menjatuhkan dirinya dan Steve? Tapi siapa ? Bella?? Ah tidak mungkin!!" pikir Giselle."Giselle? Kamu baik-baik saja ?" seru Gerald yang melihat wajah Giselle memucat."Ahh... tidak... Aku baik-baik saja..." kilah Giselle.“Ugh...""Hey... Are you okay ??!!" seru Gerald panik. Dan berdiri menuntun Giselle menuju kamar mandi.Namun Giselle terus merasakan mual luar biasa. "Ah... aku terlambat makan hari ini !" pikir Giselle.Gerald kembali ke kamar mandi dan memberikan handuk kecil yang dia minta kepada waiters."Hmm.. thanks.." seru Giselle mengambil handuk dari Gerald.Giselle keluar dengan bibir yang begitu pucat."Aku pikir kamu terlalu banyak pikiran !" seru Gerald membantu Giselle berjalan."Thank you Gerald.." ucap Giselle."Hmm, no pr