Waktu sudah menunjukkan jam tujuh malam, setelah kembali dari Perusahaan. Kini mereka berdua terlihat sedang berganti pakaian untuk bertemu seseorang yang dikatakan orang penting oleh Austin."Euhmm, sayang.." ucap Bella yang kembali harus meladeni ciuman dari prianya itu.Padahal kini mereka sedang berada di ruang wardrobe. Bella yang seharusnya sudah selesai berpakaian harus beberapa kali terhenti karena ulang kekasihnya yang terus menggodanya. Jadi Bella saat ini baru mengenakan dalamannya saja."Umph love..." gumam Bella lagi menahan dada Austin yang terlihat tidak ingin melepas lumatan demi lumatannya."Kamu pasti sudah menyihirku sayang...eump.." ucap Austin sesaat dan kembali menyesap bibir Bella."Hmm..?" bingung Bella yang kemudian membuka mulutnya membalas sesapan Austin."Aku tidak bisa berhenti menciumimu love..." sambung Austin yang menekan tengkuk leher Bella.Cukup lama mereka berciuman, hingga Austin melepaskan bibir Bella yang sedikit membengkak karena ulahnya.Nafas
Bella kembali terperangah atas sambutan yang diberikan oleh kedua orang tua Austin.Bagaimana tidak, makanan yang tersedia di atas meja makan yang berukuran dua meter itu penuh dengan berbagai hidangan."Kenapa Max pergi sebelum makan malam ?" tanya Agatha."Ah, dia memiliki sedikit urusan Mom..." jawab Austin. Yang sebenarnya dengan sengaja mengusir Max, karena sedari tadi Austin melihat Max mengabaikan panggilan Hana karena ada bersama dirinya dan Bella seharian."Ohh..." jawab Agatha singkat.Austin menarik kursi dan mempersilahkan Bella untuk duduk. Dan hal yang sama di lakukan oleh Edelmiro kepada istrinya.Bella tersenyum melihat kekompakan ayah dan anak itu dalam memperlakukan wanita mereka."Ada apa sayang ?" tanya Austin yang kini sudah duduk di samping Bella."Hmm, tidak ada sayang.." jawab Bella sambil tersenyum.Namun ada hal yang begitu Bella risaukan saat ini. Apakah kedua orang tua Austin tahu akan statusnya saat ini. Apa tanggapan mereka kalau tahu Bella masih memiliki
"Masih proses Mom, kecuali kalau dia berniat menundanya. Semua pasti akan berjalan lama..." terang Bella."Ck !! Kamu terlalu lama Austin..! Apa butuh Daddy yang turun tangan langsung ??" seru Edelmiro."Tidak perlu Dad..! Aku ada rencana sendiri. Daddy hanya perlu memperhatikan dari jauh apa yang aku kerjakan," jawab Austin dan di angguki oleh Edelmiro"Hmm, baiklah kalau maumu seperti itu." balas Edelmiro"Tapi jangan terlalu lama ! Mommy sudah tidak sabar memiliki seorang menantu ! " sela Agatha yang di sambut tawa oleh Edelmiro dan Austin. Sedangkan Bella kembali dibuat merona."Tentu saja Mom !!" imbuh Austin yang membuat Bella membelalakkan matanya."Hahhahaha..." Kini Agatha dan Edelmiro tertawa melihat ekspresi Bella."Kalian malam ini bermalam di sini saja," usul Agatha."Hmm, sudah aku rencanakan Mam," jawab Austin mantap."Ya sudah.. kalian berganti pakaian dan kita lanjutkan obrolan kita besok pagi... Pakaianmu sudah tersedia di lemari ya Bella," ucap Agatha lembut."Ah..
Gisele yang memang tidak mengetahui dengan jelas masalah yang menimpa perusahaan Steve, tidak curiga sedikit pun kalau masalah mereka saat ini terlihat mirip.Bahkan tidak lagi bisa dikatakan mirip, melainkan sama persis."Apa ada orang yang ingin menjatuhkan dirinya dan Steve? Tapi siapa ? Bella?? Ah tidak mungkin!!" pikir Giselle."Giselle? Kamu baik-baik saja ?" seru Gerald yang melihat wajah Giselle memucat."Ahh... tidak... Aku baik-baik saja..." kilah Giselle.“Ugh...""Hey... Are you okay ??!!" seru Gerald panik. Dan berdiri menuntun Giselle menuju kamar mandi.Namun Giselle terus merasakan mual luar biasa. "Ah... aku terlambat makan hari ini !" pikir Giselle.Gerald kembali ke kamar mandi dan memberikan handuk kecil yang dia minta kepada waiters."Hmm.. thanks.." seru Giselle mengambil handuk dari Gerald.Giselle keluar dengan bibir yang begitu pucat."Aku pikir kamu terlalu banyak pikiran !" seru Gerald membantu Giselle berjalan."Thank you Gerald.." ucap Giselle."Hmm, no pr
"Ck..!! Kenapa bisa luka jahitanmu ini terbuka lagi !!" Fin berdecak kesal kepada sahabatnya itu."Ahh... kamu tidak akan mengerti akan rasanya..." jawab Ken yang sangat tidak nyambung dan absurd."Sial!!" maki Fin."Gara-gara kamu kita akan bertemu suster galak itu lagi !!" gerutu Fin.Bagaimana tidak kesal. Suster Rose mengirimkannya pesan setiap 2 jam sekali untuk menanyakan kabar Ken. Fin dengan kesal menyuruh Suster Rose untuk menghubungi Ken langsung. Tapi Sister galak tersebut malah marah dan bilang kepada dirinya sebagai sahabat yang tidak pengertian. Masa teman yang terluka disuruh balas pesan chat darinya.Suster Rose hanya dalam satu malam membuat kepalanya sakit dan tidak bisa tidur."Alahhh... hati-hati benci jadi cinta !!" tukas Ken menggoda Fin."Ckkk! Sama suster galak itu?? Tidak akan!!" balas Fin dengan penuh keyakinan."Hahhaha... Aku ingin lihat!! Mau taruhan?" tantang Ken."Ayoo! Siapa takut!" Balas Fin dan tanpa sengaja menepuk lengan Ken yang luka."Ackkk !!!" te
Sedangkan di sebuah rumah putih yang begitu megah seperti kastil dalam dongeng. Terlihat seorang wanita yang tengah bersiap dengan pakaian longdress longgar tanpa dalaman di dampingi oleh dua pria kembar.Tok tok tokFergo membuka dua pintu besar itu dan mereka bertiga berjalan masuk ke dalam ruangan yang terlihat seorang wanita asia yang begitu memukau."Malam madam..." sapa Fergo dan Fergi.Hana mendongakkan kepalanya dan tersenyum melihat seorang wanita yang tengah berdiri didepannya."Malam madam Hana..." sapa wanita itu dengan sopan dan penuh hormat. Sungguh berbeda ketika pertama kali masuk ke dalam ruangan ini.Hana tersenyum smirk dan berdiri. Berjalan menghampiri Joy yang di dampingi oleh dua bodyguardnya."Bagaimana twins?" tanya Hana sambil mengitari Joy dan menunggu jawaban dari Fergo dan Fergi."Dia sudah menyetujui untuk tinggal di sini Madam Hana.." jawab Fergo."Hmm.. Dan dia memang tercipta untuk berada di sini Madam..." sambung Fergi."Hahahhaha.... Good..! Wanita se
Max merenggangkan pelukannya dan menatap penuh damba ke arah kekasihnya."Pekerjaanmu sudah selesai ?" tanya Max lembut dan mengusap pipi halus Hana.Hana tersenyum manis dan memegang dagu Max dan berkata, "Menurutmu sayang...?""Aku menganggapnya sudah selesai...!" ujar Max dan meraih tengkuk leher Hana dan merapatkan bibirnya di atas bibir Hana."Euhm... Cium aku sayang.." Max dengan suara beratnya berbicara, sambil menyesap bibir Hana yang begitu seksi.Hana membuka mulutnya dan membalas ciuman mesra kekasihnya. Kedua tangannya dikalungkan ke belakang leher Max memperdalam ciuman mereka berdua."Aku menginginkanmu malam ini Hana..." suara berat Max berbisik di telinga Hana membuat si wanita mendesah geli akibat hembusan nafas darinya."Euhk... Sayang... Aku milikmu... Lakukan sayang..." balas Hana dengan tatapan sayunya kepada Max."Hmm..." Max menjilati leher jenjang nan putih bersih milik Hana. Di sesapnya meninggalkan tanda kepemilikan."Ahhh... Max..." rengek manja Hana. Ketika
Kedua tangan Hana langsung di tarik dan di suruh untuk memainkan dua rudal sekaligus."Siapapun tolong aku!!" batin Hana yang baru pertama kali di perlakukan seperti binatang oleh tamunya.Pria C terus bermain di liang inti Hana hingga dirinya mencapai klimaks dan menumpahkan di atas punggung Hana."Ahhh... shit !! Miliknya sungguh luar biasa!!" maki Pria C tersebut yang kini sudah terduduk di sofa untuk beristirahat.Dan di saat bersamaan rambut Hana di tarik dan kepalanya di gerakkan dengan kasar. Pria A bergerak cepat dan menekan miliknya hingga ke dalam tenggorakan Hana membuat dirinya terus mengeluarkan air mata merasakan perih luar biasa.Belum juga dirinya harus menahan perih tersebut. Kini di bagian bawah tubuhnya kembali di di hantam dengan kasar oleh pria lain."Akh!" suara Hana tercekat karena kini tenggorokannya di penuhi oleh cairan lengket si Pria A yang sudah menumpahkan cairannya ke dalam tenggorokan Hana."Uekk Uhhkk Akh..." Hana yang hendak muntah karena rasa asing
Ludwig seketika panik mendengar perkataan Elle, “Sa… sayang…”Wanita cantik itu mengulum bibirnya menahan tawa melihat wajah panik Ludwig. Sebenarnyanya sejak dua hari kedatangan Pauline, Elle sudah menaruh curiga. Setiap melihat sikap Pauline kepada Ludwig, satu yang ia percaya bahwa ada sesuatu di antara mereka berdua. Dan yang pasti, kekasihnya itu selalu menjaga jarak dan terlihat tidak ingin terlibat. Sejak penolakan frontal dari Ludwig ketika Pauline meminta kekasihnya untuk untuk membimbingnya.Sedangkan di lihat bagaimana pun penampilan Pauline, dia seperti bukan seseorang yang akan mendatangi tempat pemukiman seperti ini. Apalagi kalau bukan karena sesuatu. Dan itu terjadi tepat setelah satu minggu kedua orang tuanya mengetahui lokasinya.Dan saat itu pula dia sempat memperkenalkan kekasihnya itu kepada kedua orang tuanya. Namun dia masih ingin menepis hal tersebut dan wanita cantik itu hanya diam sambil mengawasi. Dan dia ingin tahu sampai di mana keseriusan Ludwig terhada
Ludwig menekan kepala belakang Elle, memperdalam ciumannya.“EUhm sayang.. Ah.. Uhm…” suara mereka berdua. Ludwig memeluk pinggul kekasihnya itu dengan erat merapatkan tubuh mereka berdua tanpa jarak.Merasakan tiap lekuk tubuh indah Elle. Ludwig dapat merasakan boa di bawah sana sudah semakin membengkak ingin di keluarkan. Seolah dia bisa merobek celananya di bawah sana.“Damn!”“Cium aku sayang!” suara berat Ludwig yang hanya mengusap punggung kekasih nya yang masih terbalut handuk. Sedangkan mulutnya terus menyesap bibir atas dan bawah Elle, begitu pun Elle yang memeluk erat kekasihnya itu. Memegang dada Ludwig yang bidang.“Oh my! Hahh hahh Hahh!” suara nafas Elle yang terengah – engah.Ludwig melepaskan ciumannya dan melihat mata sayu Elle. Pipi Elle yang berubaha menjadi pink kemerah – merahan. Nafas mereka saling bersahutan.“Kau tahu sayang, aku sangat mencintaimu,” ucapnya dengan suara serak.Elle tersenyum dan mengangguk. “Iya sayang, aku juga sangat mencintaimu.”Jantung L
Tiga hari berlalu begitu saja, dan selama itu pula Pauline gelisah. “Malam ini, aku harus bisa membuat Ludwig memakanku!” seru Pauline dalam hati.Dan tiga hari ini juga dia selalu saja mendatangi Ludwig di Rumah Kesehatan dengan berkilah membantu di bagian medis. Padahal dia tidak mengerti apapun.Seperti saat ini, dia hanya duduk melihat para pasien yang di obati oleh Ludwig dan rekan – rekannya.Waktu sudah mulai sore. Pauline terus berpikiruntuk mencari alasan agar Ludwig mau mengantarnya untuk pulang. Dan tiba – tiba saja di kepalanya terlintas sebuah ide yang tidak akan mungkin Ludwig dapat menolaknya.Pauline berjalan dengan tergesa – gesa sambil membawa baki peralatan hingga terdengar.Pyar…!“Aochhh!!” pekik Pauline kesakitan.Ludwig dan rekan – rekannya seketika berdiri.Ludwig dengan sigap menolong Pauline. “Hati – hati…” ujar nya pelan sambil memapah Pauline.“Ugh… Sakit… Sepertinya kaki aku terkilir Lud,” ringis Pauline kesakitan.Hanz yang ahli bagian ortopedia langsung
“Hai salam kenal,” sapa Elle ramah kepada Pauline.Pauline tidak menyangka kalau Ludwig terang – terangan seperti itu. “Oh hai, aku Pauline. Salam kenal. Kebetulan aku kenalan lama dari Ludwig.”Elle tersenyum, “Oh ya? Senang berkenalan denganmu Pauline. Ini aku ada bawakan sarapa untukmu. Semoga kamu menyukainya.” Ucap Elle sambil menyodorkan satu box wadah makanan kepada Pauline.Pauline menerimanya, “Terima kasih Elle, aku pasti akan menyukainya.”“Ok kalau begitu, kamu nanti bicarakan dengan kepala desa tentang apa yang ingin kamu lakukan di sini.” Ujar Ludwig kepada Pauline lalu menengok ke Elle. “Ayo sayang, mereka pasti sudah menunggu kita.” Sambung Ludwig berbicara dengan lembut kepada Elle.“Iya sayang,”“Kami duluan ya Pauline…” pamit Elle kepada Ella. Namun baru tiga langkah, Pauline memanggil Ludwig.“Lud!”Langkah kaki Ludwig dan Elle berhenti lalu menengok ke belakang.“Ya?”“Uhm, apa bisa kamu yang bimbing aku selama aku di sini?” ujar Pauline yang langsung membuat Ludw
“Ada apa?” tanyanya berusaha tenang.“Aku mau mandi, tapi tidak ada air.” Ucap Pauline sambil memegang handuknya di depan dadanya.“Oh iya maaf, aku lupa bilang. Kalau kamu mau air. Kamu harus memompa air disini.” Jelas Ludwig sambil menunjukka pompa yang ada di dekat kamar mandi. Tanpa Ludwig tahu ternyata Pauline sudah menyusulnya.Begitu Ludwing berbalik betapa terkejutnya, Pauline sudah ada di belakangnya. “Hmm, iya. Tapi apa bisa kamu ajar aku caranya memompa.”“Damn! Kenapa dia hanya mengenakan handuk seperti ini.” Seru Ludwig dalam hati.“Hmm, baiklah…” ujar Ludwig. Dan memberikan contoh cara memompa air.“Ok, biar aku coba!” seru Pauline dengan bersemangat. Wanita manis, mungil tapi menonjol di beberapa area itu terlihat begitu bersemangat mengikuti tutorial cara memompa air.Pauline kemudian memompa air seperti yang di lakukan Ludwig, tapi hal tersebut sangat berbahaya dengan jantung dan boa Ludwig. Bagaimana tidak. Setiak Pauline mengangkat tangannya, handuk tersebut akan i
Satu minggu berlalu, karena orang tua Elle menggunakan pengiriman ekspress. Hari ini semua barang pesanannya tiba tanpa kekurangan. Bahkan kedua orang tua Elle memberikan perlengkapan yang mendukung untuk perkebunan nantinya.“Hufftt… Akhirnya selesai juga…” seru Elle begitu merapikan pupuk dan bibit di dalam ruang penyimpanan.Sedangkan Ludwig dan rekan - rekannya bertugas mengangkat barang - barang berat. Mereka juga di bantu oleh beberapa warga lokal.“Pak Dokter…!” seru kepala desa tiba – tiba.“Iya?”“Maaf, apa saya bisa minta waktu anda sebentar? Ada tamu yang baru saja tiba. Dan saya sedikit kesulitan untuk berkomunikasi.” Ujar Kepala Desa dengan tidak enak hati karena harus menyusahkan Ludwig kembali.“Tentu saja Pak, tunggu aku di sana. Aku akan membersihkan tangan terlebih dahulu.”“Baik Pak Dokter,” Kepala desa pun berlalu menemui tamu yang di maksud.Ludwig segera membersihkan tangannya. Menengok kiri dan kanan mencari Elle.“Hanz, kamu lihat Elle?”“Sepertinya masih di Gu
Satu bulan pun berlalu. Ludwig dan Elle sudah hidup bersama. Mereka sudah seperti selayaknya pasangan yang tidak terpisahkan. Para warga lokal juga sangat menyayangi Elle dan Ludwig.“Sayang, sudah dulu… Besok lagi kamu lanjut ya…?” ucap Ludwig lembut menghampiri Elle yang saat ini melukis hanya dengan menggunakan gaun tidur yang begitu tipis.“Hmm… dikit lagi sayang, tinggal satu arsiran lagi.” Balas Elle dengan manja.Ludwig menghampiri kekasihnya itu dan memeluknya dari belakang lalu menyandarkan dagunya di pundak Elle. Mencumbu dan menghirup aroma manis dari tubuh kekasihnya.“Sayang, geli….” Rengek manja Elle di ganggu oleh Ludwig.“Lanjut saja, aku temanin.” Ujar Ludwig.Elle mengerecutkan bibirnya, “Bagaimana bisa lanjut kalau kamu seperti ini?”Ludwig tertawa kecil. “Iyah.. iyah… Kamu lanjutkan dulu, aku siapkan air minum dan vitamin.” Sebelum keluar Ludwig mengecup puncak kepala Elle. Pria itu keluar mangambil segelas air dan vitamin untuk mereka berdua.Dan di saat Ludwig m
“Hmm, kamu benar. Takdir kembali mempertemukan kita berdua.”Ludwig mengambil tangan Elle. Menggenggamnya dengan lembut. Elle tersenyum dan ikut menggenggam tangan nya. Mereka berdua berjalan dalam diam menikmati hamparan bintang di atas langit. Hingga mereka tiba di depan rumah.Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Ludwig mengantar Elle sampai di depan pintu kamar wanita cantik itu. Jantung Elle berdebar begitu cepat.Elle membuka pintu kamarnya, namun Ludwig masih enggan melepaskan wanita cantik itu. Rasa rindunya belum rela berpisah dengan Elle.Begitu Elle melangkah kakinya masuk, Ludwig menarik tangan Elle. “El…”Jantung Elle berdegup semakin cepat, “Ya?”Ludwig tersenyum lembut, “Bukan hanya karena takdir seperti yang kamu katakan. Aku mengatakan ini karena aku sungguh mencintaimu, sampai detik ini. Perasaanku padamu tidak pernah berkurang. Yang ada aku semakin merindukanmu di setiap helaan nafasku.”“Maukah kamu mau menjadi kekasihku El?” tanya Ludwig menatap lurus manik indah
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in