Ken jahil banget gaesss >,<
Sedangkan di sebuah rumah putih yang begitu megah seperti kastil dalam dongeng. Terlihat seorang wanita yang tengah bersiap dengan pakaian longdress longgar tanpa dalaman di dampingi oleh dua pria kembar.Tok tok tokFergo membuka dua pintu besar itu dan mereka bertiga berjalan masuk ke dalam ruangan yang terlihat seorang wanita asia yang begitu memukau."Malam madam..." sapa Fergo dan Fergi.Hana mendongakkan kepalanya dan tersenyum melihat seorang wanita yang tengah berdiri didepannya."Malam madam Hana..." sapa wanita itu dengan sopan dan penuh hormat. Sungguh berbeda ketika pertama kali masuk ke dalam ruangan ini.Hana tersenyum smirk dan berdiri. Berjalan menghampiri Joy yang di dampingi oleh dua bodyguardnya."Bagaimana twins?" tanya Hana sambil mengitari Joy dan menunggu jawaban dari Fergo dan Fergi."Dia sudah menyetujui untuk tinggal di sini Madam Hana.." jawab Fergo."Hmm.. Dan dia memang tercipta untuk berada di sini Madam..." sambung Fergi."Hahahhaha.... Good..! Wanita se
Max merenggangkan pelukannya dan menatap penuh damba ke arah kekasihnya."Pekerjaanmu sudah selesai ?" tanya Max lembut dan mengusap pipi halus Hana.Hana tersenyum manis dan memegang dagu Max dan berkata, "Menurutmu sayang...?""Aku menganggapnya sudah selesai...!" ujar Max dan meraih tengkuk leher Hana dan merapatkan bibirnya di atas bibir Hana."Euhm... Cium aku sayang.." Max dengan suara beratnya berbicara, sambil menyesap bibir Hana yang begitu seksi.Hana membuka mulutnya dan membalas ciuman mesra kekasihnya. Kedua tangannya dikalungkan ke belakang leher Max memperdalam ciuman mereka berdua."Aku menginginkanmu malam ini Hana..." suara berat Max berbisik di telinga Hana membuat si wanita mendesah geli akibat hembusan nafas darinya."Euhk... Sayang... Aku milikmu... Lakukan sayang..." balas Hana dengan tatapan sayunya kepada Max."Hmm..." Max menjilati leher jenjang nan putih bersih milik Hana. Di sesapnya meninggalkan tanda kepemilikan."Ahhh... Max..." rengek manja Hana. Ketika
Kedua tangan Hana langsung di tarik dan di suruh untuk memainkan dua rudal sekaligus."Siapapun tolong aku!!" batin Hana yang baru pertama kali di perlakukan seperti binatang oleh tamunya.Pria C terus bermain di liang inti Hana hingga dirinya mencapai klimaks dan menumpahkan di atas punggung Hana."Ahhh... shit !! Miliknya sungguh luar biasa!!" maki Pria C tersebut yang kini sudah terduduk di sofa untuk beristirahat.Dan di saat bersamaan rambut Hana di tarik dan kepalanya di gerakkan dengan kasar. Pria A bergerak cepat dan menekan miliknya hingga ke dalam tenggorakan Hana membuat dirinya terus mengeluarkan air mata merasakan perih luar biasa.Belum juga dirinya harus menahan perih tersebut. Kini di bagian bawah tubuhnya kembali di di hantam dengan kasar oleh pria lain."Akh!" suara Hana tercekat karena kini tenggorokannya di penuhi oleh cairan lengket si Pria A yang sudah menumpahkan cairannya ke dalam tenggorokan Hana."Uekk Uhhkk Akh..." Hana yang hendak muntah karena rasa asing
Semenjak itulah, Hana juga mengenal sosok Austin. Pria yang sungguh luar biasa hanya mencintai satu orang wanita. Karena selama ikut bersama Max hingga dirinya memutuskan membangun rumah putih, uang dari hasil transaksi si Pria A tersebut semua mengalir ke rekening Hana karena bantuan Max dan Austin. Sekaligus untuk menghancurkan pria tersebut.Austin yang biasa mampir di rumah bordirnya tidak pernah terlibat cinta atau apapun itu. Setiap Tuannya itu datang, dirinya akan memberikan wanita yang sehat untuk melayani Austin. Karena dia tahu, ketika Tuannya itu datang. Berarti tuannya itu sedang merasakan cemburu luar biasa dan tidak dapat menahan diri untuk menemui wanitanya itu.#FlashBack Off#"Kamu tidak perlu mengingat hal itu... Karena kejadian itulah aku bisa bertemu denganmu sayang... Dan satu-satunya hal yang aku sesalkan adalah tidak menyelamatkanmu lebih awal dari pria-pria berengsek itu...!" ujar Max dengan nafas beratnya.Hana tersenyum dan memeluk erat tubuh Max."Meskipun b
Setelah menyelesaikan dokumen Della yang kini resmi menjadi Asisten pribadinya. Steve menyetir kendaraannya menuju rumah yang kini tidak ada lagi yang akan menyambutnya. Dua puluh lima menit mengendarai mobil, kini Steve sudah tiba di rumah yang gelap tak berpenghuni.Steve memasukkan password dan membuka pintu."....."Diam berdiri mematung didepan pintu, menatap nanar ke dalam rumah yang gelap. Kakinya ingin melangkah namun terasa ada sesuatu yang hilang.Kini tidak ada lagi sosok wanita cantik yang selalu menyambutnya dengan penuh senyum dan tawa. Penghilang rasa lelah dan letihnya setelah bekerja seharian."Hah! Kenapa semua ini terjadi!! Seandainya aku dapat menahan diri saat itu... Seandainya Bella memaafkanku atas kekhilafanku saat ini... Aku yakin kami akan kembali seperti dulu!"Steve mengambil langkah dan masuk dengan berat hati ke dalam rumah yang kosong itu. Rumah yang dulu selalu rapi dan hangat. Aroma masakan yang akan dia cium begitu masuk ke dalam rumah, kini semuanya
"Hei... apa maksud kamu tentang kebaikan Rose..?" tanya Fin tiada henti di sepanjang perjalanan."Ck..! Turunlah terlebih dahulu ! Atau kalau kau mau langsung pulang juga silahkan...!" seloroh Ken yang tahu Fin pasti akan ikut turun.Lagi-lagi Fin hanya bisa mendengus kesal."Dasar teman laknat!" seru Fin dan ikut turun dari mobil dan memegang sebuah Map.BrakKen jalan terlebih dahulu dan membuka pintu rumah.Ceklek"Hai sayang..." sapa Siska menghampiri Ken dan mengecup pipinya. Tanpa tahu kalau ada Fin juga ikut turun."Hai sayang..." Balas Ken dan juga mencium balik bibir Siska dengan sekilas."Bagaimana kondisi tanganmu sayang??" tanya Siska, membalas ciuman Ken."What the..?? Bisa kalian berdua jelaskan apa yang sudah aku lewatkan ?" tanya Fin memotong ucapan Siska dari belakang melihat adegan menyakitkan mata dan tidak aman untuk jantungnya sendiri.Karena lagi-lagi terlintas bibir Rose yang tadi sempat di lumatnya."Shit !" maki Fin dalam hati."Ahh... Maaf.. Ada kamu Tuan Fin.
"Hmm, percaya padaku. Semua akan baik-baik saja..." jawab Ken meyakinkan Siska."Hmm, baiklah... Aku akan pergi... Lalu ini berkas-berkas apa..?" ujar Siska sambil melihat beberapa lembar kertas yang lumayan banyak di tangannya."Ah.. Ini adalah kompensasi yang diberikan oleh Tuan Au—""Ken ?" sela Fin mengingatkan untuk tidak menyebut nama Austin."No problem bro !" balas Ken dan mengangguk paham kerisauan Fin."Siska perlu tahu yang sebenarnya, karena bukankah sebentar lagi dia akan menjadi iparmu?" terang Ken dengan tersenyum kepada Fin.Fin pun mengangguk paham.Ken kembali menoleh ke arah kekasihnya itu. Yang kini tengah menggendong si cantik nan mungil Cecilia."Ini adalah surat-surat yang harus kamu tandatangani sayang, semua ini adalah pemberian dari Tuan Austin kepadamu seperti yang aku katakan semalam, mulai dari pendidikan Cecilia, rumah dan sejumlah uang untuk keperluanmu sehari-hari," sebut Ken mengulangi penjelasannya."Hmm Ken... Aku pikir, aku tidak perlu menerima semu
"Oh my! Kamu sangat seksi love...!" seru Austin terpesona melihat Bella yang kini sudah berganti dengan thong bikini berwarna putih melekat sempurna di tubuh seksi Bella."Terima kasih sayang..." balas Bella merona."Kamu juga sangat tampan love..." sambung Bella sambil berjalan mendekati Austin yang kini hanya mengenakan celana renang. Tubuh atletisnya terpampang begitu sempurna. Tidak besar seperti binaragawan tapi sangat proporsional."Selalu sayang..." balas Austin dan mengedipkan matanya."Hahhahaha..." tawa Bella dan menggelengkan kecil kepalanya."Sini tangannya..." Austin meraih tangan Bella dan menuntun Bella agar mengikuti gerakannya.Seperti berlari di tempat. Lompat-lompat kecil, hingga peregangan otot. Kurang lebih lima menit akhirnya pemanasan mereka usai. Austin menautkan jemarinya ke jemari Bella. Lalu menuntunnya untuk turun ke kolam renang dengan hati-hati."Hati-hati sayang..." ujar Austin yang terlebih dahulu masuk ke dalam kolam renang. Mengulurkan tangannya untuk
Ludwig seketika panik mendengar perkataan Elle, “Sa… sayang…”Wanita cantik itu mengulum bibirnya menahan tawa melihat wajah panik Ludwig. Sebenarnyanya sejak dua hari kedatangan Pauline, Elle sudah menaruh curiga. Setiap melihat sikap Pauline kepada Ludwig, satu yang ia percaya bahwa ada sesuatu di antara mereka berdua. Dan yang pasti, kekasihnya itu selalu menjaga jarak dan terlihat tidak ingin terlibat. Sejak penolakan frontal dari Ludwig ketika Pauline meminta kekasihnya untuk untuk membimbingnya.Sedangkan di lihat bagaimana pun penampilan Pauline, dia seperti bukan seseorang yang akan mendatangi tempat pemukiman seperti ini. Apalagi kalau bukan karena sesuatu. Dan itu terjadi tepat setelah satu minggu kedua orang tuanya mengetahui lokasinya.Dan saat itu pula dia sempat memperkenalkan kekasihnya itu kepada kedua orang tuanya. Namun dia masih ingin menepis hal tersebut dan wanita cantik itu hanya diam sambil mengawasi. Dan dia ingin tahu sampai di mana keseriusan Ludwig terhada
Ludwig menekan kepala belakang Elle, memperdalam ciumannya.“EUhm sayang.. Ah.. Uhm…” suara mereka berdua. Ludwig memeluk pinggul kekasihnya itu dengan erat merapatkan tubuh mereka berdua tanpa jarak.Merasakan tiap lekuk tubuh indah Elle. Ludwig dapat merasakan boa di bawah sana sudah semakin membengkak ingin di keluarkan. Seolah dia bisa merobek celananya di bawah sana.“Damn!”“Cium aku sayang!” suara berat Ludwig yang hanya mengusap punggung kekasih nya yang masih terbalut handuk. Sedangkan mulutnya terus menyesap bibir atas dan bawah Elle, begitu pun Elle yang memeluk erat kekasihnya itu. Memegang dada Ludwig yang bidang.“Oh my! Hahh hahh Hahh!” suara nafas Elle yang terengah – engah.Ludwig melepaskan ciumannya dan melihat mata sayu Elle. Pipi Elle yang berubaha menjadi pink kemerah – merahan. Nafas mereka saling bersahutan.“Kau tahu sayang, aku sangat mencintaimu,” ucapnya dengan suara serak.Elle tersenyum dan mengangguk. “Iya sayang, aku juga sangat mencintaimu.”Jantung L
Tiga hari berlalu begitu saja, dan selama itu pula Pauline gelisah. “Malam ini, aku harus bisa membuat Ludwig memakanku!” seru Pauline dalam hati.Dan tiga hari ini juga dia selalu saja mendatangi Ludwig di Rumah Kesehatan dengan berkilah membantu di bagian medis. Padahal dia tidak mengerti apapun.Seperti saat ini, dia hanya duduk melihat para pasien yang di obati oleh Ludwig dan rekan – rekannya.Waktu sudah mulai sore. Pauline terus berpikiruntuk mencari alasan agar Ludwig mau mengantarnya untuk pulang. Dan tiba – tiba saja di kepalanya terlintas sebuah ide yang tidak akan mungkin Ludwig dapat menolaknya.Pauline berjalan dengan tergesa – gesa sambil membawa baki peralatan hingga terdengar.Pyar…!“Aochhh!!” pekik Pauline kesakitan.Ludwig dan rekan – rekannya seketika berdiri.Ludwig dengan sigap menolong Pauline. “Hati – hati…” ujar nya pelan sambil memapah Pauline.“Ugh… Sakit… Sepertinya kaki aku terkilir Lud,” ringis Pauline kesakitan.Hanz yang ahli bagian ortopedia langsung
“Hai salam kenal,” sapa Elle ramah kepada Pauline.Pauline tidak menyangka kalau Ludwig terang – terangan seperti itu. “Oh hai, aku Pauline. Salam kenal. Kebetulan aku kenalan lama dari Ludwig.”Elle tersenyum, “Oh ya? Senang berkenalan denganmu Pauline. Ini aku ada bawakan sarapa untukmu. Semoga kamu menyukainya.” Ucap Elle sambil menyodorkan satu box wadah makanan kepada Pauline.Pauline menerimanya, “Terima kasih Elle, aku pasti akan menyukainya.”“Ok kalau begitu, kamu nanti bicarakan dengan kepala desa tentang apa yang ingin kamu lakukan di sini.” Ujar Ludwig kepada Pauline lalu menengok ke Elle. “Ayo sayang, mereka pasti sudah menunggu kita.” Sambung Ludwig berbicara dengan lembut kepada Elle.“Iya sayang,”“Kami duluan ya Pauline…” pamit Elle kepada Ella. Namun baru tiga langkah, Pauline memanggil Ludwig.“Lud!”Langkah kaki Ludwig dan Elle berhenti lalu menengok ke belakang.“Ya?”“Uhm, apa bisa kamu yang bimbing aku selama aku di sini?” ujar Pauline yang langsung membuat Ludw
“Ada apa?” tanyanya berusaha tenang.“Aku mau mandi, tapi tidak ada air.” Ucap Pauline sambil memegang handuknya di depan dadanya.“Oh iya maaf, aku lupa bilang. Kalau kamu mau air. Kamu harus memompa air disini.” Jelas Ludwig sambil menunjukka pompa yang ada di dekat kamar mandi. Tanpa Ludwig tahu ternyata Pauline sudah menyusulnya.Begitu Ludwing berbalik betapa terkejutnya, Pauline sudah ada di belakangnya. “Hmm, iya. Tapi apa bisa kamu ajar aku caranya memompa.”“Damn! Kenapa dia hanya mengenakan handuk seperti ini.” Seru Ludwig dalam hati.“Hmm, baiklah…” ujar Ludwig. Dan memberikan contoh cara memompa air.“Ok, biar aku coba!” seru Pauline dengan bersemangat. Wanita manis, mungil tapi menonjol di beberapa area itu terlihat begitu bersemangat mengikuti tutorial cara memompa air.Pauline kemudian memompa air seperti yang di lakukan Ludwig, tapi hal tersebut sangat berbahaya dengan jantung dan boa Ludwig. Bagaimana tidak. Setiak Pauline mengangkat tangannya, handuk tersebut akan i
Satu minggu berlalu, karena orang tua Elle menggunakan pengiriman ekspress. Hari ini semua barang pesanannya tiba tanpa kekurangan. Bahkan kedua orang tua Elle memberikan perlengkapan yang mendukung untuk perkebunan nantinya.“Hufftt… Akhirnya selesai juga…” seru Elle begitu merapikan pupuk dan bibit di dalam ruang penyimpanan.Sedangkan Ludwig dan rekan - rekannya bertugas mengangkat barang - barang berat. Mereka juga di bantu oleh beberapa warga lokal.“Pak Dokter…!” seru kepala desa tiba – tiba.“Iya?”“Maaf, apa saya bisa minta waktu anda sebentar? Ada tamu yang baru saja tiba. Dan saya sedikit kesulitan untuk berkomunikasi.” Ujar Kepala Desa dengan tidak enak hati karena harus menyusahkan Ludwig kembali.“Tentu saja Pak, tunggu aku di sana. Aku akan membersihkan tangan terlebih dahulu.”“Baik Pak Dokter,” Kepala desa pun berlalu menemui tamu yang di maksud.Ludwig segera membersihkan tangannya. Menengok kiri dan kanan mencari Elle.“Hanz, kamu lihat Elle?”“Sepertinya masih di Gu
Satu bulan pun berlalu. Ludwig dan Elle sudah hidup bersama. Mereka sudah seperti selayaknya pasangan yang tidak terpisahkan. Para warga lokal juga sangat menyayangi Elle dan Ludwig.“Sayang, sudah dulu… Besok lagi kamu lanjut ya…?” ucap Ludwig lembut menghampiri Elle yang saat ini melukis hanya dengan menggunakan gaun tidur yang begitu tipis.“Hmm… dikit lagi sayang, tinggal satu arsiran lagi.” Balas Elle dengan manja.Ludwig menghampiri kekasihnya itu dan memeluknya dari belakang lalu menyandarkan dagunya di pundak Elle. Mencumbu dan menghirup aroma manis dari tubuh kekasihnya.“Sayang, geli….” Rengek manja Elle di ganggu oleh Ludwig.“Lanjut saja, aku temanin.” Ujar Ludwig.Elle mengerecutkan bibirnya, “Bagaimana bisa lanjut kalau kamu seperti ini?”Ludwig tertawa kecil. “Iyah.. iyah… Kamu lanjutkan dulu, aku siapkan air minum dan vitamin.” Sebelum keluar Ludwig mengecup puncak kepala Elle. Pria itu keluar mangambil segelas air dan vitamin untuk mereka berdua.Dan di saat Ludwig m
“Hmm, kamu benar. Takdir kembali mempertemukan kita berdua.”Ludwig mengambil tangan Elle. Menggenggamnya dengan lembut. Elle tersenyum dan ikut menggenggam tangan nya. Mereka berdua berjalan dalam diam menikmati hamparan bintang di atas langit. Hingga mereka tiba di depan rumah.Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Ludwig mengantar Elle sampai di depan pintu kamar wanita cantik itu. Jantung Elle berdebar begitu cepat.Elle membuka pintu kamarnya, namun Ludwig masih enggan melepaskan wanita cantik itu. Rasa rindunya belum rela berpisah dengan Elle.Begitu Elle melangkah kakinya masuk, Ludwig menarik tangan Elle. “El…”Jantung Elle berdegup semakin cepat, “Ya?”Ludwig tersenyum lembut, “Bukan hanya karena takdir seperti yang kamu katakan. Aku mengatakan ini karena aku sungguh mencintaimu, sampai detik ini. Perasaanku padamu tidak pernah berkurang. Yang ada aku semakin merindukanmu di setiap helaan nafasku.”“Maukah kamu mau menjadi kekasihku El?” tanya Ludwig menatap lurus manik indah
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in