"Hei... apa maksud kamu tentang kebaikan Rose..?" tanya Fin tiada henti di sepanjang perjalanan."Ck..! Turunlah terlebih dahulu ! Atau kalau kau mau langsung pulang juga silahkan...!" seloroh Ken yang tahu Fin pasti akan ikut turun.Lagi-lagi Fin hanya bisa mendengus kesal."Dasar teman laknat!" seru Fin dan ikut turun dari mobil dan memegang sebuah Map.BrakKen jalan terlebih dahulu dan membuka pintu rumah.Ceklek"Hai sayang..." sapa Siska menghampiri Ken dan mengecup pipinya. Tanpa tahu kalau ada Fin juga ikut turun."Hai sayang..." Balas Ken dan juga mencium balik bibir Siska dengan sekilas."Bagaimana kondisi tanganmu sayang??" tanya Siska, membalas ciuman Ken."What the..?? Bisa kalian berdua jelaskan apa yang sudah aku lewatkan ?" tanya Fin memotong ucapan Siska dari belakang melihat adegan menyakitkan mata dan tidak aman untuk jantungnya sendiri.Karena lagi-lagi terlintas bibir Rose yang tadi sempat di lumatnya."Shit !" maki Fin dalam hati."Ahh... Maaf.. Ada kamu Tuan Fin.
"Hmm, percaya padaku. Semua akan baik-baik saja..." jawab Ken meyakinkan Siska."Hmm, baiklah... Aku akan pergi... Lalu ini berkas-berkas apa..?" ujar Siska sambil melihat beberapa lembar kertas yang lumayan banyak di tangannya."Ah.. Ini adalah kompensasi yang diberikan oleh Tuan Au—""Ken ?" sela Fin mengingatkan untuk tidak menyebut nama Austin."No problem bro !" balas Ken dan mengangguk paham kerisauan Fin."Siska perlu tahu yang sebenarnya, karena bukankah sebentar lagi dia akan menjadi iparmu?" terang Ken dengan tersenyum kepada Fin.Fin pun mengangguk paham.Ken kembali menoleh ke arah kekasihnya itu. Yang kini tengah menggendong si cantik nan mungil Cecilia."Ini adalah surat-surat yang harus kamu tandatangani sayang, semua ini adalah pemberian dari Tuan Austin kepadamu seperti yang aku katakan semalam, mulai dari pendidikan Cecilia, rumah dan sejumlah uang untuk keperluanmu sehari-hari," sebut Ken mengulangi penjelasannya."Hmm Ken... Aku pikir, aku tidak perlu menerima semu
"Oh my! Kamu sangat seksi love...!" seru Austin terpesona melihat Bella yang kini sudah berganti dengan thong bikini berwarna putih melekat sempurna di tubuh seksi Bella."Terima kasih sayang..." balas Bella merona."Kamu juga sangat tampan love..." sambung Bella sambil berjalan mendekati Austin yang kini hanya mengenakan celana renang. Tubuh atletisnya terpampang begitu sempurna. Tidak besar seperti binaragawan tapi sangat proporsional."Selalu sayang..." balas Austin dan mengedipkan matanya."Hahhahaha..." tawa Bella dan menggelengkan kecil kepalanya."Sini tangannya..." Austin meraih tangan Bella dan menuntun Bella agar mengikuti gerakannya.Seperti berlari di tempat. Lompat-lompat kecil, hingga peregangan otot. Kurang lebih lima menit akhirnya pemanasan mereka usai. Austin menautkan jemarinya ke jemari Bella. Lalu menuntunnya untuk turun ke kolam renang dengan hati-hati."Hati-hati sayang..." ujar Austin yang terlebih dahulu masuk ke dalam kolam renang. Mengulurkan tangannya untuk
"Aku mau di makan olehmu sayang... Karena.. aku juga akan memakanmu sekarang...!"Bella sontak membelalakkan matanya setelah mendengar penuturan Austin."Whattt ?! Di sini ??! " shock Bella.Austin mengedipkan matanya, "Hmm... di sini sayang.." suara berat nan seksi itu menjawab."Tapi sayang, nanti ada yang masuk….?!" kepanikan Bella semakin jadi, detakan jantungnya semakin cepat tatkala Austin mengambil gelas dari tangannya dan menaruhnya di lantai begitu saja.ByurrAustin masuk ke dalam kolam renang dan langsung memeluk kekasihnya itu dari belakang."Tidak akan ada yang masuk, karena ruang ini menyatu dengan kamar kita sayang... Hmm..?" bisik Austin semakin parau.Deg deg degBella menoleh dengan wajah memerahnya dan berkata, "Tapi sayang ?""Kita akan melakukan hal seperti ini sepanjang waktu sayang, aku ingin melakukan hal luar biasa, bercinta denganmu di mana pun kita berada. Aku ingin membuat kenangan yang tidak terlupakan seumur hidup kita. Apa kamu mau sayang ?" ucap Austin
Bella menjulurkan lidahnya dan di sambut oleh lidah Austin. Austin melilitkan lidahnya dan menari. Tangannya meremas payudara Bella yang ranum itu. Tangannya perlahan turun mengusap klit Bella."Ahhh Sayang... Euhkk.. euhmp..!" erangan tertahan Bella terdengar begitu Austin menghisap lidahnya membuat manik abu-abu itu naik ke atas."Ahh... ini benar-benar gila... Ahh... jari Austin masuk ke dalam tubuhku...!!" batin Bella merasakan kenikmatan luar biasa ini.Austin mengeluarkan tangannya dan memberikan tangan yang penuh cairan Bella masuk ke dalam mulut Bella. Bella membuka mulutnya dan menjilatinya dengan nikmat. Jemari Austin dikulumnya dengan begitu seksi. Kabut gairah membuat sisi liar Bella kembali tidak terkendali."Suka.. Hmm..?" bisik Austin dan menjilati telinga Bella."Euhmm... Iya sayang.." jawab Bella dengan mata sayunya.Austin membuang nafas, "Hah! Kamu sangat menggemaskan sayang..!" gumamnya dan kembali melumat bibir ranum Bella.Austin menarik turun Bella masuk ke dala
"I love you Bella!!""I love you too Austin!!"Hingga beberapa saat mereka mengatur nafas. Austin naik terlebih dahulu dan membantu Bella untuk ikut keluar dari kolam renang, dengan tubuh polosnya.Austin segera mengambil dua handuk di kursi untuk menutupi tubuhnya dan tubuh Bella."Kamu sangat liar di dalam kolam renang sayang..." goda Austin yang berhasil membuat Bella kembali malu dengan sisi liarnya yang kembali keluar begitu saja di depan Austin."Sayang!!"Bellaberlari kecil menuju pintu yang langsung menuju kamar mereka."Hahahhaa... Hati-hati licin sayang!!" teriak Austin dengan tawa khasnya.Namun Bella tidak menghiraukan panggilan Austin dan masuk ke dalam kamar."Astaga! Pakaianku?! Aku lupa di ruang sebelah...!" gumam Bella yang tersadar kalau dirinya harus berganti pakaian."Ada apa sayan?" tanya Austin yang sudah menyusul Bella masuk ke dalam kamar."Ehmm... Itu... Pakaianku ada dikamar mandi sebelah sayang..." jawab Bella cengengesan.Austin tersenyum dan menutup pintu.
Sudah lebih tiga puluh menit Gerald dan Giselle membedah beberapa kontrak dari para klien milik Giselle. Dan mereka berdua masih berada di Private room restaurant tersebut.Gerald melirik sesaat ke arah Giselle dan melihat jam di arloji rolex yang dia kenakan. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam."Ehm... Giselle..?!" panggil Gerald dengan melihat Giselle yang masih sibuk membolak-balikkan berkas ditangannya.Giselle berhenti sesaat dan menoleh ke arah Gerald, "Ya ?" jawab Giselle singkat."Bagaimana kalau kita pergi ke tempat yang jauh lebih nyaman..?" usul Gerald.Giselle menaikkan satu alisnya. Berpikir."Hmm... Boleh juga... Mau kemana..?" setuju Giselle. Karena jujur saat ini dia juga sudah sangat lelah dengan posisi duduk deperti ini.Gerald tersenyum, "Bagaimana kalau di apartmentku ?" usul Gerald lagi.Deg !"Hah?!" kaget Giselle.Gerald pun bicara karena melihat ekspresi kaget Giselle. "Bukan maksud aku untuk sesuatu Giselle, hanya saja lebih tidak mungkin ‘kan kalau
"Sepertinya dengan sedikit menggodamu aku bisa menikmati tubuhmu malam ini Giselle !!" gumam Gerald dan berjalan mendekati Giselle yang tengah duduk di sofa.Giselle tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Gerald yang kini sudah berjalan ke arahnya."Oh My !! Aku tidak akan tahan kalau seperti ini" batin Giselle menggigit bibir bawahnya. Tubuhnya gelisah dan merasakan hawa panas yang mulai menyebar di seluruh aliran darahnya.Gerald duduk di sofa tepat di samping Giselle, "Apa tidak masalah aku seperti ini ?"Giselle memperbaiki posisi duduknya, berusaha mengontrol perasaannya saat ini. "Ya, no problem.."Dengan gerakan lembut, Gerald mengangkat tangan dan mengurai rambut Giselle yang masih setengah basah itu. Dia tidak sangka kalau Giselle benar-benar mandi secara utuh seperti ini.Gerald menghirup aroma shampo dari rambut Giselle, "Hmm... Rambutmu sangat wangi Giselle..." suara berat Gerald membuat adrenalin Giselle ikut berpacu."Ehmm... Ge—gerald..." serak Giselle dengan mata say