Bella menjulurkan lidahnya dan di sambut oleh lidah Austin. Austin melilitkan lidahnya dan menari. Tangannya meremas payudara Bella yang ranum itu. Tangannya perlahan turun mengusap klit Bella."Ahhh Sayang... Euhkk.. euhmp..!" erangan tertahan Bella terdengar begitu Austin menghisap lidahnya membuat manik abu-abu itu naik ke atas."Ahh... ini benar-benar gila... Ahh... jari Austin masuk ke dalam tubuhku...!!" batin Bella merasakan kenikmatan luar biasa ini.Austin mengeluarkan tangannya dan memberikan tangan yang penuh cairan Bella masuk ke dalam mulut Bella. Bella membuka mulutnya dan menjilatinya dengan nikmat. Jemari Austin dikulumnya dengan begitu seksi. Kabut gairah membuat sisi liar Bella kembali tidak terkendali."Suka.. Hmm..?" bisik Austin dan menjilati telinga Bella."Euhmm... Iya sayang.." jawab Bella dengan mata sayunya.Austin membuang nafas, "Hah! Kamu sangat menggemaskan sayang..!" gumamnya dan kembali melumat bibir ranum Bella.Austin menarik turun Bella masuk ke dala
"I love you Bella!!""I love you too Austin!!"Hingga beberapa saat mereka mengatur nafas. Austin naik terlebih dahulu dan membantu Bella untuk ikut keluar dari kolam renang, dengan tubuh polosnya.Austin segera mengambil dua handuk di kursi untuk menutupi tubuhnya dan tubuh Bella."Kamu sangat liar di dalam kolam renang sayang..." goda Austin yang berhasil membuat Bella kembali malu dengan sisi liarnya yang kembali keluar begitu saja di depan Austin."Sayang!!"Bellaberlari kecil menuju pintu yang langsung menuju kamar mereka."Hahahhaa... Hati-hati licin sayang!!" teriak Austin dengan tawa khasnya.Namun Bella tidak menghiraukan panggilan Austin dan masuk ke dalam kamar."Astaga! Pakaianku?! Aku lupa di ruang sebelah...!" gumam Bella yang tersadar kalau dirinya harus berganti pakaian."Ada apa sayan?" tanya Austin yang sudah menyusul Bella masuk ke dalam kamar."Ehmm... Itu... Pakaianku ada dikamar mandi sebelah sayang..." jawab Bella cengengesan.Austin tersenyum dan menutup pintu.
Sudah lebih tiga puluh menit Gerald dan Giselle membedah beberapa kontrak dari para klien milik Giselle. Dan mereka berdua masih berada di Private room restaurant tersebut.Gerald melirik sesaat ke arah Giselle dan melihat jam di arloji rolex yang dia kenakan. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam."Ehm... Giselle..?!" panggil Gerald dengan melihat Giselle yang masih sibuk membolak-balikkan berkas ditangannya.Giselle berhenti sesaat dan menoleh ke arah Gerald, "Ya ?" jawab Giselle singkat."Bagaimana kalau kita pergi ke tempat yang jauh lebih nyaman..?" usul Gerald.Giselle menaikkan satu alisnya. Berpikir."Hmm... Boleh juga... Mau kemana..?" setuju Giselle. Karena jujur saat ini dia juga sudah sangat lelah dengan posisi duduk deperti ini.Gerald tersenyum, "Bagaimana kalau di apartmentku ?" usul Gerald lagi.Deg !"Hah?!" kaget Giselle.Gerald pun bicara karena melihat ekspresi kaget Giselle. "Bukan maksud aku untuk sesuatu Giselle, hanya saja lebih tidak mungkin ‘kan kalau
"Sepertinya dengan sedikit menggodamu aku bisa menikmati tubuhmu malam ini Giselle !!" gumam Gerald dan berjalan mendekati Giselle yang tengah duduk di sofa.Giselle tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Gerald yang kini sudah berjalan ke arahnya."Oh My !! Aku tidak akan tahan kalau seperti ini" batin Giselle menggigit bibir bawahnya. Tubuhnya gelisah dan merasakan hawa panas yang mulai menyebar di seluruh aliran darahnya.Gerald duduk di sofa tepat di samping Giselle, "Apa tidak masalah aku seperti ini ?"Giselle memperbaiki posisi duduknya, berusaha mengontrol perasaannya saat ini. "Ya, no problem.."Dengan gerakan lembut, Gerald mengangkat tangan dan mengurai rambut Giselle yang masih setengah basah itu. Dia tidak sangka kalau Giselle benar-benar mandi secara utuh seperti ini.Gerald menghirup aroma shampo dari rambut Giselle, "Hmm... Rambutmu sangat wangi Giselle..." suara berat Gerald membuat adrenalin Giselle ikut berpacu."Ehmm... Ge—gerald..." serak Giselle dengan mata say
"Ahhh... Apa yang kamu lakukan Gerald?" kaget Giselle karena baru pertama kali di perlakukan seperti ini.Tidak menjawab pertanyaan Giselle, Gerald terus melangkah menuju kamar utama yaitu kamar pribadinya."Gerald?" panggil Giselle.Gerald menurunkan Giselle di atas ranjang berukuran king size miliknya."Duduk sebentar untukku!" ujar Gerald dan Giselle dengan patuh duduk di tepi ranjang. Gerald menarik keatas mini dress Giselle hingga membuat wanita itu telanjang tidak mengenakan sehelai kain pun di tubuhnya.Puas menatap tubuh indah Giselle, Gerald naik ke atas ranjang dan dengan suara beratnya. "Berbaring di sini untukku...!"Giselle mengikuti arahan Gerald dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan pose erotis, "Se—seperti ini?"Gerald tersenyum, "Hmm, good girl!" Kemudian dengan sedikit berlutut di samping wajah Giselle. Ia mengarahkan tongkatnya ke wajah Giselle, "Sekarang kau bisa menghisapnya lagi..."Giselle menatap sayu tongkat yang besar dan menggairahkan itu. Dengan wa
Gerald bangun dari rebahannya dan berlutut sambil terus menghisap klit Giselle dengan kuat dan berseru , "Oughh Giselle... Milikmu sangat enak!"Giselle kaget luar biasa. Serangan Gerald terlalu kuat. Giselle melepaskan kulumannya. Mata hitamnya sudah tidak terlihat. Giselle baru pertama kali merasakan hal seperti ini.Tubuhnya tertekuk keatas dengan erotis dan ditahan begitu kuat oleh Gerald. Giselle menahan tubuhnya dengan kedua tangannya bertumpu di atas kasur.Gerald semakin kuat menghisap inti tubuhnya.Suara erotis terdengar kian intens."Geraldd! Gerald! Hen—hentikan!! Ini terlalu kuat Gerald!!" teriak Giselle mengeluarkan air mata. Giselle dapat merasakan sebentar lagi akan meledak di bawah sana.Sensasi ini membuatnya hilang akal.Gerald meremas bokong Giselle dengan kuat dan memasukkan lidahnya kemudian menghisapnya.Giselle memegang paha Gerald dengan kuat dan membuang kepalanya ke belakang."Ahk! Aku tidak tahan lagi Gerald! Akhh Gerald!" lengkingan Giselle mengunci tubuhn
Matahari pagi sudah mengintip dari balik jendela. Pantulan cahaya terlihat begitu indah. Namun tidak lagi di rasakan oleh pria yang tengah berada di ruang tamu dengan sekaleng bir yang masih berada di genggamannya.Cahaya matahari menyilaukan matanya yang masih tertutup rapat."Bella...?" suara serak terdengar seisi rumah. Suara khas baru bangun tidur. Steve mengerjapkan matanya sekilas dan tersadar akan sesuatu."Ah... kau sudah tidak ada di sini ..." gumamnya tersenyum kecut."Dan sebentar lagi kita akan resmi bercerai, tapi aku tidak akan membuat kau bahagia dan kau harus tahu siapa Austin sebenarnya" decak Steve memulai paginya dengan merencanakan sesuatu."Austin hanyalah pria berengsek yang membelimu dengan kekayaannya!" sambung Steve kemudian bangun dari tidurnya.Steve mengambil tas kerjanya dan meraih sebuah map.Di bukanya map tersebut dan membaca sekilas surat gugatan cerai dari Bella pada isi selembaran itu.Diambilnya sebuah pena dan ketika hendak ingin menandatangani. St
Sedangkan cahaya matahari pagi di ruangan yang berbeda menyapa sepasang kekasih yang tengah duduk di teras kamar mereka sambil menikmati seduhan teh hangat."Love apa tidak masalah kita sarapan di sini, sedangkan Mom Agatha dan Daddy Ed ada di bawah..." tanya Bella kepada Austin."Tidak masalah love, Mommy yang meminta kepada pelayan untuk mengantarkan sarapan kita," jawab Austin santai sambil menyuapi Bella sepotong sandwich."Euhmm... Uhmm... Tawpi kwenapa...""Ssstttt... Hhahahaha... Makan dulu sayang, nanti tersedak...!" sela Austin melihat Bella memaksakan diri untuk berbicara. Padahal mulutnya masih penuh dengan potongan sandwich yang baru saja di suapi oleh Austin."Hmmp! Iya sayang..." jawab Bella setelah berhasil menghabiskan makanan di mulutnya."Tapi kenapa Mom meminta kita sarapan di kamar?" tanya Bella sangat penasaran."Entahlah sayang..." jawab Austin singkat, mengangkat bahunya ke atas."Mungkin Mommy tahu kalau aku dan kamu saat ini sedang kelelahan, karena baru saja