Share

Kepergok Makan Siang Bersama

Author: CitraAurora
last update Last Updated: 2024-09-07 15:11:47

“Siapa Mario?”

Wanita itu menghentikan makannya, menatap sang suami dengan rasa takut, “Teman saya sesama OB, Pak."

Arga melemparkan tatapan tajamnya. “Siapa yang menyuruhmu menyimpan kontak pria lain!”

Entah mengapa dada pria itu bergemuruh, rasa bahagia yang dari kemarin dia rasakan hilang begitu saja.

Tau Arga marah, Lalita semakin ketakutan tapi dia juga heran.

Menurutnya menyimpan nomor rekan kerja bukanlah sebuah kesalahan, tapi kenapa Arga begitu marah??

"Ingat perjanjian kita Lalita, kamu tidak boleh memiliki lelaki lain selama pernikahan ini masih berlangsung." Kembali pria itu mengingatkan sang istri akan perjanjian mereka.

“....” Bukan tidak paham atau ingat tapi…. Perjanjian mereka hanya melarang Lalita untuk memiliki pria lain selain Arga, bukan menyimpan nomor atau berteman dengan rekan kerja.

"Kenapa diam?” Tanya Arga yang membuyarkan lamunan Lalita.

Tak ingin berdebat wanita itu mengangguk paham, “Saya faham Pak.”

Makan siang yang seharusnya menenangkan dan mengenya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Indira
jelas melanggar Mario wkwkwk
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
yaaahhh ketahuan deh...mario g tau klu ada srigala yang siap menyantapnya...
goodnovel comment avatar
Lano
bagi Arga melanggar
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Tanganmu Kenapa?

    "Tidak melanggar, hanya saja...." Seketika raut wajah Arga berubah. Tatapannya mengarah ke Lalita, "Lalita pasti tau jawabannya.”Mario menatap ke arah Lalita dengan sebelah alisnya yang naik. Sementara itu, Lalita bernapas lega, sebab dia pikir Arga akan membuka status mereka.“Eh, itu–”"Selesaikan makanmu!” Sebelum Lalita sempat menjelaskan, Arga bangkit dari tempat duduknya. Sembari memperbaiki jasnya dia berkata, “Segera kembali ke kantor, ruanganku harus sudah bersih ketika aku pulang nanti!"Arga melangkah pergi, sedangkan Lalita menghela nafas dalam-dalam, dan Mario melongo menatap sahabatnya."Dia begitu mendominasi," cicit Mario.Lalita mengajak Mario untuk bergegas meski waktu istirahat masih cukup lama.Di sisi lain, CEO itu sudah berada di ruangannya. Dengan suasana hati yang buruk, Arga meminta Damar membatalkan meeting tadi.Dia tak peduli berapa banyak kerugian yang mungkin harus dia tanggung. Untuk saat ini, menurutnya yang terpenting adalah kemarahan dan ketidaknyaman

    Last Updated : 2024-09-08
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Mengobati Tangan Lalita

    Buru-buru Lalita menyembunyikan tangannya, tapi Arga segera menarik tangan wanitanya. “Argh!” Teriakan Lalita karena rasa perih yang menjalar membuat emosi Arga meradang. Pria itu meneliti tangan wanitanya dengan saksama, sebelum bereaksi meluapkan kemarahannya pada pelayan di dapur. “Apa saja yang kalian lakukan di dapur hingga membuat istriku terluka?!!” Teriakan itu, memancing keingintahuan Kakek yang baru akan bergabung ke meja makan. Melihat dua poin–kakek dan kemarahan Arga yang belum pernah dilihatnya, Lalita jadi menyimpulkan jika sikap suaminya kali ini adalah bagian dari peran yang mereka lakoni di depan kakek. Semua pelayan dan koki menunduk, mereka meminta maaf. “Tidak apa-apa, ini bukan salah kalian, tetapi aku yang ceroboh,” ungkap Lalita pada mereka. Namun, berbeda dengan Arga yang enggan menggubris permintaan maaf itu. “Aku tidak menoleransi kesalahan kalian! Mencelakai istriku, berarti kalian siap untuk dipecat!” “Mas, jangan salahkan mereka.” Lalita menggun

    Last Updated : 2024-09-08
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Melihat Lalita yang Memakai Handuk

    Pagi telah menyapa, ketika Lalita membuka mata, terlihat Arga sudah siap dengan pakaian kerjanya. “Astaga, aku kesiangan!” Dia pun buru-buru bangun.Akan tetapi, sebuah kalimat tanya dari Arga menghentikan langkahnya. “Mau ke mana?” Perlahan, Lalita berbalik, “Mau ke dapur untuk menyiapkan sarapan, Pak,” jawabnya polos.“Tidak perlu,” sahutnya. “Mulai hari ini dan seterusnya, kamu tidak aku izinkan ke dapur lagi.”Mata Lalita mengerjap, kaget. “Kalau begitu saya akan bersiap, Pak.” Lalita memutar langkah, menuju walk in closet. Namun, cekalan lembut di tangannya membuat dia lagi-lagi menghentikan langkah.“Istirahat saja, hari ini tidak usah datang ke kantor.”“Tapi Pak…..” “Apa kamu ingin lukamu itu membusuk, lalu tanganmu diamputasi?!” ancam Arga.Pria itu tahu, kalimatnya terlalu berlebihan. Akan tetapi, dia pun bingung harus mengemukakan alasan apa pada sang istri.“Diamputasi??” Nyali wanita itu seketika menciut mendengarnya.Menahan tawa, hingga membuat sudut bibirnya bergeta

    Last Updated : 2024-09-09
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Tak Ingin Berakhir

    Sementara di luar Arga terus memintanya cepat, di dalam kamar mandi Lalita malu sendiri. Bagaimana bisa dia begitu ceroboh hanya memakai handuk di dalam kamar yang jelas bukan kamar pribadinya?!“Sekarang aku harus bagaimana?!” ujarnya dengan ekspresi ingin menangis. Puas merutuki kebodohannya, Lalita yang sudah berpakaian lengkap keluar dengan muka memerah. Dia begitu malu bahkan tak berani menatap Arga yang sedari tadi menunggu di depan kamar mandi.“Kenapa lama sekali.” Protes Arga yang langsung masuk ke dalam dan mengunci pintu.Lalita pikir, Arga hanya menjalankan ritual seperti biasa–mandi sepulang kerja. Dia tidak tahu, jika pria itu harus mandi keramas guna menenangkan hasratnya yang mengganas.Melihat wanita dengan pakaian minim, dan bahkan nyaris tak berbusana bukanlah hal baru sebetulnya untuk Arga. Anehnya, hasrat yang biasanya tak pernah terpancing, justru naik dengan begitu cepat hanya karena melihat Lalita memakai handuk.Menghabiskan 30 menit merendam diri di bathtub,

    Last Updated : 2024-09-09
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Arga Cemburu

    Di pagi harinya, Lalita yang membuka mata segera tersentak kaget. Dia nampak heran. Perasaan kemarin dirinya masih berada di mobil, tapi pagi ini sudah berada di ranjang empuk milik suaminya.“Aku tertidur begitu lama?” ujar Lalita. “Apa semalam dia yang memindahkanku? Tapi, kenapa aku tidak sadar?” gumamnya lagi, masih keheranan.Suara bariton Arga kemudian menyentak Lalita. “Bersiaplah. Hari sudah siang,” ujar Arga. Saat wanita itu turun dari tempat tidur, Arga kembali berujar, “Mulai saat ini tidak perlu menyiapkan makanan untukku, biar pelayan saja.” Ucapan Arga barusan membuat Lalita mematung, apa suaminya sudah berubah tidak ingin menindasnya lagi?“Sudah cepat lah bersiap.” Kembali pria itu memerintahkan istrinya agar bersiap.“Baik Pak.” Lalita bergegas pergi ke kamar mandi.**Pagi itu, Lalita yang habis membersihkan ruangan CEO ijin pamit kembali ke ruang OB, Arga yang kebetulan akan ada tamu mengijinkan sang wanita kembali.Saat bersamaan di lorong yang biasanya Lalita lewa

    Last Updated : 2024-09-10
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Pecat Mario!

    “Tidak jadi!” Setelah berpikir beberapa detik, Arga mengurungkan pertanyaannya. “Turunlah.”“Baik Pak.” Wanita itu pun turun.Seperti biasa, selesai mengerjakan pekerjaannya Lalita duduk bersantai di ruang OB. Di sela menikmati santainya Lalita terus melihat ponsel miliknya. Dia berharap Sang CEO memanggil, tetapi hingga waktu berjalan cukup lama, tak ada satu pun panggilan yang masuk.Wanita itu terlihat tak tenang, pikirannya semakin gusar.Meski ini semua adalah permintaannya, tapi entah mengapa Lalita merasa ada yang hilang. Tak bisa dipungkiri dia sudah terbiasa akan rasa peduli suaminya.“Lalita, bukankah kamu seharusnya senang dengan perubahannya???” Wanita itu bermonolog dengan dirinya sendiri.Mario yang baru selesai mengerjakan pekerjaannya, masuk ke dalam ruangan, pria itu meletakkan peralatan kerjanya kemudian menghampiri Lalita, “Ta.”Lalita segera menoleh kemudian melemparkan senyuman, “Sudah selesai?” “Lelah sekali.” Sambil mengelap keringat yang memenuhi dahinya.Saa

    Last Updated : 2024-09-10
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Dia Sekretarisku!

    Mario bukanlah anak orang kaya, dia memiliki seorang ayah yang sudah tua. Dia juga memiliki seorang adik yang kini berada di bangku SMA.Bila Mario dipecat, lantas siapa yang memenuhi kebutuhan keluarganya? Inilah alasan kenapa Lalita keberatan bila Arga memecat Mario.“Karena dia adalah sahabat saya.” Selalu jawaban itu yang keluar dari mulut Lalita.Sahabat, sahabat dan sahabat. Jawaban Lalita membuat Arga semakin muak, alhasil dia menghubungi Damar, meminta asistennya untuk datang.Tau bila Damar akan diperintah untuk melakukan pemecatan Lalita kembali memohon.“Pak saya mohon jangan pecat Mario,” pintanya dengan memohon.Arga tak peduli akan permohonan istrinya, sehingga Lalita tidak memiliki cara lain selain melakukan penawaran.“Saya akan melakukan apapun, tapi tolong jangan pecat Mario.”Mata Lalita mulai membasah, hal ini membuat Arga semakin murka, dia mengira bila Lalita tidak ingin pisah dengan OB yang bernama Mario.Dia tersenyum sinis, “Kamu rela melakukan apapun demi dia?

    Last Updated : 2024-09-11
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Jangan Banyak Bertanya!

    Ucapan Arga menggemparkan kantor. Bagaimana bisa seorang OB tiba-tiba diangkat menjadi sekretaris?!Tak hanya mereka yang ada di sana, Lalita pun terkejut. Dia sungguh baru tahu, suaminya memindahkan dia dengan semena-mena. “Pak.” Wanita itu menggeleng menatap Arga tapi pria itu yang mempedulikan tatapan istrinya.Semua orang yang berada di sana berbisik-bisik.“Bagaimana mungkin dari OB bisa langsung diangkat jadi sekretaris CEO?”“Benar! Rasanya ini tidak adil!”Geram kembali dirasakan Arga. “Barang siapa yang merasa keberatan, silahkan angkat kaki.” Pria itu menatap semua orang yang ada di sana dan kembali berkata. “Aku tidak ingin ada rumor lagi, bila ada yang berani membicarakan aku dan Lalita hingga terdengar olehku… maka aku sendiri yang akan memecatnya!” Arga menatap Lalita, kemudian meminta wanita itu untuk ikut dengannya langsung ke ruang CEO.Saat di lift Lalita hanya diam. Ddia sungguh bingung dengan keputusan Arga.Sementara Lalita diam, Arga nampak tersenyum. Dia yakin

    Last Updated : 2024-09-11

Latest chapter

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Bertanggung Jawab

    Pikiran Arga sangat liar sehingga dia mengajak sang istri bercinta diluar ruangan, Lalita yang awalnya menolak kini justru merasa senang.Sungguh ide suaminya kini sangat brilian, bercinta di bawah sinar rembulan yang diiringi suara ombak benar-benar pengalaman bercinta yang amazing."Ini akan menjadi kenangan yang sangat indah" Arga nampak ngos-ngosan setelah mendapatkan pelepasannya."Iya Mas ternyata seru yw." Ujar Lalita. Sementara Arga dan Lalita menikmati malam panas mereka diluar ruangan, Rangga duduk sendiri di teras villanya yang mengadap kelaut. Dia meminta Gilang untuk membawakan sebotol minuman beralkohol, dia ingin menikmati malam pertama di pulau dewata. Awalnya dia dang Gilang nampak baik-saja tapi beberapa saat kemudian dia mulai tak sadarkan diri. "Lalita." Teriak Rangga. Keesokan harinya, Lalita mengajak Arga untuk pergi ke sebuah pasar tradisional, ada yang ingin dia beli di pasar tersebut. Rangga yang melihat Lalita dan Arga ingik keluar memutuskan untuk

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Gak Jadi Sedih

    Hari yang ditentukan untuk pergi berlibur telah tiba, Satu jet pribadi khusus untuk CEO dan asistennya satu lagi pesawat pribadi untuk para petinggi kantor. "Mari kita berangkat." Gilang terlihat sangat senang. Dia melangkahkan kaki terlebih dahulu menaiki tangga jet tersebut. Para CEO yang biasanya berpakaian formal kini menjelma pria casual dengan tampilan santainya. Sungguh pemandangan yang sangat meremajakan mata. "Astaga Mas Rangga ganteng banget." Mata Lalita terus menatap Rangga yang berpakaian kasual ala-ala anak muda. Mendengar puja-puji yang keluar dari mulut istrinya tentu membuat Arga cemburu. "Kamu pikir dia saja yang ganteng!" Ujarnya kesal. "Iya lah Mas.... " Tanpa sadar Lalita berkata demikian, namun beberapa detik kemudian wanita itu menutup mulutnya. Dia terkekeh menatap Arga. "Maksud aku setelah kamu Mas." Rangga tersenyum senang, meski tidak bisa memiliki Lalita paling tidak wanita itu ngefans pada dirinya. "Pindah ke pesawat satunya Rangga." Tak senang A

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Liburan Bersama

    Pria itu segera bangkit, dia mencoba membangunkan Kania tapi agaknya wanita itu tidak mau membuka matanya. Segera Damar menggendong tubuh Kania untuk dibawa ke rumah sakit. "Sayang kamu kenapa!" Damar terlihat begitu panik. Memiliki skil mengemudi yang cukup baik membuat dia dengan cepat tiba di rumah sakit. Segera Damar memanggil suster, dan setelah dilakukan pemeriksaan Dokter mengatakan jika Kania kekurangan nutrisi. "Bagaimana bisa dia kekurangan nutrisi?" Damar begitu syok. "Apa istri anda diet?" tanya Sang dokter. "Sepertinya tidak." Jawab Damar ragu-ragu. Tapi jika diingat lagi, beberapa hari ini dia tidak melihat istrinya makan berbeda dengan sebelumnya. Mengingat hal yang memicu pingsan adalah kekurangan nutrisi Dokter segera mengalihkan pemeriksaan Kania ke dokter kandungan, bagaimanapun juga kondisi calon bayi di dalam harus diperiksa. Ketika dokter melakukan USG, kerutan-kerutan terlihat di dahinya, pemeriksaan awalnya menunjukan satu janin saja tapi mengapa tiba

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Selalu Lapar!

    Seiring berjalannya kehidupan Arga dan Lalita normal kembali, siang itu Lalita datang ke kantor untuk mengantar makan siang suaminya. "Mas." Lalita berjalan menuju meja kerja sang suami. Sementara Arga yang sangat fokus dengan pekerjaannya tidak menyadari kedatangan sang istri. Dia mengira suara langkah kaki yang mendekat adalah langkah sekertarisnya Mawar. Tanpa meliaht dia mengusir sekertarisnya itu yang sebenarnya adalah sang istri. "Letakkan berkasnya lalu pergilah!" Ujar Arga. Lalita hanya tersenyum melihat sang suami. "Aku baru datang tapi kamu sudah menyuruh pergi saja Mas." Sahut Lalita. Sangat mengenal suara itu dengan jelas, Arga pun mengalihkan pandangannya. Dia terkejut jika yang berada di hadapannya adalah sang istri. "Sayang." Dia pun menjeda pekerjaannya. Senyumam manis Arga tunjukkan. "Aku ngantar makan siang tapi malah diusir." Goda Lalita sambil tertawa. "Maaf Sayang, aku kira sekretaris aku." Arga menjelaskan. CEO itu mengajak Lalita dudu

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Sadar

    Lalita terus larut dalam kesedihan, membuat Arga tak tahu lagi harus bagaimana. Dia sudah membujuk Lalita tapi istrinya terus saja bilang dia harus mengerti. "Terserah kamu lah Sayang." Pagi itu Arga pergi ke kantor dengan marah. Dia sudah tidak bisa mentolerir sikap Lalita lagi, bukan tidak boleh bersedih tapi suami juga ada batasannya. Kekecewaan serta kekesalannya kepada sang istri Arga alihkan ke pekerjaan sehingga pria itu perlahan gila kerja kembali. Pagi buta dia berangkat larut baru pulang, tak terasa sudah sebulan dia seperti itu. Malam itu, Arcello demam tinggi. Baby Sitter sangat panik dan bingung. "Bagaimana ini." Seraut wajah bingung terlihat. Dengan langkah cepat dia memberanikan diri mengetuk pintu kamar majikannya. Tak berselang lama, Lalita keluar. "Maaf Bu, Tuan Arcello demam." Lalita sangat panik lalu dia berlari ke kamar sang anak. Segera wanita itu membawa Arcello ke rumah sakit, seusai diperiksa Dokter meminta Arcello agar di rawat mengingat bayi setahu

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Sedih Yang Mendalam

    Pria itu terus menatap istri sahabatnya, meski dokter bilang keadaan Lalita baik-baik saja dia tetap saja khawatir bahkan jika Lalita tak kunjung siuman maka dia akan meminta dokter untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh. Tak selang lama Lalita siuman, dia menangis lagi mencari ibunya. "Lalita! terimalah kenyataan jika ibu sudah tiada! kamu pastinya paham jika kita tidak boleh meratapi!" Selama kenal dengan Lalita, inilah kali pertama Rangga membentaknya. "Sabar lah, relakan kepergian ibu." Ujar pria itu kemudian. Wanita itu mengangguk, dan untuk kesekian kalinya Rangga membawa wanita rapuh itu ke dalam pelukannya. "Ada aku Lalita, ada suami kamu, biarkan ibu pulang dengan tenang." Rangga semakin mengerutkan pelukannya. Lalita yang terbawa suasana juga memeluk Rangga dengan erat, dia kini bak seorang adik yang tengah memeluk kakaknya. Sementara itu disisi lain, Arga barus selesai rapat. Dia yang lupa tidak membawa ponsel tentu tidak bisa dihubungi. Kedua netra

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Meninggal

    "Ibu kenapa meminta maaf." Lalita menggenggam tangan ibundanya. Wanita paruh baya itu tersenyum sambil memercing kesakitan. Melihat keadaan wanita tak berdaya itu, Rangga segera memanggil Dokter. Dia tentu tidak ingin terjadi apa-apa dengan ibunda Lalita. Tak berselang lama, dokter datang. Mereka segera diminta untuk memeriksa ibunda Lalita kembali. Dokter menunduk, Rangga yang tau ekspresi ini mengajak sang dokter bicara diluar. "Apa yang terjadi dengan pasien Dok?" Pria hangat itu bertanya dengan tatapan tajam. Ekspresi ketakutan tersirat di wajah sang dokter sehingga membuat Dokter penyakit dalam itu hanya diam. "Apa yang terjadi?" Suara Rangga mencuat. Segera Dokter menatap orang yang paling berkuasa di rumah sakit itu, "Dari hasil tes pencitraan rontgen, sel berbahaya sudah menyebar ke seluruh tubuh pasien itulah yang menyebabkan kami bingung harus bagaimana Pak Rangga." Ujar dokter. "Kenapa sebagai dokter kamu bingung! cepat bertindak!" Rangga yang tidak ingi

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Ibu Pingsan

    Hari itu Arga datang ke kantor dengan wajah sumringah, dia juga tidak marah-marah seperti beberapa hari sebelumnya. Yang lebih mengejutkannya lagi sikapnya terhadap Damar. "Kalau kamu masih mual pelan-pelan saja Damar kalau tidak selesai bisa kamu kerjakan besok." Ucapan Pria itu membuat kerutan-kerutan di dahi Damar terlihat jelas, dari tatapan matanya juga nampak apabila dia bingung. "Tapi kemarin anda bilang.... " Belum sempat melanjutkan kata-katanya, Arga menyilangkan jari telunjuk di bibirnya. "Ucapan kemarin jangan diambil hati." Lalu pria itu berjalan keluar ruangan asistennya. Siang itu Lalita datang ke kantor untuk mengantar makan siang untuk Arga. Dia yang masih merasa bersalah ingin menunjukkan perhatiannya kepada sang suami. "Mas." Dengan langkah cepat dia menuju meja kerja suaminya. Melihat istrinya datang, Arga nampak senang. "Sayang." Ujar Arga. Lalita segera memeluk suaminya seraya berkata kangen. "Aku juga sayang," sahut Arga. Beginilah jika

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Lebih Mengerti Lagi

    "Bukan aku yang jahat tapi kamu Sayang! kamu terus saja mengabaikan aku!" Emosi Arga memuncak. Lalita tertawa mendengar ucapan suaminya, dia menolak bukan tanpa sebab karena memang sang buah hati dalam fase pertumbuhan. Dari bangun tidur dia tidak berhenti sama sekali, usai mengurus suami dia harus mengurus anak dan itu benar-benar membuatnya lelah. "Kamu tau kan jika alasan aku menolak karena Arcello, aku lelah! tapi kamu malah di hotel dengan sekretaris itu!" Air mata Lalita mengalir, hatinya tergores akan ucapan Arga. Kerutan di kening Arga mulai kentara, pria itu menatap istrinya dengan lekat. "Aku memang di hotel tapi bukan sama sekretaris!" Pria itu menatap Lalita dengan tajam. "Bohong! mana mungkin ada orang pria booking kamar hotel sendiri kalau bukan membawa jalang!" Kata Lalita dengan keras. "Terserah kamu percaya apa nggak! lagipula aku menginap di hotel bukan tanpa alasan." Pria itu mencoba menahan emosinya. Lalita masih tak percaya dan lagi dia semakin

DMCA.com Protection Status