Pamela tersipu oleh kata-kata penuh arti pria itu, "Agam, kamu ...."Agam mencondongkan badan menyentuh dahi Pamela sembari bertanya, "Aku kenapa? Hm?"Pamela memelototinya, "Kamu ... jangan keterlaluan! Kalau begini terus, aku benar-benar akan marah!" bentaknya.Pria itu mencium lembut ujung hidung Pamela, tangan besarnya menyentuh kepala kecil Pamela sembari berkata, "Baiklah, nggak aku ganggu lagi. Sana, ganti baju. Malam hari sangat dingin di luar, pakai yang tebal. Paman antar ke rumah Keluarga Andonis.""Gitu dong!" Pamela menghela napas, berjalan melewati pria itu menuju lemari pakaian untuk mengambil baju ganti.Saat hendak melepaskan kaus dan menggantinya dengan sweter, ketika bajunya terangkat sampai pinggang, dia merasakan seorang pria dalam kamar itu terus menatapnya.Pamela berbalik menatap Agam, dia mengerutkan kening berseru, "Paman, berbaliklah!""Segan amat?" komentar Agam, dia berdiri dengan malas, kedua tangan dalam saku celana, menatap Pamela sambil tersenyum.Mante
Adsila terkekeh sambil berkata, "Karena foto pernikahan kalian sudah keluar! Tante, foto pernikahan itu memang seharusnya diperlihatkan di upacara pernikahan, tapi upacara pernikahan kalian 'kan sudah lewat, sedangkan foto pernikahan baru menyusul. Jadi aku mengundang semua orang untuk melihatnya! Kalau nggak, sia-sia dong foto pernikahannya!"Sudut mulut Pamela terangkat.Sejak awal, pengambilan foto pernikahan memang bukan niat Pamela, Adsila yang menyeretnya. Tadinya Pamela berpikir boleh juga foto pernikahannya dijadikan kenang-kenangan, tak disangka malah diperlihatkan pada semua orang ....Derry yang duduk di sofa mengangkat tangan, melambai dengan malas sembari bercanda, "Agam, kamu dan Pamela selaku pemeran utama selalu datang paling lambat. Nggak bisa, kamu harus dihukum!"Agam berjalan mendekat, ikut duduk di sofa, kemudian menjawab, "Aku nggak senggang sepertimu!"Derry mengangkat bahu acuh tak acuh, kemudian berkata, "Iya, aku si jomblo, tentu banyak waktu senggang!"Eric m
Agam menatap dingin Derry yang banyak bicara, tapi tidak membantah, yang bisa dianggap sebagai persetujuan.Adsila yang lelet baru menyadari dan mengangguk sembari berkata, "Hm, benar juga! Menurutku juga Tante aslinya lebih cantik, dia bisa mengalahkan wanita cantik lain tanpa perlu riasan, pokoknya nggak terkalahkan!"Pamela mengernyitkan bibir, dia dibuat canggung oleh pujian berlebihan keponakannya ini.Masih ada beberapa gadis yang duduk di ruang tamu itu, entah mereka teman wanita yang dibawa Derry dan lainnya atau temannya Adsila.Sejak Pamela dan Agam masuk, mereka terus menatap Agam, juga mengamati wajah dan pakaian Pamela tanpa henti.Hari ini, Pamela datang bukan untuk memamerkan kecantikannya.Pamela bangkit, lalu berkata, "Kalian mengobrollah, aku tinggal dulu sebentar. Adsila, ayo kita ngobrol di kamarmu."Kebetulan ada yang mau Adsila bicarakan, dia mengangguk sembari berkata, "Iya, Tante, ayo ikut aku."Pamela mengikuti Adsila ke kamarnya.Adsila menarik sofa lesehannya
Adsila tertegun, dia mengerutkan kening kebingungan, lalu bertanya, "Kenapa?"Dia mengira Tante pasti akan mendukung hubungan barunya dan memberikan restu.Pamela menjawab, "Kalian nggak cocok, kalau kalian bersama, kamu akan terluka secara fisik dan mental."Adsila mengerutkan kening sambil berkata, "Tante, kok sepertinya kamu begitu berprasangka buruk pada Marlon? Dia menghargaimu sebagai keluarganya yang paling penting, kamu malah menganggapnya bajingan?"Pamela menghela napas, lalu berkata, "Aku bukan berprasangka buruk padanya, tapi memahami dia! Aku melihatnya sejak kecil, aku paling tahu dia orang seperti apa, pernah punya berapa wanita. Dia juga orang yang penting bagiku sebagai teman dan keluarga, tapi sama sekali bukan pasangan nikah yang baik."Adsila tercengang, dia berkedip tak percaya, lalu bertanya, "Apa dulu dia punya banyak wanita?"Pamela mengangguk, "Sangat banyak."Adsila bertanya lagi, "Kira-kira berapa banyak?"Pamela mencubit keningnya sembari menjawab, "Umurnya
Adsila tampak tercerahkan setelah mendengar tuturan Pamela, kemudian dia bertanya, "Tante, aku juga nggak tahu apa aku bisa melakukannya. Tapi aku sangat menyukai Marlon, aku nggak ingin menyerah .... Bisa nggak kamu ajari aku bagaimana cara melepaskan?"Pamela tak berdaya, mengetahui tak bisa menghentikannya lagi, dia menepuk pundak Adsila sembari berkata, "Kalau kamu begitu menyukainya, jangan takut terluka! Melepaskan perasaan itu tergantung pada diri sendiri, aku nggak bisa mengajarimu."Sebenarnya, bahkan Pamela sendiri ragu apa dirinya bisa melepaskan perasaannya."Sudahlah, ikuti saja kata hatimu."Setelah bicara, Pamela bangkit dari duduknya, bermaksud keluar untuk menelepon Marlon dan memarahinya habis-habisan.Sudah berkali-kali Pamela mengingatkan, jangan memprovokasi Adsila, sekarang Marlon malah melamarnya, jelas-jelas dia sengaja!Setelah keluar dari kamar, Pamela hendak mencari tempat yang tenang untuk menelepon, tapi dia justru melihat sosok pria tampan dan tinggi sedan
Karena Adsila selalu baik padanya dengan tulus, jadi dia tak tega melihat Adsila terluka.Setelah keluar dari kamar mandi, Pamela kembali ke ruang tamu untuk mencari Agam.Belum turun, Pamela sudah melihat adegan yang terjadi di ruang tamu ....Agam sudah mengganti tempat duduknya.Sebelum dia dan Adsila naik ke atas, Agam duduk sendirian di sofa tunggal. Sekarang, Agam duduk di tengah sofa yang bisa diduduki tiga orang, karena di sebelah kirinya ada teman baiknya, Eric. Sementara sebelah kanannya ada seorang wanita yang duduk dekat dengan Agam.Karena tempat duduk Agam sudah berubah, jadi bisa memastikan kalau tadi Agam ada naik ke atas, tapi dia turun lagi.Pamela menyipitkan matanya karena merasa tidak senang ketika melihat ada wanita yang dekat dengan prianya.Pamela berjalan ke sana dengan langkah pelan, sehingga tak ada yang menyadari dia sedang berjalan ke sana ....Wanita yang duduk di samping Agam mengeluarkan ponsel, lalu menarik napas untuk mengumpulkan nyalinya, baru mendek
Pamela menguap. "Nggak apa-apa, aku lihat ada tempat kosong di sebelahmu dan lebih luas. Pak Andra nggak keberatan kalau aku duduk di sebelahmu, 'kan?"Andra tersenyum saat menjawab, "Aku tentu nggak keberatan, tapi mungkin ada yang keberatan."Andra mengangkat alis seraya menoleh ke arah Agam.Namun, Agam tidak mendongakkan kepala. Agam menopang dagu menggunakan satu tangan sambil melihat ponsel dengan santai.Pamela melirik Agam sekilas, lalu mengambil kue di meja dan makan.Film fiksi ilmiah yang entah dipilih oleh siapa sedang diputar di televisi, tetapi tidak ada yang menonton televisi.Pamela memiringkan badan, makan kue sambil menonton televisi, tetapi Pamela termenung.Derry duduk di sandaran tangan sofa, mengobrol dengan para gadis sambil tersenyum. Sesekali, Derry berbalik badan dan mengobrol dengan Eric.Suasana tampak harmonis, tetapi samar-samar menyiratkan ketegangan."Lala, aku sudah lihat albummu. Kamu sangat cantik kalau pakai gaun pengantin. Sayangnya, aku hanya bisa
Derry juga bertanya, "Pamela, apa berita-berita ini benar? Kalau benar, Perusahaan DirgantaraAndra juga menatap Pamela dengan penuh perhatian seraya bertanya, "Lala, apa kamu baik-baik saja?"Pamela tidak menjawab, melainkan menatap lurus pada Agam karena ingin melihat apa reaksinya. Akan tetapi, Agam tidak mendongakkan kepala dan tidak merespons apa pun.Menurut dugaan Pamela, mungkin ibu dan anak yang pergi ke rumah Keluarga Dirgantara untuk membuat onar hari ini tidak mendapat keuntungan sehingga "mengekspos" hal itu pada media.Mereka yang hanyalah rakyat jelata tidak mungkin bisa menimbulkan kehebohan di internet dan media dalam negeri tidak berani sembarangan merilis berita tentang Perusahaan Dirgantara. Pasti ada campur tangan dari pihak lain."Eh? Topik hangat sudah hilang!"Seorang gadis di ruang tamu tiba-tiba berseru.Gadis-gadis lain segera mengecek ponsel."Benaran hilang!""Aneh sekali! Topik hangat yang terkait tiba-tiba hilang semua!""Ya, aku nggak bisa menemukannya d