Adsila tampak tercerahkan setelah mendengar tuturan Pamela, kemudian dia bertanya, "Tante, aku juga nggak tahu apa aku bisa melakukannya. Tapi aku sangat menyukai Marlon, aku nggak ingin menyerah .... Bisa nggak kamu ajari aku bagaimana cara melepaskan?"Pamela tak berdaya, mengetahui tak bisa menghentikannya lagi, dia menepuk pundak Adsila sembari berkata, "Kalau kamu begitu menyukainya, jangan takut terluka! Melepaskan perasaan itu tergantung pada diri sendiri, aku nggak bisa mengajarimu."Sebenarnya, bahkan Pamela sendiri ragu apa dirinya bisa melepaskan perasaannya."Sudahlah, ikuti saja kata hatimu."Setelah bicara, Pamela bangkit dari duduknya, bermaksud keluar untuk menelepon Marlon dan memarahinya habis-habisan.Sudah berkali-kali Pamela mengingatkan, jangan memprovokasi Adsila, sekarang Marlon malah melamarnya, jelas-jelas dia sengaja!Setelah keluar dari kamar, Pamela hendak mencari tempat yang tenang untuk menelepon, tapi dia justru melihat sosok pria tampan dan tinggi sedan
Karena Adsila selalu baik padanya dengan tulus, jadi dia tak tega melihat Adsila terluka.Setelah keluar dari kamar mandi, Pamela kembali ke ruang tamu untuk mencari Agam.Belum turun, Pamela sudah melihat adegan yang terjadi di ruang tamu ....Agam sudah mengganti tempat duduknya.Sebelum dia dan Adsila naik ke atas, Agam duduk sendirian di sofa tunggal. Sekarang, Agam duduk di tengah sofa yang bisa diduduki tiga orang, karena di sebelah kirinya ada teman baiknya, Eric. Sementara sebelah kanannya ada seorang wanita yang duduk dekat dengan Agam.Karena tempat duduk Agam sudah berubah, jadi bisa memastikan kalau tadi Agam ada naik ke atas, tapi dia turun lagi.Pamela menyipitkan matanya karena merasa tidak senang ketika melihat ada wanita yang dekat dengan prianya.Pamela berjalan ke sana dengan langkah pelan, sehingga tak ada yang menyadari dia sedang berjalan ke sana ....Wanita yang duduk di samping Agam mengeluarkan ponsel, lalu menarik napas untuk mengumpulkan nyalinya, baru mendek
Pamela menguap. "Nggak apa-apa, aku lihat ada tempat kosong di sebelahmu dan lebih luas. Pak Andra nggak keberatan kalau aku duduk di sebelahmu, 'kan?"Andra tersenyum saat menjawab, "Aku tentu nggak keberatan, tapi mungkin ada yang keberatan."Andra mengangkat alis seraya menoleh ke arah Agam.Namun, Agam tidak mendongakkan kepala. Agam menopang dagu menggunakan satu tangan sambil melihat ponsel dengan santai.Pamela melirik Agam sekilas, lalu mengambil kue di meja dan makan.Film fiksi ilmiah yang entah dipilih oleh siapa sedang diputar di televisi, tetapi tidak ada yang menonton televisi.Pamela memiringkan badan, makan kue sambil menonton televisi, tetapi Pamela termenung.Derry duduk di sandaran tangan sofa, mengobrol dengan para gadis sambil tersenyum. Sesekali, Derry berbalik badan dan mengobrol dengan Eric.Suasana tampak harmonis, tetapi samar-samar menyiratkan ketegangan."Lala, aku sudah lihat albummu. Kamu sangat cantik kalau pakai gaun pengantin. Sayangnya, aku hanya bisa
Derry juga bertanya, "Pamela, apa berita-berita ini benar? Kalau benar, Perusahaan DirgantaraAndra juga menatap Pamela dengan penuh perhatian seraya bertanya, "Lala, apa kamu baik-baik saja?"Pamela tidak menjawab, melainkan menatap lurus pada Agam karena ingin melihat apa reaksinya. Akan tetapi, Agam tidak mendongakkan kepala dan tidak merespons apa pun.Menurut dugaan Pamela, mungkin ibu dan anak yang pergi ke rumah Keluarga Dirgantara untuk membuat onar hari ini tidak mendapat keuntungan sehingga "mengekspos" hal itu pada media.Mereka yang hanyalah rakyat jelata tidak mungkin bisa menimbulkan kehebohan di internet dan media dalam negeri tidak berani sembarangan merilis berita tentang Perusahaan Dirgantara. Pasti ada campur tangan dari pihak lain."Eh? Topik hangat sudah hilang!"Seorang gadis di ruang tamu tiba-tiba berseru.Gadis-gadis lain segera mengecek ponsel."Benaran hilang!""Aneh sekali! Topik hangat yang terkait tiba-tiba hilang semua!""Ya, aku nggak bisa menemukannya d
Agam memegang dagu Pamela dengan kasar dan bertanya, "Aku siapamu?"Pamela tidak bisa berkata-kata.Melihat Pamela terdiam, Agam bertanya lagi dengan suara tegas, "Jawab! Aku siapamu?"Pamela menjawab dengan ragu, "Kamu ... pacarku."Agam merapatkan bibir dan tersenyum sinis. "Kita pun sudah punya anak, tapi aku hanya pacar bagimu?"Pamela mengernyit karena hubungan mereka sulit dinilai.Agam memegang dagu Pamela, lalu tiba-tiba mendekat dan menggigit telinga Pamela. "Pamela, bukan begitu kamu panggil aku saat di ranjang!"Gigitan itu tidak sakit, tetapi wajah Pamela memerah karena malu. Pamela ingin mendorong Agam. "Agam, apa yang kamu lakukan?"Agam langsung memegang tangan Pamela di dadanya sehingga Pamela tidak dapat mendorongnya. Kemudian, Agam menatap mata Pamela seraya berkata, "Kamu pikir aku akan menyalahkanmu karena masalah kecil begini dan minta kamu ganti rugi? Pamela, kamu tetap menganggapku sebagai orang luar, tapi aku nggak!"Pamela tercengang. "Aku hanya nggak suka mere
Agam tertegun, lalu menoleh pada Pamela dengan tatapan aneh. Kemudian, Agam mengulurkan ponsel dan memberikannya pada Pamela. "Lihat saja aku berikan nomor pada siapa."Melihat Agam memberikan ponselnya, Pamela tidak ingin melewatkan kesempatan itu.Pamela langsung membuka layar ponsel Agam dan mengecek.Memang ada satu teman baru di aplikasi media sosial Agam. Orang itu mengirimkan banyak foto dan satu alamat situs, tetapi Agam tidak menjawab.Pamela menjadi canggung setelah melihat foto-foto dan situs iklan itu.Agam berkata dengan suara dingin, "Sudah lihat? Itu teman sekolah Sila, katanya sedang bekerja di pusat pelayanan paska bersalin eksklusif. Belakangan ini, dia dengar Sila bilang bibinya sedang hamil. Dia tanya apa kita mau pesan pelayanan mereka dan dia bisa kirimkan foto lingkungan di tempat mereka dulu. Aku pikir kamu mungkin butuh saat bersalin nanti, jadi aku setuju."Pamela terdiam.Agam meneruskan dengan kesal, "Waktu bersalinmu masih lama, tapi aku nggak tahu banyak t
Agam mengemudikan mobil ke Kediaman Dirgantara, tetapi berhenti di depan gerbang.Pamela sangat mengantuk sehingga ingin segera masuk, mandi dan tidur. Melihat Agam berhenti di depan gerbang, Pamela bertanya, "Kenapa nggak masuk?"Agam mengarahkan dagu ke mobil di depan. "Itu mobil Jason, sepertinya cari kamu."Pamela menoleh ke sana dan melihat sebuah mobil terparkir di pinggir jalan dekat Kediaman Dirgantara.Sang pengemudi melihat mobil mereka, lalu membuka pintu dan keluar. Jason berdiri di sana sembari menatap ke arah mereka.Begitu melihat Jason, Agam menoleh pada Pamela dan bertanya, "Mau ketemu dia? Kalau nggak, aku langsung masuk."Jika Jason bukan kakak kandung Pamela, Agam tidak akan bersikap baik.Pamela memicingkan mata saat menatap Jason. "Dia sudah datang, aku coba lihat apa masalahnya.""Ya, aku tunggu di sini," jawab Agam sambil mengelus kepala Pamela.Kemudian, Pamela ke luar mobil dan berjalan menuju Jason.Mata Jason berbinar ketika melihat Pamela keluar. Jason meng
Saat Pamela turun, Agam sibuk dengan ponsel dan tidak menghiraukan Pamela. Mungkinkah Agam turun tangan untuk mengatasi masalah pada saat itu?Jason berpesan, "Pamela, topik-topik hangat itu sudah hilang, tapi dampaknya nggak bisa hilang. Kamu harus hati-hati dalam beberapa hari ini, usahakan jangan keluar."Pamela mengangguk. "Terima kasih atas perhatian Pak Jason, aku tahu. Kalau nggak ada masalah lain, aku pamit dulu."Jason berseru, "Tunggu!"Pamela duduk lagi. "Ada apa lagi, Pak Jason?"Jason menatap Pamela dengan tatapan kompleks. "Pamela, topik-topik hangat itu muncul dengan sangat mendadak. Media dalam negeri nggak akan berani merilis berita tentang Keluarga Dirgantara tanpa mendapat konfirmasi. Setelah topik hangat hilang, Kakak suruh orang selidiki. Benar saja, ada campur tangan dari media luar negeri. Kamu bukan satu-satunya target mereka, tapi juga Keluarga Dirgantara. Apa pun yang terjadi, kamu harus hati-hati. Dengar nggak?"Pamela jengkel mendengarkan imbauan yang sama,