Agam menatap dingin Derry yang banyak bicara, tapi tidak membantah, yang bisa dianggap sebagai persetujuan.Adsila yang lelet baru menyadari dan mengangguk sembari berkata, "Hm, benar juga! Menurutku juga Tante aslinya lebih cantik, dia bisa mengalahkan wanita cantik lain tanpa perlu riasan, pokoknya nggak terkalahkan!"Pamela mengernyitkan bibir, dia dibuat canggung oleh pujian berlebihan keponakannya ini.Masih ada beberapa gadis yang duduk di ruang tamu itu, entah mereka teman wanita yang dibawa Derry dan lainnya atau temannya Adsila.Sejak Pamela dan Agam masuk, mereka terus menatap Agam, juga mengamati wajah dan pakaian Pamela tanpa henti.Hari ini, Pamela datang bukan untuk memamerkan kecantikannya.Pamela bangkit, lalu berkata, "Kalian mengobrollah, aku tinggal dulu sebentar. Adsila, ayo kita ngobrol di kamarmu."Kebetulan ada yang mau Adsila bicarakan, dia mengangguk sembari berkata, "Iya, Tante, ayo ikut aku."Pamela mengikuti Adsila ke kamarnya.Adsila menarik sofa lesehannya
Adsila tertegun, dia mengerutkan kening kebingungan, lalu bertanya, "Kenapa?"Dia mengira Tante pasti akan mendukung hubungan barunya dan memberikan restu.Pamela menjawab, "Kalian nggak cocok, kalau kalian bersama, kamu akan terluka secara fisik dan mental."Adsila mengerutkan kening sambil berkata, "Tante, kok sepertinya kamu begitu berprasangka buruk pada Marlon? Dia menghargaimu sebagai keluarganya yang paling penting, kamu malah menganggapnya bajingan?"Pamela menghela napas, lalu berkata, "Aku bukan berprasangka buruk padanya, tapi memahami dia! Aku melihatnya sejak kecil, aku paling tahu dia orang seperti apa, pernah punya berapa wanita. Dia juga orang yang penting bagiku sebagai teman dan keluarga, tapi sama sekali bukan pasangan nikah yang baik."Adsila tercengang, dia berkedip tak percaya, lalu bertanya, "Apa dulu dia punya banyak wanita?"Pamela mengangguk, "Sangat banyak."Adsila bertanya lagi, "Kira-kira berapa banyak?"Pamela mencubit keningnya sembari menjawab, "Umurnya
Adsila tampak tercerahkan setelah mendengar tuturan Pamela, kemudian dia bertanya, "Tante, aku juga nggak tahu apa aku bisa melakukannya. Tapi aku sangat menyukai Marlon, aku nggak ingin menyerah .... Bisa nggak kamu ajari aku bagaimana cara melepaskan?"Pamela tak berdaya, mengetahui tak bisa menghentikannya lagi, dia menepuk pundak Adsila sembari berkata, "Kalau kamu begitu menyukainya, jangan takut terluka! Melepaskan perasaan itu tergantung pada diri sendiri, aku nggak bisa mengajarimu."Sebenarnya, bahkan Pamela sendiri ragu apa dirinya bisa melepaskan perasaannya."Sudahlah, ikuti saja kata hatimu."Setelah bicara, Pamela bangkit dari duduknya, bermaksud keluar untuk menelepon Marlon dan memarahinya habis-habisan.Sudah berkali-kali Pamela mengingatkan, jangan memprovokasi Adsila, sekarang Marlon malah melamarnya, jelas-jelas dia sengaja!Setelah keluar dari kamar, Pamela hendak mencari tempat yang tenang untuk menelepon, tapi dia justru melihat sosok pria tampan dan tinggi sedan
Karena Adsila selalu baik padanya dengan tulus, jadi dia tak tega melihat Adsila terluka.Setelah keluar dari kamar mandi, Pamela kembali ke ruang tamu untuk mencari Agam.Belum turun, Pamela sudah melihat adegan yang terjadi di ruang tamu ....Agam sudah mengganti tempat duduknya.Sebelum dia dan Adsila naik ke atas, Agam duduk sendirian di sofa tunggal. Sekarang, Agam duduk di tengah sofa yang bisa diduduki tiga orang, karena di sebelah kirinya ada teman baiknya, Eric. Sementara sebelah kanannya ada seorang wanita yang duduk dekat dengan Agam.Karena tempat duduk Agam sudah berubah, jadi bisa memastikan kalau tadi Agam ada naik ke atas, tapi dia turun lagi.Pamela menyipitkan matanya karena merasa tidak senang ketika melihat ada wanita yang dekat dengan prianya.Pamela berjalan ke sana dengan langkah pelan, sehingga tak ada yang menyadari dia sedang berjalan ke sana ....Wanita yang duduk di samping Agam mengeluarkan ponsel, lalu menarik napas untuk mengumpulkan nyalinya, baru mendek
Pamela menguap. "Nggak apa-apa, aku lihat ada tempat kosong di sebelahmu dan lebih luas. Pak Andra nggak keberatan kalau aku duduk di sebelahmu, 'kan?"Andra tersenyum saat menjawab, "Aku tentu nggak keberatan, tapi mungkin ada yang keberatan."Andra mengangkat alis seraya menoleh ke arah Agam.Namun, Agam tidak mendongakkan kepala. Agam menopang dagu menggunakan satu tangan sambil melihat ponsel dengan santai.Pamela melirik Agam sekilas, lalu mengambil kue di meja dan makan.Film fiksi ilmiah yang entah dipilih oleh siapa sedang diputar di televisi, tetapi tidak ada yang menonton televisi.Pamela memiringkan badan, makan kue sambil menonton televisi, tetapi Pamela termenung.Derry duduk di sandaran tangan sofa, mengobrol dengan para gadis sambil tersenyum. Sesekali, Derry berbalik badan dan mengobrol dengan Eric.Suasana tampak harmonis, tetapi samar-samar menyiratkan ketegangan."Lala, aku sudah lihat albummu. Kamu sangat cantik kalau pakai gaun pengantin. Sayangnya, aku hanya bisa
Derry juga bertanya, "Pamela, apa berita-berita ini benar? Kalau benar, Perusahaan DirgantaraAndra juga menatap Pamela dengan penuh perhatian seraya bertanya, "Lala, apa kamu baik-baik saja?"Pamela tidak menjawab, melainkan menatap lurus pada Agam karena ingin melihat apa reaksinya. Akan tetapi, Agam tidak mendongakkan kepala dan tidak merespons apa pun.Menurut dugaan Pamela, mungkin ibu dan anak yang pergi ke rumah Keluarga Dirgantara untuk membuat onar hari ini tidak mendapat keuntungan sehingga "mengekspos" hal itu pada media.Mereka yang hanyalah rakyat jelata tidak mungkin bisa menimbulkan kehebohan di internet dan media dalam negeri tidak berani sembarangan merilis berita tentang Perusahaan Dirgantara. Pasti ada campur tangan dari pihak lain."Eh? Topik hangat sudah hilang!"Seorang gadis di ruang tamu tiba-tiba berseru.Gadis-gadis lain segera mengecek ponsel."Benaran hilang!""Aneh sekali! Topik hangat yang terkait tiba-tiba hilang semua!""Ya, aku nggak bisa menemukannya d
Agam memegang dagu Pamela dengan kasar dan bertanya, "Aku siapamu?"Pamela tidak bisa berkata-kata.Melihat Pamela terdiam, Agam bertanya lagi dengan suara tegas, "Jawab! Aku siapamu?"Pamela menjawab dengan ragu, "Kamu ... pacarku."Agam merapatkan bibir dan tersenyum sinis. "Kita pun sudah punya anak, tapi aku hanya pacar bagimu?"Pamela mengernyit karena hubungan mereka sulit dinilai.Agam memegang dagu Pamela, lalu tiba-tiba mendekat dan menggigit telinga Pamela. "Pamela, bukan begitu kamu panggil aku saat di ranjang!"Gigitan itu tidak sakit, tetapi wajah Pamela memerah karena malu. Pamela ingin mendorong Agam. "Agam, apa yang kamu lakukan?"Agam langsung memegang tangan Pamela di dadanya sehingga Pamela tidak dapat mendorongnya. Kemudian, Agam menatap mata Pamela seraya berkata, "Kamu pikir aku akan menyalahkanmu karena masalah kecil begini dan minta kamu ganti rugi? Pamela, kamu tetap menganggapku sebagai orang luar, tapi aku nggak!"Pamela tercengang. "Aku hanya nggak suka mere
Agam tertegun, lalu menoleh pada Pamela dengan tatapan aneh. Kemudian, Agam mengulurkan ponsel dan memberikannya pada Pamela. "Lihat saja aku berikan nomor pada siapa."Melihat Agam memberikan ponselnya, Pamela tidak ingin melewatkan kesempatan itu.Pamela langsung membuka layar ponsel Agam dan mengecek.Memang ada satu teman baru di aplikasi media sosial Agam. Orang itu mengirimkan banyak foto dan satu alamat situs, tetapi Agam tidak menjawab.Pamela menjadi canggung setelah melihat foto-foto dan situs iklan itu.Agam berkata dengan suara dingin, "Sudah lihat? Itu teman sekolah Sila, katanya sedang bekerja di pusat pelayanan paska bersalin eksklusif. Belakangan ini, dia dengar Sila bilang bibinya sedang hamil. Dia tanya apa kita mau pesan pelayanan mereka dan dia bisa kirimkan foto lingkungan di tempat mereka dulu. Aku pikir kamu mungkin butuh saat bersalin nanti, jadi aku setuju."Pamela terdiam.Agam meneruskan dengan kesal, "Waktu bersalinmu masih lama, tapi aku nggak tahu banyak t