Oleh karena itu, Kalana meneteskan air mata seraya berkata, "Kakak, aku salah, aku memang nggak merawat Revan dengan baik, tapi kumohon, jangan membawa Revan pergi dariku. Aku jamin aku akan belajar menjadi ibu yang layak dan merawat Revan dengan baik!"Jason memijat kening karena adiknya yang selalu membuat masalah. "Oke, kamu jaga Revan dulu, aku pergi angkat telepon."Jason hendak berjalan ke luar membawa ponselnya yang bergetar. Tepat saat itu, Revan meraih tangan Jason dengan gemetar dan berkata dengan lemas, "Paman, jangan pergi ...."Revan sangat takut, takut akan berduaan dengan ibu setelah paman pergi.Ibu akan menjadi sangat mengerikan ketika tidak ada orang lain!Jason tidak mengetahui apa ketakutan Revan. Jason mengelus pipi Revan dan berkata dengan suara rendah, "Revan, Paman angkat telepon di luar sebentar, biar Ibu temani kamu dulu. Paman akan segera kembali untuk temani Revan."Tatapan Revan penuh rasa takut dan tampak ingin menangis. "Paman, jangan pergi. Revan takut .
Saat turun, Agam melihat Andra sedang duduk di sebelah Pamela dan berinisiatif mengambilkan banyak kue untuk Pamela.Agam mengernyit dan berhenti."Sini."Semua orang yang sedang mengobrol tiba-tiba menjadi diam saat mendengar suara itu.Pamela makan dengan lahap. Begitu menoleh, Pamela melihat Agam sedang memelototinya dengan ekspresi suram. Pamela lanjut makan kue.Melihat Pamela sibuk makan, Agam mengernyit dan berkata lagi, "Cepat sini."Baru setelah itu, Pamela beranjak dari sofa, berjalan mengitari meja menuju Agam sambil membawa kue. "Kenapa? Baru turun langsung marahi aku!"Agam merangkul pinggang Pamela yang ramping dan mengambil kue yang dipegang oleh Pamela. Kemudian, Agam menegurnya, "Sudah kubilang nggak boleh makan yang manis-manis, 'kan?"Pamela cemberut dan menjawab, "Kamu nggak turun-turun dari tadi, aku bosan dan nggak boleh minum bir. Makan kue pun nggak boleh?"Hati Agam pilu karena menyadari kesalahan sendiri."Ya, maafkan aku membuatmu menunggu terlalu lama. Kamu
Eric bertanya lagi, "Siapa yang mengemudi?"Agam menoleh pada Adsila yang barusan memberi usulan berlutut di atas durian. "Sila.""Hadir!" Adsila bergegas mendekat.Agam langsung melemparkan kunci mobil pada Adsila.Adsila hanya minum jus hari ini, tidak berani minum bir karena ada Agam.Adsila mengambil kunci mobil dan memutar mata. "Paman baru akan kepikiran aku kalau ada hal begini!"Agam menyeletuk, "Jangan basa-basi. Di luar berangin, kemudikan mobil ke depan aula!""Oh!" Adsila dengan patuh berjalan ke luar membawa kunci mobil.Adsila sangat memaklumi kekhawatiran Agam bahwa Pamela akan kedinginan karena angin malam.Wah! Sungguh mengharukan! Tak disangka Agam yang cuek bisa menjadi begitu lembut dan perhatian setelah menemui cinta sejati!Sebelumnya, Adsila justru khawatir Agam akan melajang seumur hidup!Adsila mengemudikan mobil ke depan aula dan membunyikan klakson untuk mengingatkan orang-orang di dalam.Setelah mengangguk pada Eric dan yang lain, Agam merangkul Pamela seray
Pamela menguap dan berujar acuh tak acuh, "Kamu sendiri sudah bilang, itu anak adopsi, bukan anak kandung.""Setahuku, kamu yang memohon suamiku untuk menemanimu mengadopsi anak. Kamu juga bilang dia nggak perlu urus yang lain sesudah mengadopsi anak itu.""Secara logika, kamulah yang harus bertanggung jawab! Suamiku tetap bersedia untuk membantumu merawat anak itu karena baik hati, bukan karena tanggung jawab!""Nona Kalana nggak bisa menganggap kebaikan hati suamiku sebagai suatu hal yang sudah semestinya!"Kalana kalah dalam adu mulut sehingga berpura-pura ingin menangis seakan-akan baru saja dianiaya."Kak Pamela, aku hanya ... hanya ingin Agam tengok anak kami yang sedang sakit lagi. Kenapa kamu berbicara dengan ketus dan mengataiku seolah-olah aku adalah orang jahat?"Pamela tersenyum seraya maju, dengan erat memegang dagu Kalana yang berpura-pura kasihan."Aku ketus? Kalau berbicara dengan logis adalah ketus menurutmu, aku beri tahu sekali lagi dengan ketus. Mulai hari ini, kala
"Jadi, kalau kamu butuh bantuan di kemudian hari, cari aku saja, jangan langsung cari dia. Tanpa perlu aku beri tahu, Nona Kalana harusnya tahu mengapa perlu jaga jarak antara pria dan wanita."Nada bicara Pamela santai, tetapi ucapannya tak terbantahkan.Selain itu, Pamela dengan pengertian meraih satu tangan Kalana dan memakaikan gelang itu. "Sudah. Kalau Nona Kalana butuh bantuan, kamu bebas cari aku kapan saja. Kita sama-sama adalah wanita, lebih enak cari aku daripada cari dia!"Kalana terpaksa menerima keputusan Pamela yang terkesan sangat pengertian.Tak disangka Pamela akan bertindak seperti itu. Pamela memutuskan kesempatan bagi Kalana untuk menghubungi Agam secara pribadi lagi.Pamela sungguh licik!Pamela lelah setelah berbicara panjang lebar. Setelah memakaikan gelang ke tangan Kalana, Pamela merenggangkan tangan dan pinggang. "Ayo, Agam. Aku mengantuk, kita pulang dan tidur!"Agam yang tersenyum dari tadi pun menyahut. Pamela yang tegas sekaligus sopan sungguh imut!Selama
Kalana menatap Andra dengan tatapan polos. "Kak Andra suka Pamela, 'kan?"Andra terbengong di tempat. "Kenapa kamu berpikir begitu?"Kalana menjawab, "Saat aku baru turun, aku kebetulan lihat Kak Andra sedang lihat galeri foto di ponsel. Aku lihat Kak Andra khusus memotong gambar Pamela dan menyimpannya ke album rahasia. Kalau nggak suka Pamela, kenapa Kak Andra menyimpan gambar Pamela sendiri?"Andra tercengang, lalu mengaku, "Ya, aku memang suka Pamela, tapi dia sudah menikah. Apa boleh buat?"Kalana menggelengkan kepala. "Selama kamu cukup menyukainya, ada banyak solusinya! Kak Andra, ayo kita kerja sama!"Andra menatap Kalana dengan penuh minat seraya tersenyum. "Kerja sama? Kalana, kerja sama apa?"...Di dalam mobil.Di kursi depan, Adsila mengemudi sambil mendengarkan musik rock.Di kursi belakang, Agam masih menggenggam tangan Pamela sampai sekarang.Agam mengusap kepala Pamela dan berkata dengan nada seperti memuji anak kecil, "Tindakanmu bagus barusan, kamu membelaku."Pamela
Agam tertawa geli. "Hebat sekali? Mulai sekarang, akhirnya ada yang bisa melindungiku!"Pamela memelototi Agam. "Apa yang kamu tertawakan? Aku serius! Hanya aku yang boleh menganiaya suamiku!"Agam tercengang dan terhibur oleh Pamela yang protektif sehingga mencium Pamela. Agam menimang wajah Pamela seraya berkata dengan pelan, "Sudah, jangan khawatir, itu kejadian bertahun-tahun yang lalu. Aku baik-baik saja, nggak akan biarkan kamu jadi wanita janda."Ciuman mendadak itu membuat wajah Pamela memerah. Pamela membenamkan wajahnya ke dada Agam karena tersipu. "Aku serius, kenapa kamu tiba-tiba cium aku? Curang!"Agam tersenyum seraya mengelus kepala Pamela. "Maaf, aku akan berusaha tahan lain kali."Pamela terdiam.Pamela bersandar dalam pelukan Agam. Setelah kembali tenang, Pamela mulai memikirkan pedesaan di Kota Sinur yang disebut oleh Agam.Pamela juga pernah berkunjung ke sana.Waktu kecil, Pamela mengikuti Petapa Sujan pergi ke sana untuk mencari bahan obat berharga sehingga tingg
Pamela tersadarkan. Menatap wajah Agam yang makin terasa familier, Pamela merasa sungguh ajaib.Ternyata dia telah bertemu dengan Agam di tahun silam dan secara kebetulan menyelamatkan nyawa Agam!Pamela masih ingat bahwa Agam adalah pemuda yang berkulit putih dan kurus pada saat itu. Wajahnya pucat dan lesu karena terluka dan digigit ular berbisa, tetapi masih sangat tampan!Sekarang, Agam sudah menjadi dewasa, bugar dan beraura dingin.Tidak heran Pamela tidak dapat mengenali Agam sebelumnya!Agam mengernyit karena ditatapi Pamela. "Kenapa lihat aku? Ada sesuatu di mukaku?"Pamela mengedipkan mata, lalu mengangguk. "Ya, ada sesuatu!"Agam mengangkat alis seraya berucap, "Ada apa? Bantu aku buang."Pamela menggelengkan kepala. "Nggak bisa dibuang."Agam kebingungan. "Ada apa memangnya?"Pamela berkata dengan sungguh-sungguh, "Ketampanan!"Agam tercengang, lalu tertawa geli.Kemudian, Agam menempelkan hidungnya dengan hidung Pamela. "Benarkah? Kalau aku tampan, kamu nggak ingin cium ak