Derry meneruskan, "Heran sekali. Jason biasanya begitu sombong, nggak mungkin akan begitu ramah! Ada yang aneh! Jangan-jangan Jason sengaja mau rebut istrinya Agam untuk membantu adiknya balas dendam?"Eric menjawab, "Mending kamu jadi sutradara."Derry menjadi kesal. "Oke, nggak usah bicara dengan kamu, nggak seru!"Adsila selesai membalas komentar teman-teman. Hatinya berbunga-bunga karena dipuji memiliki teknik fotografi yang luar biasa. Adsila ingin pamer lagi.Oleh karena itu, Adsila membuka fitur swafoto di ponsel dan merangkul Pamela seraya berkata, "Bibi, ayo, kita foto berdua! Nanti aku akan bikin status kalau aku sudah punya bibi!"Pamela tersenyum tak berdaya, terpaksa untuk memenuhi permintaan keponakan.Akan tetapi, Adsila tidak puas terhadap hasil foto di ponsel. "Ah! Piksel dari kamera depan memang jelek! Harus pakai kamera belakang! Bibi, ayo foto lagi!"Sebelum sempat menolak, Pamela diajak untuk berfoto lagi.Adsila masih tidak puas. Kekurangan tadi adalah piksel dari
Jason melamun sambil melihat foto itu."Kak Andra, kalian sedang foto?"Suara Kalana yang lembut dan penasaran tiba-tiba datang dari belakang Andra.Andra duduk di sofa sambil melihat foto yang diambil barusan. Kalana turun dan berjalan ke belakang Andra, pas melihat foto itu.Andra menoleh pada Kalana dan tersenyum. "Kalana! Ya, kami sedang foto barusan. Mau foto bareng?"Kalana menggeleng. "Nggak, aku nggak dandan hari ini, jelek kalau difoto."Andra menghiburnya, "Omong kosong, Kalana sudah cantik tanpa dandan."Adsila melirik pada Kalana, lalu menjulurkan lidah dan memutar mata. Adsila menggerutu, "Cih, bisa-bisanya dia bilang dia nggak dandan! Dia pikir kita semua nggak bisa lihat dandanan di wajahnya?"Pamela minum jus dengan acuh tak acuh. Kalana berpura-pura sepanjang waktu, hal itu tidak mengherankan.Mendengar gerutuan Adsila, Kalana menoleh ke arah mereka. Kalana pun melihat Jason yang duduk di sana. "Kakak juga di sini?"Ekspresi Jason menjadi serius ketika melihat Kalana y
Kalana berhenti lagi. "Kak Pamela panggil aku?"Pamela mengangkat alis seraya berkata, "Kalau dia haus, aku sarankan kamu ambilkan air mineral. Air soda nggak bisa melepas dahaga, dia juga nggak suka."Tebersit kejengkelan dalam tatapan Kalana. "Oh, ya? Tadi Agam sendiri bilang mau minum air soda. Kak Pamela sepertinya nggak begitu mengenal Agam."Pamela tersenyum acuh tak acuh dan minum jus. "Baiklah, terserah kamu."Tidak peduli bagaimana Kalana menyindir atau memprovokasi, Pamela selalu kalem seolah-olah itu bukanlah apa-apa. Hal itu sangat menjengkelkan!Kalana jengkel dalam hati, lalu pergi ke lantai atas membawa air soda.Setelah Kalana pergi, Jason menoleh pada Pamela. Kekhawatiran tersirat dalam tatapannya. Kemudian, Jason beranjak dari sofa dan menyusul Kalana ke atas.Begitu Jason pergi, Andra bergegas duduk di sebelah Pamela.Andra mengambil sepotong jeruk dari piring buah dan memberikannya pada Pamela seraya tersenyum. "Lala, ayo makan jeruk, ademkan dirimu."Pamela melirik
Agam menoleh pada Jason, terkejut pada sikapnya yang berubah drastis. "Kamu bisa?"Jason berjalan ke sisi ranjang dan menatap Revan. "Kenapa nggak? Revan memang adalah tanggung jawab Keluarga Yanuar, tapi malah merepotkanmu."Agam memicingkan mata karena heran.Sebelumnya, Jason selalu memberi tekanan pada Agam supaya menemani Kalana lebih sering. Hari ini sungguh aneh.Kalana pun mengernyit setelah mendengar ucapan Jason. "Kenapa Kakak naik? Ehm ... nggak perlu temani Kak Andra dan yang lain?"Jason melirik Kalana sekilas, lalu berucap, "Biar Agam saja yang turun dan temani mereka. Agam adalah tokoh utama acara hari ini."Kalana terdiam karena memahami maksud "tokoh utama" yang dikatakan Jason. Wajahnya menjadi masam.Kalana merasa sangat enggan!Kalana enggan membiarkan Agam turun dan menemani Pamela!"Kak, Revan sangat membutuhkan Agam dan demamnya baru turun sedikit. Kalau Agam pergi, aku khawatir Revan akan cemas dan demam lagi ...."Alih-alih menjawab Kalana, Jason mendekati Reva
Oleh karena itu, Kalana meneteskan air mata seraya berkata, "Kakak, aku salah, aku memang nggak merawat Revan dengan baik, tapi kumohon, jangan membawa Revan pergi dariku. Aku jamin aku akan belajar menjadi ibu yang layak dan merawat Revan dengan baik!"Jason memijat kening karena adiknya yang selalu membuat masalah. "Oke, kamu jaga Revan dulu, aku pergi angkat telepon."Jason hendak berjalan ke luar membawa ponselnya yang bergetar. Tepat saat itu, Revan meraih tangan Jason dengan gemetar dan berkata dengan lemas, "Paman, jangan pergi ...."Revan sangat takut, takut akan berduaan dengan ibu setelah paman pergi.Ibu akan menjadi sangat mengerikan ketika tidak ada orang lain!Jason tidak mengetahui apa ketakutan Revan. Jason mengelus pipi Revan dan berkata dengan suara rendah, "Revan, Paman angkat telepon di luar sebentar, biar Ibu temani kamu dulu. Paman akan segera kembali untuk temani Revan."Tatapan Revan penuh rasa takut dan tampak ingin menangis. "Paman, jangan pergi. Revan takut .
Saat turun, Agam melihat Andra sedang duduk di sebelah Pamela dan berinisiatif mengambilkan banyak kue untuk Pamela.Agam mengernyit dan berhenti."Sini."Semua orang yang sedang mengobrol tiba-tiba menjadi diam saat mendengar suara itu.Pamela makan dengan lahap. Begitu menoleh, Pamela melihat Agam sedang memelototinya dengan ekspresi suram. Pamela lanjut makan kue.Melihat Pamela sibuk makan, Agam mengernyit dan berkata lagi, "Cepat sini."Baru setelah itu, Pamela beranjak dari sofa, berjalan mengitari meja menuju Agam sambil membawa kue. "Kenapa? Baru turun langsung marahi aku!"Agam merangkul pinggang Pamela yang ramping dan mengambil kue yang dipegang oleh Pamela. Kemudian, Agam menegurnya, "Sudah kubilang nggak boleh makan yang manis-manis, 'kan?"Pamela cemberut dan menjawab, "Kamu nggak turun-turun dari tadi, aku bosan dan nggak boleh minum bir. Makan kue pun nggak boleh?"Hati Agam pilu karena menyadari kesalahan sendiri."Ya, maafkan aku membuatmu menunggu terlalu lama. Kamu
Eric bertanya lagi, "Siapa yang mengemudi?"Agam menoleh pada Adsila yang barusan memberi usulan berlutut di atas durian. "Sila.""Hadir!" Adsila bergegas mendekat.Agam langsung melemparkan kunci mobil pada Adsila.Adsila hanya minum jus hari ini, tidak berani minum bir karena ada Agam.Adsila mengambil kunci mobil dan memutar mata. "Paman baru akan kepikiran aku kalau ada hal begini!"Agam menyeletuk, "Jangan basa-basi. Di luar berangin, kemudikan mobil ke depan aula!""Oh!" Adsila dengan patuh berjalan ke luar membawa kunci mobil.Adsila sangat memaklumi kekhawatiran Agam bahwa Pamela akan kedinginan karena angin malam.Wah! Sungguh mengharukan! Tak disangka Agam yang cuek bisa menjadi begitu lembut dan perhatian setelah menemui cinta sejati!Sebelumnya, Adsila justru khawatir Agam akan melajang seumur hidup!Adsila mengemudikan mobil ke depan aula dan membunyikan klakson untuk mengingatkan orang-orang di dalam.Setelah mengangguk pada Eric dan yang lain, Agam merangkul Pamela seray
Pamela menguap dan berujar acuh tak acuh, "Kamu sendiri sudah bilang, itu anak adopsi, bukan anak kandung.""Setahuku, kamu yang memohon suamiku untuk menemanimu mengadopsi anak. Kamu juga bilang dia nggak perlu urus yang lain sesudah mengadopsi anak itu.""Secara logika, kamulah yang harus bertanggung jawab! Suamiku tetap bersedia untuk membantumu merawat anak itu karena baik hati, bukan karena tanggung jawab!""Nona Kalana nggak bisa menganggap kebaikan hati suamiku sebagai suatu hal yang sudah semestinya!"Kalana kalah dalam adu mulut sehingga berpura-pura ingin menangis seakan-akan baru saja dianiaya."Kak Pamela, aku hanya ... hanya ingin Agam tengok anak kami yang sedang sakit lagi. Kenapa kamu berbicara dengan ketus dan mengataiku seolah-olah aku adalah orang jahat?"Pamela tersenyum seraya maju, dengan erat memegang dagu Kalana yang berpura-pura kasihan."Aku ketus? Kalau berbicara dengan logis adalah ketus menurutmu, aku beri tahu sekali lagi dengan ketus. Mulai hari ini, kala