Melihat hal ini, Jason mengernyit dan bertanya, "Sudah jam berapa, tapi kamu masih belum sarapan?"Pamela sudah lapar, jadi dia memakan sesuap rotinya terlebih dahulu, baru menjawab, "Ceritanya panjang. Cerita sarapanku hari ini agak berbelit-belit, jadi aku baru bisa makan dengan susah payah! Pak Jason seharusnya sudah sarapan, 'kan? Jadi aku nggak mengundangmu untuk makan lagi, ya!"Jason tidak peduli apakah Keluarga Dirgantara mempersiapkan sarapan untuknya atau tidak. Dia juga bukan datang untuk makan. Sekarang, hal yang dia pedulikan hanyalah gadis di hadapannya ini. "Dengan kondisi tubuhmu sekarang, kamu makan sarapan setelat ini. Selain itu, kamu hanya makan roti. Mana cukup gizinya?"Pamela berkata dengan acuh tak acuh, "Hari ini, ada situasi khusus. Selain itu, sebentar lagi sudah mau makan siang, kok."Jason mengangkat tangannya untuk melihat jam tangannya dan berkata, "Sekarang masih ada dua jam sebelum makan siang. Jangan-jangan kamu mau terus kelaparan selama ini?"Pamela
Setelah sekitar 15 menit kemudian, Jason baru berjalan keluar dari dapur sambil membawa semangkuk makanan yang panas dan meletakkannya dengan lembut di hadapan Pamela. "Coba, deh," kata Jason.Pamela melihat makanan panas itu, lalu mengambil sendoknya dan mengaduk makanan lengket yang terlihat seperti bubur kacang merah itu. Di dalamnya, terdapat bola-bola ketan kecil berwarna putih.Dia menatap Jason sambil bertanya, "Ini bubur kacang merah dengan bola-bola ketan?"Jason mengangguk dan berkata, "Iya. Kamu lagi hamil, jadi kamu nggak boleh kekurangan energi dan darah. Kacang merah bisa menambahkan energi dan darah dalam tubuhmu. Kalau bola-bola ketan, saat kamu masih kecil, kamu paling ...."Mendengar ucapan ini, Pamela terdiam sesaat. Dia mengernyit, matanya yang berkilau pun goyah, seakan-akan dia memahami sesuatu!Melihat dia mengernyit seperti ini, Jason merasa seperti ada yang mengganjal tenggorokannya. Dia tidak lagi melanjutkan ucapannya karena dia tidak ingin merusak nafsu maka
Melihat Pamela yang sedang memakan sesuatu dengan nikmat, Olivia merasa sangat kesal. Oleh karena itu, dia langsung mengadu pada Jason.Olivia berkata, "Kak Jason, kamu datang tepat waktu! Biar kuberi tahu, tadi, Kak Kalana ditindas!""Pamela menuangkan semangkuk mi kuah yang dia pesan dari luar di kepala Kak Kalana, sehingga rambut dan baju Kak Kalana kotor, kulit wajahnya juga terbakar hingga merah!""Kak Kalana baru mandi dan ganti baju di kamarku!"Dengan pembelaan Olivia, Kalana berpura-pura murah hati lagi. Dengan suaranya yang sedih, dia berkata, "Kak, aku nggak apa-apa ...."Mendengar ucapan Olivia, Jason seketika mengernyit sambil menatap Pamela dengan sangat kesal."Bukankah Keluarga Dirgantara mempersiapkan sarapan yang melimpah untukmu, kenapa kamu malah pesan makanan dari luar?" tanya Jason.Awalnya, Kalana dan Olivia menantikan Jason memarahi Pamela. Alhasil, mereka malah mendengar Jason menanyakan sesuatu yang tidak penting. Keduanya langsung tercengang. Mereka merasa ba
Melihat adiknya yang selalu berulah ini, Jason merasa pusing. Dia mengurut keningnya sambil berkata, "Nggak peduli apa pun yang kamu lakukan di Kediaman Dirgantara, pulang ke rumah sekarang juga!"Kalana juga bisa melihat bahwa sikap kakaknya sangat tegas, dia menganggukkan kepalanya dengan patuh dan berjalan maju sambil berkata, "Kak, aku tahu aku nggak seharusnya meninggalkan Revan sendirian di rumah. Aku akan langsung pulang dan menemani Revan sekarang juga. Ayo pergi!"Namun, Jason tidak bergerak, dia hanya berkata, "Calvin ada di luar, pergi minta dia antarkan kamu pulang."Kalana seketika tercengang. Dia bertanya dengan kebingungan, "Kak, kamu nggak pulang denganku?"Jason mengiakan pertanyaan Kalana dengan suara rendah dan berkata, "Aku masih ada urusan, kamu pulang dulu sendiri."Apa? Kakaknya bukan datang ke Kediaman Dirgantara untuk menjemputnya? Kalana benar-benar terkejut. Dia melihat tempat duduk Jason yang tepat berada di hadapan Pamela ....Kakaknya datang ke Kediaman Di
Jason tampak terkejut. "Kamu sudah tahu?" tanya Jason.Dengan ekspresi tenang, Pamela menjawab, "Iya, aku sudah tahu."Jason tampak kebingungan. "Sejak kapan?" tanya Jason lagi.Pamela menjawab dengan santai, "Sudah lama, nggak lama setelah aku kenal dengan Pak Jason."Jason makin tidak mengerti. "Kalau kamu sudah tahu, kenapa kamu nggak beri tahu Kakak?"Pamela tertawa, seakan-akan dia menertawakan dirinya sendiri dan berkata, "Kalau aku beri tahu kamu, kamu juga nggak akan percaya. Selama ini, bagi Pak Jason, bukankah aku hanya seorang gadis kampungan yang berniat buruk, ingin bergantung pada orang-orang berkuasa, supaya aku juga bisa melambung tinggi?""Bayangkanlah, kalau aku tiba-tiba berlari ke hadapan Pak Jason dan mengatakan kalau aku adik kandungmu yang sudah menghilang selama bertahun-tahun, kamu pasti akan merasa sial, kamu akan menganggap kalau aku seorang penipu yang licik dan ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk masuk ke keluarga kaya, 'kan?"Ekspresi Jason menjadi kak
Pamela menatap Jason dari jauh dengan sopan. "Pak Jason masih ingat, nggak? Sebelumnya, aku bekerja selama beberapa hari di Perusahaan Yanuar, lalu dipecat oleh Pak Jason!" kata Pamela.Mendengar Pamela mengungkit hal ini, Jason mengernyit dengan penuh rasa bersalah. Dia bergegas berkata, "Kalau kamu ingin bekerja lagi di Perusahaan Yanuar, kamu bisa datang kapan pun itu, posisi apa pun boleh!"Pamela memicingkan matanya dan berkata, "Pak Jason salah paham. Maksudku, aku berharap agar kamu membayar gajiku untuk beberapa hari itu! Aku nggak suka bekerja tanpa dibayar!"Jason seketika tercengang sambil menatap Pamela dengan tatapan rumit.Uang adalah masalah sepele, gadis ini jelas-jelas ingin benar-benar putus hubungan dengan Jason! Apakah Pamela tidak ingin mengakui kakaknya ini lagi?Dengan alis terangkat, Pamela bertanya, "Kenapa? Pak Jason nggak mau bayar, ya?"Jason seketika tersadar. "Bukan, aku bisa memberimu berapa pun yang kamu mau," kata Jason.Kemudian, dia mengeluarkan dompe
Jason memicingkan matanya sambil berjalan ke arah mobil dan naik mobil.Di barisan belakang mobil, Kalana duduk dengan Olivia. Awalnya, kedua orang ini sedang berbincang-bincang. Karena Jason naik mobil, mereka seketika terdiam.Kalana duduk di tengah, dia pun menoleh dan menatap kakaknya dengan patuh."Kak, urusanmu sudah selesai, ya!" kata Kalana.Jason merasa sangat lelah, jadi dia bersandar di kursinya sambil mengurut keningnya. "Bukankah kusuruh kamu pulang dulu sendiri?" tanya Jason.Kalana memonyongkan bibirnya dengan sedih dan berkata, "Kalau aku pergi dulu, saat Kakak keluar, nggak ada mobil untuk Kakak lagi, jadi aku menyuruh Calvin untuk menunggumu sebentar di luar ...."Jason hanya mengiakan ucapan Kalana dengan cuek, lalu memejamkan matanya dan tidak lagi mengatakan apa pun.Olivia yang duduk di sisi lainnya tidak bisa menahan rasa penasarannya. Dia pun menjulurkan kepalanya dan bertanya, "Kak Jason, apakah kamu berhasil negosiasi dengan Pamela? Apakah Pamela sudah berjanj
Kalana benar-benar terkejut. Sebelumnya, kakaknya tidak pernah mengucapkan kata-kata sekasar ini padanya!Dia pun berkata, "Tapi, kamu juga tahu, aku benar-benar sangat mencintai Agam ...."Jason mengernyit sambil menatap adiknya ini dan berkata, "Percintaan itu dua arah, bukan hanya searah. Kalau pria itu nggak mencintaimu, nggak ada gunanya apa pun yang kamu lakukan. Kalau kamu melepaskannya, kamu juga melepaskan dirimu sendiri, 'kan?"Mata Kalana seketika memerah. Air mata pun mengalir dari matanya. "Kak, ada apa sebenarnya? Apakah Pamela mengatakan sesuatu padamu? Kenapa Kakak menjadi seperti orang lain? Kakak sudah nggak sayang sama aku, ya ...."Meskipun Jason merasa sangat kesal melihat air mata Kalana yang mengalir, atas dasar persaudaraan mereka selama bertahun-tahun, dia juga tetap merasa tidak tega. Dia pun berpikir, 'Apakah aku terlalu kasar padanya?'"Sudahlah, jangan menangis lagi. Aku hanya memikirkan kebaikanmu. Selama bertahun-tahun, tahukah kamu kalau kamu bahkan hamp
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen