Jason memicingkan matanya sambil berjalan ke arah mobil dan naik mobil.Di barisan belakang mobil, Kalana duduk dengan Olivia. Awalnya, kedua orang ini sedang berbincang-bincang. Karena Jason naik mobil, mereka seketika terdiam.Kalana duduk di tengah, dia pun menoleh dan menatap kakaknya dengan patuh."Kak, urusanmu sudah selesai, ya!" kata Kalana.Jason merasa sangat lelah, jadi dia bersandar di kursinya sambil mengurut keningnya. "Bukankah kusuruh kamu pulang dulu sendiri?" tanya Jason.Kalana memonyongkan bibirnya dengan sedih dan berkata, "Kalau aku pergi dulu, saat Kakak keluar, nggak ada mobil untuk Kakak lagi, jadi aku menyuruh Calvin untuk menunggumu sebentar di luar ...."Jason hanya mengiakan ucapan Kalana dengan cuek, lalu memejamkan matanya dan tidak lagi mengatakan apa pun.Olivia yang duduk di sisi lainnya tidak bisa menahan rasa penasarannya. Dia pun menjulurkan kepalanya dan bertanya, "Kak Jason, apakah kamu berhasil negosiasi dengan Pamela? Apakah Pamela sudah berjanj
Kalana benar-benar terkejut. Sebelumnya, kakaknya tidak pernah mengucapkan kata-kata sekasar ini padanya!Dia pun berkata, "Tapi, kamu juga tahu, aku benar-benar sangat mencintai Agam ...."Jason mengernyit sambil menatap adiknya ini dan berkata, "Percintaan itu dua arah, bukan hanya searah. Kalau pria itu nggak mencintaimu, nggak ada gunanya apa pun yang kamu lakukan. Kalau kamu melepaskannya, kamu juga melepaskan dirimu sendiri, 'kan?"Mata Kalana seketika memerah. Air mata pun mengalir dari matanya. "Kak, ada apa sebenarnya? Apakah Pamela mengatakan sesuatu padamu? Kenapa Kakak menjadi seperti orang lain? Kakak sudah nggak sayang sama aku, ya ...."Meskipun Jason merasa sangat kesal melihat air mata Kalana yang mengalir, atas dasar persaudaraan mereka selama bertahun-tahun, dia juga tetap merasa tidak tega. Dia pun berpikir, 'Apakah aku terlalu kasar padanya?'"Sudahlah, jangan menangis lagi. Aku hanya memikirkan kebaikanmu. Selama bertahun-tahun, tahukah kamu kalau kamu bahkan hamp
Jason benar-benar ingin menampar dirinya sendiri!'Huh! Akulah yang rendahan, yang menilai orang lain dengan sikapku yang picik!' pikir Jason....Di Kediaman Dirgantara.Setelah Jason pergi, Pamela mengeluarkan ponselnya yang terus berdering dalam kantongnya ....Ada permintaan panggilan video dari Agam.Tadi, Pamela terus berbicara dengan Jason, jadi dia mematikan suara di ponselnya dan tidak menerima panggilan ini.Sekarang, Jason sudah pergi, jadi Pamela sudah bisa berbicara dengan Agam!Setelah Pamela menekan tombol untuk menerima panggilan ini, wajah Agam yang tampan langsung muncul di layar ponselnya.Sekarang, ekspresi pria ini jelas-jelas tidak senang. Dia bertanya dengan dingin, "Kamu ngapain? Kenapa panggilanku baru kamu terima sekarang?"Pamela duduk di sofa dengan malas sambil menjawab, "Aku lagi makan!"Dengan ekspresi masam, pria ini bertanya, "Makan? Makan masakan siapa?"Mendengar pertanyaan ini, Pamela pun merasa yakin bahwa ada orang di rumah yang sudah melaporkan ha
"Nanti, aku akan kirimkan lokasi restorannya. Sekarang, kerja dulu dengan baik!" kata Pamela.Sebelum pria ini bisa menjawab, Pamela sudah langsung mengakhiri panggilan ini.Di ujung telepon lainnya, Agam terdiam.Alasan mengapa Pamela mengakhiri panggilan ini adalah karena dia melihat kedatangan Olivia. Olivia berdiri di depannya sambil memelototinya dengan tatapan penuh kebencian.Pamela tidak ingin membuat Agam mengkhawatirkan hubungan antara dia dengan adik iparnya ini di rumah, jadi dia langsung mengakhiri panggilan itu ....Pamela yang dipelototi seperti itu oleh Olivia juga biasa-biasa saja. Dia tersenyum dengan tenang sambil bertanya, "Kenapa kamu sudah pulang? Bukankah kamu sudah pergi dengan kakakmu yang baik itu?"Olivia menyilangkan lengannya dengan sombong dan duduk di sofa sambil berseru, "Nggak usah atur-atur!"Pamela menguap dengan malas dan berkata, "Aku malas mengaturmu, tapi ke depannya, sebaiknya kamu jauh-jauh dari Kalana, jangan belajar yang nggak baik darinya!"S
Pamela berkata lagi, "Tapi, kelak, kamu juga akan menikah dan pasti akan menikah ke keluarga kaya, 'kan?""Kalau begitu, kalau kamu dikembalikan karena kamu nggak rajin bekerja di rumah mertuamu, bukankah kamu akan mempermalukan Keluarga Dirgantara?""Jadi, aku mencarikan sebuah kesempatan untukmu, kamu bisa mulai dari pekerjaan rumah sendiri, aku yakin kamu pasti bisa melakukannya.""Kamu ...." Olivia menggertakkan giginya, dia sudah merasa murka hingga wajahnya pucat. "Pamela, kamu benar-benar licik! Hari ini, apa pun yang kamu katakan, aku nggak akan melakukan pekerjaan yang kotor dan melelahkan itu!" seru Olivia.Pamela tetap santai. "Baiklah, nggak kerja juga nggak apa-apa. Tapi, selain aku, nggak boleh ada orang lain yang menganggur di rumah ini. Nanti malam, saat kakakmu pulang, aku akan membiarkan kakakmu mengirimkanmu ke tempat ibumu," kata Pamela.Pagi ini, melalui ucapan yang Agam gunakan untuk menegur Olivia, Pamela pun mengetahui kelemahan Olivia.Kelemahan terbesar gadis
Marlon mengangkat bahunya dengan santai dan berkata, "Aku hanya penasaran! Bagaimana caranya pria tua ini menaklukkan bos kami?"Pamela seketika terdiam.Ariel menghampiri mereka dengan segelas kopi, lalu menendang Marlon sambil berkata, "Minggir sana! Kamu nggak lihat Bos lagi meninjau pekerjaan?! Jangan bahas hal-hal yang nggak berguna!"Marlon yang ditendang pun menepuk-nepuk debu sepatu hak tinggi Ariel dari celananya!Ariel meletakkan kopi yang dia bawa di atas meja kerja dan mendorongnya ke samping tangan Pamela. "Bos, semalam, kamu benar-benar sudah baikan dengan Tuan Agam, ya?"Pamela tidak bisa berkata-kata.Marlon pun menjulingkan matanya dan berkata, "Cih! Bisa-bisanya kamu menendang aku, tapi menanyakan hal yang sama pula!"Pamela tidak menjawab pertanyaan kedua orang ini. Dia sudah meninjau laporan keuangan di tangannya sampai ke halaman terakhirnya. "Bagus! Berbagai data laporan keuangan paruh kedua tahun ini jauh meningkat daripada paruh pertama tahun ini. Kalian berdua
Ariel menatap Marlon dengan tatapan dingin sambil berseru, "Bos memarahimu! Jangan katai aku!"Pamela tidak lagi berbicara dengan kedua orang ini. Dia melihat waktu, masih ada satu jam sebelum jam pulang kerja. Jika dia naik taksi ke Perusahaan Dirgantara, dia akan tiba kira-kira pada jam pulang kerja.Dia pun meletakkan kopinya dan berdiri dari kursinya. "Lakukan pekerjaan kalian. Aku pergi dulu!" kata Pamela.Marlon berkata dengan tidak rela, "Bos mau ke mana? Nggak makan dengan kami?""Menjemput Paman pulang kerja di Perusahaan Dirgantara!" kata Pamela. Tanpa menoleh, dia melambaikan tangannya dan keluar dari kantor presiden direktur.Melihat pintu yang baru tertutup itu, Marlon menggelengkan kepalanya dengan takjub. "Ckckck, percintaan ini sungguh membuat orang iri!"Ariel pun tersadar, dia melirik sekilas ke arah Marlon dengan kesal dan berkata, "Sudahlah, pergi sana! Kamu bisa iri di kantormu sendiri!"...Di kafe tepat di seberang gedung Perusahaan Dirgantara.Pamela duduk di sa
"Katakanlah, kenapa kamu mau membuntutiku?" tanya Pamela dengan terus terang. Namun, sebenarnya, dia sudah memiliki sebuah tebakan dalam hatinya.Adsila memonyongkan bibirnya dan berkata, "Aku ... aku hanya ingin melihat kamu pergi sendirian ke mana dan apa yang kamu mau lakukan!"Pamela menyilangkan lengannya dengan malas dan bertanya lagi, "Kenapa kamu mau tahu aku pergi ke mana? Jelaskanlah."Adsila tahu bahwa diam-diam membuntuti orang lain adalah sebuah perbuatan yang tidak benar, jadi dia merasa sangat malu ....Namun, saat dia teringat bahwa dia sedang menjalankan misi, dia membusungkan dadanya dan bertanya, "Bibi! Aku lihat kamu keluar dari kantor presiden direktur Perusahaan Vasant. Apa hubunganmu dengan orang-orang di Perusahaan Vasant?!"Dengan ekspresi datar, Pamela menjawab dengan tenang, "Teman, sejak kecil. Kenapa?"Adsila seketika tercengang. Dengan ekspresi heran, dia bertanya, "Apa? Bibi, kamu berteman dengan presiden direkturnya Perusahaan Vasant, ya? Tapi ... bukank
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen