Marlon mengangkat bahunya dengan santai dan berkata, "Aku hanya penasaran! Bagaimana caranya pria tua ini menaklukkan bos kami?"Pamela seketika terdiam.Ariel menghampiri mereka dengan segelas kopi, lalu menendang Marlon sambil berkata, "Minggir sana! Kamu nggak lihat Bos lagi meninjau pekerjaan?! Jangan bahas hal-hal yang nggak berguna!"Marlon yang ditendang pun menepuk-nepuk debu sepatu hak tinggi Ariel dari celananya!Ariel meletakkan kopi yang dia bawa di atas meja kerja dan mendorongnya ke samping tangan Pamela. "Bos, semalam, kamu benar-benar sudah baikan dengan Tuan Agam, ya?"Pamela tidak bisa berkata-kata.Marlon pun menjulingkan matanya dan berkata, "Cih! Bisa-bisanya kamu menendang aku, tapi menanyakan hal yang sama pula!"Pamela tidak menjawab pertanyaan kedua orang ini. Dia sudah meninjau laporan keuangan di tangannya sampai ke halaman terakhirnya. "Bagus! Berbagai data laporan keuangan paruh kedua tahun ini jauh meningkat daripada paruh pertama tahun ini. Kalian berdua
Ariel menatap Marlon dengan tatapan dingin sambil berseru, "Bos memarahimu! Jangan katai aku!"Pamela tidak lagi berbicara dengan kedua orang ini. Dia melihat waktu, masih ada satu jam sebelum jam pulang kerja. Jika dia naik taksi ke Perusahaan Dirgantara, dia akan tiba kira-kira pada jam pulang kerja.Dia pun meletakkan kopinya dan berdiri dari kursinya. "Lakukan pekerjaan kalian. Aku pergi dulu!" kata Pamela.Marlon berkata dengan tidak rela, "Bos mau ke mana? Nggak makan dengan kami?""Menjemput Paman pulang kerja di Perusahaan Dirgantara!" kata Pamela. Tanpa menoleh, dia melambaikan tangannya dan keluar dari kantor presiden direktur.Melihat pintu yang baru tertutup itu, Marlon menggelengkan kepalanya dengan takjub. "Ckckck, percintaan ini sungguh membuat orang iri!"Ariel pun tersadar, dia melirik sekilas ke arah Marlon dengan kesal dan berkata, "Sudahlah, pergi sana! Kamu bisa iri di kantormu sendiri!"...Di kafe tepat di seberang gedung Perusahaan Dirgantara.Pamela duduk di sa
"Katakanlah, kenapa kamu mau membuntutiku?" tanya Pamela dengan terus terang. Namun, sebenarnya, dia sudah memiliki sebuah tebakan dalam hatinya.Adsila memonyongkan bibirnya dan berkata, "Aku ... aku hanya ingin melihat kamu pergi sendirian ke mana dan apa yang kamu mau lakukan!"Pamela menyilangkan lengannya dengan malas dan bertanya lagi, "Kenapa kamu mau tahu aku pergi ke mana? Jelaskanlah."Adsila tahu bahwa diam-diam membuntuti orang lain adalah sebuah perbuatan yang tidak benar, jadi dia merasa sangat malu ....Namun, saat dia teringat bahwa dia sedang menjalankan misi, dia membusungkan dadanya dan bertanya, "Bibi! Aku lihat kamu keluar dari kantor presiden direktur Perusahaan Vasant. Apa hubunganmu dengan orang-orang di Perusahaan Vasant?!"Dengan ekspresi datar, Pamela menjawab dengan tenang, "Teman, sejak kecil. Kenapa?"Adsila seketika tercengang. Dengan ekspresi heran, dia bertanya, "Apa? Bibi, kamu berteman dengan presiden direkturnya Perusahaan Vasant, ya? Tapi ... bukank
Melihat wajah kecil Adsila yang cerah dan mulus, Pamela merasa bahwa wajah ini sangat cantik, tetapi orangnya sangat bodoh!"Kamu sangat baik, tapi kamu bukan tipe kesukaannya," kata Pamela.Adsila mengedipkan matanya dan berkata, "Hah? Kalau begitu, tipe seperti apa yang dia sukai?""Kamu nggak perlu tahu tipe seperti apa yang dia sukai. Sekarang, kamu juga nggak perlu menggodanya lagi karena aku sudah kembali dengan pamanmu," jawab Pamela.Dengan ekspresi terkejut, Adsila berseru, "Bibi! Kamu sudah baikan dengan Paman?! Sejak kapan?!"Pamela menganggukkan kepalanya dan melihat jam, lalu menoleh dan melihat ke arah pintu Perusahaan Dirgantara sambil menjawab, "Kemarin."Adsila pun berseru lagi, "Kalau begitu, baru lewat sehari, ya! Tapi, baguslah kalau kalian bisa baikan! Untuk sementara, aku sudah bisa tenang, deh. Kalau nggak, aku takut Paman akan depresi!""Sepertinya kamu menganggap pamanmu terlalu lemah. Kalaupun aku nggak baikan dengannya, dia, seorang pria dewasa, juga nggak ak
Pamela berdiri dan berlari keluar dari kafe ini. Dia khawatir jika dia terlambat satu langkah saja, Agam akan naik mobil dan pergi ....Adsila memandang ke luar jendela kaca, lalu juga mengikuti ke luar!"Paman!"Baru saja Agam hendak membungkuk untuk naik mobil, dia tiba-tiba mendengar suara yang dia kenal. Gerakannya seketika terhenti, dia pun menoleh ....Dia melihat Pamela yang sedang berlari kecil ke arahnya, lalu melompat dengan pelan dan memeluk dirinya layaknya seekor panda!Agam langsung memeluk gadis ini dengan kokoh sambil bertanya, "Kenapa kamu bisa datang ke sini?"Pamela merangkul leher Agam dengan penuh kasih sambil berkata, "Aku bosan menunggu di rumah, jadi aku datang untuk menjemputmu pulang kerja!"Sepasang mata Agam yang dingin dan tajam tiba-tiba terlihat hangat. "Menjemputku pulang kerja? Kamu baik sekali, ya?"Pamela menyandarkan kepalanya di bahu pria ini sambil mendengus, lalu berkata, "Kamu nggak suka, ya?"Agam pun tertawa. "Si usil ini jarang sekali berinisi
Melihat ekspresi Adsila yang manis dan imut, Pamela ragu-ragu sesaat. Dia tidak tega menolak, jadi dia menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ayo pergi bersama."Setelah mendapatkan izin dari Pamela, Adsila pun merasa sangat senang. "Aku tahu Bibi pasti akan membawaku pergi, hehe!"Dengan adanya pengganggu di dunia milik berdua ini, ekspresi Agam menjadi kesal. Dia mengernyit sambil menatap Pamela dan bertanya, "Kamu bukan hanya mau traktir aku makan, ya?"Pamela membentangkan kedua tangannya sambil berkata, "Hanya bertambah satu orang saja! Paman, jangan pelit!"Adsila mencondongkan badannya di antara kedua orang ini dan berkata, "Iya! Paman, aku keponakanmu, tapi kamu sepelit ini padaku! Kamu bahkan nggak mau membawaku pergi makan!"Agam melirik sekilas ke arah Adsila dengan tegas dan berkata, "Kalau mau ikut, duduk dengan baik!"Mendengar teguran pamannya, Adsila langsung patuh. Dia bergegas duduk dengan baik.Pria ini menginjak gas, mobil pun melaju meninggalkan Perusahaan Dirgantar
Mendengar keluhan Adsila, Pamela dan Agam melihat ke arahnya. Secara bersamaan, pasangan suami istri ini tampak khawatir ....Gadis yang menyukai hal percintaan ini lebih baik tidak sering-sering pacaran.Pada saat ini, pelayan menyajikan beberapa santapan dingin.Pamela mengambilkan sayur ke piring Adsila yang sedang tidak fokus sambil berkata, "Apa yang sedang kamu pikirkan? Bukankah kamu sudah lapar? Makanlah lebih banyak!"Adsila seketika tersadar. Dia tertawa dan berkata, "Terima kasih, Bibi!"Pamela bergegas mengambilkan sayuran untuk pria di sisinya supaya pria yang kekanak-kanakan ini tidak iri dengan keponakannya lagi!Adsila sangat cerewet. Sambil makan pun mulutnya tidak berhenti berceloteh. "Oh iya, Paman, apakah kamu sudah mendaftarkan pernikahanmu dengan Bibi?" tanya Adsila.Pertanyaan ini membuat gerakan Pamela dan Agam sama-sama terhenti ....Agam menoleh dan menatap Pamela lekat-lekat sambil menjawab, "Belum."Adsila mengernyit dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Kena
Adsila berkata lagi, "Paman, sebelumnya, kamu mengadakan upacara pernikahan yang sederhana dengan Bibi dan bahkan nggak meninggalkan selembar foto pun!""Kali ini, dengan kepulangan Bibi, bagaimana kalau kamu membawa Bibi pergi mengambil foto pernikahan yang indah?"Sebelum pria ini bisa mengatakan apa pun, Pamela langsung tersenyum dengan dingin sambil berkata, "Lupakan saja, pamanmu seharusnya nggak suka foto-foto."Adsila mengernyit sambil menatap pria ini dan bertanya, "Paman, kamu bahkan nggak mau foto pernikahan?"Dengan tatapannya masih tertuju pada gadis ini, Agam menjawab, "Kalau hanya sesekali, aku masih bisa terima."Pamela mengangkat kepalanya dan menatap pria di sisinya dengan heran.Dia mengira bahwa pria yang tidak ingin mendaftarkan pernikahan dengannya juga akan merasa bahwa mengambil foto pernikahan dengannya hanya akan membuang-buang waktu!Tak disangka, pria ini akan setuju.Begitu mendengar bahwa pamannya bersedia berfoto, Adsila langsung merasa sangat senang. "Bag