Adsila berkata lagi, "Paman, sebelumnya, kamu mengadakan upacara pernikahan yang sederhana dengan Bibi dan bahkan nggak meninggalkan selembar foto pun!""Kali ini, dengan kepulangan Bibi, bagaimana kalau kamu membawa Bibi pergi mengambil foto pernikahan yang indah?"Sebelum pria ini bisa mengatakan apa pun, Pamela langsung tersenyum dengan dingin sambil berkata, "Lupakan saja, pamanmu seharusnya nggak suka foto-foto."Adsila mengernyit sambil menatap pria ini dan bertanya, "Paman, kamu bahkan nggak mau foto pernikahan?"Dengan tatapannya masih tertuju pada gadis ini, Agam menjawab, "Kalau hanya sesekali, aku masih bisa terima."Pamela mengangkat kepalanya dan menatap pria di sisinya dengan heran.Dia mengira bahwa pria yang tidak ingin mendaftarkan pernikahan dengannya juga akan merasa bahwa mengambil foto pernikahan dengannya hanya akan membuang-buang waktu!Tak disangka, pria ini akan setuju.Begitu mendengar bahwa pamannya bersedia berfoto, Adsila langsung merasa sangat senang. "Bag
Pamela menatap pria di sisinya dengan tatapan heran. 'Paman benar-benar bersedia untuk pergi foto sekarang juga?' pikir Pamela.Adsila kembali ke tempat duduknya. Karena ada hal yang dia nantikan, dia pun makan dengan makin lahap!"Bibi, aku sudah nggak sabar! Penampilan Bibi memakai gaun pengantin pasti sangat indah!" kata Adsila.Pamela hanya mengerutkan bibirnya sambil terus meminum kuah, seperti sedang memikirkan sesuatu.Jika seorang pria tidak bersedia untuk mendaftarkan pernikahannya dengan seorang wanita, tetapi sangat aktif dalam pengambilan foto pernikahan, entah apa yang sedang pria ini pikirkan!...Studio foto temannya Adsila adalah sebuah studio foto kelas atas yang terkenal di Kota Marila. Katanya, banyak foto pernikahan, foto potret dan sampul majalah selebriti dan artis terkenal diambil di studio ini.Adsila sengaja tidak memberi tahu identitas Agam pada temannya. Dia takut saat temannya sedang mengambil foto Agam, temannya ini akan merasa tertekan karena statusnya Aga
Adsila tidak senang mendengarnya. Dia menggerutu, "Paman! Ini namanya habis manis sepah dibuang! Kamu harus tahu, kalau bukan karena aku, mungkin kamu nggak punya kesempatan lihat Bibi pakai baju pengantin."Agam meletakkan majalah di tangannya, lalu berdiri. Dia berjalan mendekati Pamela tanpa menghiraukan Adsila, jari panjangnya mengelus lembut wajah Pamela sambil berkata, "Cantik sekali."Pamela mendongak menatap pria itu, dengan perasaan malu mengenakan baju pengantin, dia menjawab, "Terima kasih ....""Ayo, kita mulai," kata pria itu sambil menggandeng tangannya, membawanya memasuki studio.Adsila menyilangkan tangannya dengan ekspresi tidak senang. 'Huh! Paman keterlaluan, habis manis sepah dibuang!' batinnya.'Tapi Tante terlihat sangat cantik dengan baju pengantinnya!''Sayang sekali kalau cuma Paman yang lihat.'Setelah berpikir sejenak, Adsila mengeluarkan ponselnya, lalu ikut memasuki studio.Dia merekam seluruh proses pemotretan Agam dan Pamela, lalu mengundang semua orang
Justin terperanjat, begitu berbalik, dia melihat kakaknya, Kalana. Justin secara refleks menyembunyikan ponsel di belakang punggungnya sambil berkata, "Ti ... tidak ada."Tadinya Kalana tidak melihat apa pun, tapi dia justru penasaran setelah melihat reaksi Justin yang jelas sedang menyembunyikan sesuatu."Justin, apa yang kamu sembunyikan dariku? Jangan-jangan kamu pacaran diam-diam?" tanya Kalana.Justin menggeleng cepat sembari menjawab, "Tidak, tidak! Aku nggak pacaran diam-diam kok!"Tentu saja Kalana tidak percaya, dia tersenyum sambil berkata, "Kalau nggak pacaran diam-diam, kenapa takut aku lihat ponselmu? Sini, biar kulihat tadi kamu ngobrol dengan siapa?"Justin bukannya takut Kalana melihat ponselnya, tapi takut Kalana sedih setelah melihat video yang dikirimkan Adsila.Dia mengerutkan kening berpikir sejenak, untuk membodohi Kalana, dengan berat hati dia mengakui, "Iya! Aku ... aku pacaran! Isi obrolannya privasiku, jadi nggak boleh kuperlihatkan sama Kakak!"Mendengar adik
Melihat riwayat obrolan itu tidak berhubungan dengan pacar Justin, melainkan tentang foto pernikahan Pamela dan Agam,ekspresi Kalana membeku, tatapannya seketika berubah suram.Dalam video yang dia lihat, Agam diarahkan fotografer untuk memegang lembut pinggang Pamela, menatap dan menciumnya sembari tersenyum.Selama bertahun-tahun mengenal Agam, dia belum pernah diperlakukan seperti itu.Adegan dalam video bagaikan duri dalam daging, Kalana luar biasa iri, tanpa sadar dia menggertakkan gigi, ekspresinya benar-benar menyeramkan.Saat ini, Justin menyusul, dia tidak pernah melihat kakaknya yang lembut menunjukkan ekspresi menakutkan seperti itu. Merasakan suasana yang tidak nyaman, Justin pun bertanya dengan cemas, "Kak, kamu nggak apa-apa?"Kalana tersadar kembali, dia mendongak dan memaksakan senyum kaku sambil menjawab, "Nggak apa-apa, memangnya aku kenapa?"Justin mengerutkan kening, dia tahu Kalana terobsesi pada Kak Agam, juga bisa melihat perjuangan kakaknya untuk unjuk diri. De
Pamela yang hampir tertidur melihat riwayat obrolan itu, kemudian menjawab dengan tenang, "Paman, mereka 'kan temanmu. Kamu saja yang atur."Pria itu menatapnya lekat sambil berkata, "Aku nggak bisa mengaturnya."Pamela yang sedang menatap cermin menoleh menatap pria itu, alisnya terangkat karena bingung, "Kenapa nggak bisa? Sebelumnya kamu juga pergi minum dengan mereka, kenapa sekarang nggak bisa?"Pria itu menjawab, "Aku nggak punya uang."Pamela terdiam.Penata rias yang sedang mengganti gaya rambut Pamela terkejut sekaligus menahan tawa, merasa kalimat "Aku nggak punya uang" yang keluar dari mulut seorang pria berperawakan tinggi dan elegan seperti itu adalah hal yang luar biasa.Sudut bibir Pamela terangkat, dia baru teringat bahwa Paman telah menyerahkan semua kartu ATM padanya, dia juga tak punya uang lagi di ponselnya."Kalau begitu kamu atur saja, nanti aku bayar," kata Pamela dengan jelas.Agam menantikan kalimat itu, dia mengusap hidung Pamela sejenak sambil berkata, "Kalau
Pamela mengangguk sekali lagi sambil berkata, "Aku ingin pulang."Pria itu tidak mengatakan apa-apa lagi, dia merangkulnya dengan lembut sembari berkata, "Hm, kalau begitu kita pulang."Pamela mengerutkan kening bertanya, "Kita? Paman, kamu juga nggak ikut?"Agam menatapnya sembari menjawab, "Kalau kamu nggak pergi, nggak ada yang membayarkan tagihannya, kalau begitu untuk apa aku ke sana?"Mendengar hal itu, Pamela langsung menjulingkan mata, lalu berkata, "Aku bisa mentransfernya padamu, kamu bayar sendiri!"Agam menjawab dengan serius, "Tidak perlu, kalau kamu nggak ikut, aku juga tak berminat keluar, takutnya istriku kabur lagi."Huh! Dasar!Pamela paling tak tahan dengan trik seperti ini, tiba-tiba merasa Paman sangat licik!"Baiklah, kalau begitu aku juga pergi! Sudah, 'kan?Agam tersenyum, lalu membungkuk dan berbisik, "Gadis kecil, aku tahu kamu lelah. Setelah Paman menemani mereka minum beberapa gelas, kita pulang. Malam ini kamu boleh istirahat dengan tenang, aku nggak akan m
Pria itu melirik nomor yang muncul di layar ponselnya, dahinya berkerut, tapi dia tetap menjawabnya.Suara cemas Kalana terdengar, "Agam, kamu di mana?"Pria itu menjawab, "Manor Sinar Rembulan."Kalana dengan segan bertanya, "Hm ... kamu di Manor Sinar Rembulan? Apa kamu sibuk?"Pria itu tidak menjawab, sebaliknya bertanya, "Ada apa?"Kalana menjawab dengan berat hati, "Agam, Revan barusan muntah, dia nggak enak badan, dari tadi terus-terusan memanggilmu. Agam, aku tahu aku mengganggumu, tapi bisa nggak kamu pulang sebentar? Revan membutuhkanmu."Agam tanpa sadar menatap Pamela di sampingnya, dia terdiam dua detik sebelum bertanya, "Apa kata Dokter?"Kalana terisak sambil menjawab, "Kata Dokter kondisi tubuhnya baik-baik saja, muntah adalah reaksi normal dari geger otak. Tapi anak mengalami syok, dia perlu ditenangkan, akan lebih baik kalau ayahnya bisa menemani! Agam, apa kamu bisa datang?"Agam terdiam.Dalam suasana tenang, Pamela tersenyum kecil sembari berkata, "Pergilah."Pamela