Kalana benar-benar terkejut. Sebelumnya, kakaknya tidak pernah mengucapkan kata-kata sekasar ini padanya!Dia pun berkata, "Tapi, kamu juga tahu, aku benar-benar sangat mencintai Agam ...."Jason mengernyit sambil menatap adiknya ini dan berkata, "Percintaan itu dua arah, bukan hanya searah. Kalau pria itu nggak mencintaimu, nggak ada gunanya apa pun yang kamu lakukan. Kalau kamu melepaskannya, kamu juga melepaskan dirimu sendiri, 'kan?"Mata Kalana seketika memerah. Air mata pun mengalir dari matanya. "Kak, ada apa sebenarnya? Apakah Pamela mengatakan sesuatu padamu? Kenapa Kakak menjadi seperti orang lain? Kakak sudah nggak sayang sama aku, ya ...."Meskipun Jason merasa sangat kesal melihat air mata Kalana yang mengalir, atas dasar persaudaraan mereka selama bertahun-tahun, dia juga tetap merasa tidak tega. Dia pun berpikir, 'Apakah aku terlalu kasar padanya?'"Sudahlah, jangan menangis lagi. Aku hanya memikirkan kebaikanmu. Selama bertahun-tahun, tahukah kamu kalau kamu bahkan hamp
Jason benar-benar ingin menampar dirinya sendiri!'Huh! Akulah yang rendahan, yang menilai orang lain dengan sikapku yang picik!' pikir Jason....Di Kediaman Dirgantara.Setelah Jason pergi, Pamela mengeluarkan ponselnya yang terus berdering dalam kantongnya ....Ada permintaan panggilan video dari Agam.Tadi, Pamela terus berbicara dengan Jason, jadi dia mematikan suara di ponselnya dan tidak menerima panggilan ini.Sekarang, Jason sudah pergi, jadi Pamela sudah bisa berbicara dengan Agam!Setelah Pamela menekan tombol untuk menerima panggilan ini, wajah Agam yang tampan langsung muncul di layar ponselnya.Sekarang, ekspresi pria ini jelas-jelas tidak senang. Dia bertanya dengan dingin, "Kamu ngapain? Kenapa panggilanku baru kamu terima sekarang?"Pamela duduk di sofa dengan malas sambil menjawab, "Aku lagi makan!"Dengan ekspresi masam, pria ini bertanya, "Makan? Makan masakan siapa?"Mendengar pertanyaan ini, Pamela pun merasa yakin bahwa ada orang di rumah yang sudah melaporkan ha
"Nanti, aku akan kirimkan lokasi restorannya. Sekarang, kerja dulu dengan baik!" kata Pamela.Sebelum pria ini bisa menjawab, Pamela sudah langsung mengakhiri panggilan ini.Di ujung telepon lainnya, Agam terdiam.Alasan mengapa Pamela mengakhiri panggilan ini adalah karena dia melihat kedatangan Olivia. Olivia berdiri di depannya sambil memelototinya dengan tatapan penuh kebencian.Pamela tidak ingin membuat Agam mengkhawatirkan hubungan antara dia dengan adik iparnya ini di rumah, jadi dia langsung mengakhiri panggilan itu ....Pamela yang dipelototi seperti itu oleh Olivia juga biasa-biasa saja. Dia tersenyum dengan tenang sambil bertanya, "Kenapa kamu sudah pulang? Bukankah kamu sudah pergi dengan kakakmu yang baik itu?"Olivia menyilangkan lengannya dengan sombong dan duduk di sofa sambil berseru, "Nggak usah atur-atur!"Pamela menguap dengan malas dan berkata, "Aku malas mengaturmu, tapi ke depannya, sebaiknya kamu jauh-jauh dari Kalana, jangan belajar yang nggak baik darinya!"S
Pamela berkata lagi, "Tapi, kelak, kamu juga akan menikah dan pasti akan menikah ke keluarga kaya, 'kan?""Kalau begitu, kalau kamu dikembalikan karena kamu nggak rajin bekerja di rumah mertuamu, bukankah kamu akan mempermalukan Keluarga Dirgantara?""Jadi, aku mencarikan sebuah kesempatan untukmu, kamu bisa mulai dari pekerjaan rumah sendiri, aku yakin kamu pasti bisa melakukannya.""Kamu ...." Olivia menggertakkan giginya, dia sudah merasa murka hingga wajahnya pucat. "Pamela, kamu benar-benar licik! Hari ini, apa pun yang kamu katakan, aku nggak akan melakukan pekerjaan yang kotor dan melelahkan itu!" seru Olivia.Pamela tetap santai. "Baiklah, nggak kerja juga nggak apa-apa. Tapi, selain aku, nggak boleh ada orang lain yang menganggur di rumah ini. Nanti malam, saat kakakmu pulang, aku akan membiarkan kakakmu mengirimkanmu ke tempat ibumu," kata Pamela.Pagi ini, melalui ucapan yang Agam gunakan untuk menegur Olivia, Pamela pun mengetahui kelemahan Olivia.Kelemahan terbesar gadis
Marlon mengangkat bahunya dengan santai dan berkata, "Aku hanya penasaran! Bagaimana caranya pria tua ini menaklukkan bos kami?"Pamela seketika terdiam.Ariel menghampiri mereka dengan segelas kopi, lalu menendang Marlon sambil berkata, "Minggir sana! Kamu nggak lihat Bos lagi meninjau pekerjaan?! Jangan bahas hal-hal yang nggak berguna!"Marlon yang ditendang pun menepuk-nepuk debu sepatu hak tinggi Ariel dari celananya!Ariel meletakkan kopi yang dia bawa di atas meja kerja dan mendorongnya ke samping tangan Pamela. "Bos, semalam, kamu benar-benar sudah baikan dengan Tuan Agam, ya?"Pamela tidak bisa berkata-kata.Marlon pun menjulingkan matanya dan berkata, "Cih! Bisa-bisanya kamu menendang aku, tapi menanyakan hal yang sama pula!"Pamela tidak menjawab pertanyaan kedua orang ini. Dia sudah meninjau laporan keuangan di tangannya sampai ke halaman terakhirnya. "Bagus! Berbagai data laporan keuangan paruh kedua tahun ini jauh meningkat daripada paruh pertama tahun ini. Kalian berdua
Ariel menatap Marlon dengan tatapan dingin sambil berseru, "Bos memarahimu! Jangan katai aku!"Pamela tidak lagi berbicara dengan kedua orang ini. Dia melihat waktu, masih ada satu jam sebelum jam pulang kerja. Jika dia naik taksi ke Perusahaan Dirgantara, dia akan tiba kira-kira pada jam pulang kerja.Dia pun meletakkan kopinya dan berdiri dari kursinya. "Lakukan pekerjaan kalian. Aku pergi dulu!" kata Pamela.Marlon berkata dengan tidak rela, "Bos mau ke mana? Nggak makan dengan kami?""Menjemput Paman pulang kerja di Perusahaan Dirgantara!" kata Pamela. Tanpa menoleh, dia melambaikan tangannya dan keluar dari kantor presiden direktur.Melihat pintu yang baru tertutup itu, Marlon menggelengkan kepalanya dengan takjub. "Ckckck, percintaan ini sungguh membuat orang iri!"Ariel pun tersadar, dia melirik sekilas ke arah Marlon dengan kesal dan berkata, "Sudahlah, pergi sana! Kamu bisa iri di kantormu sendiri!"...Di kafe tepat di seberang gedung Perusahaan Dirgantara.Pamela duduk di sa
"Katakanlah, kenapa kamu mau membuntutiku?" tanya Pamela dengan terus terang. Namun, sebenarnya, dia sudah memiliki sebuah tebakan dalam hatinya.Adsila memonyongkan bibirnya dan berkata, "Aku ... aku hanya ingin melihat kamu pergi sendirian ke mana dan apa yang kamu mau lakukan!"Pamela menyilangkan lengannya dengan malas dan bertanya lagi, "Kenapa kamu mau tahu aku pergi ke mana? Jelaskanlah."Adsila tahu bahwa diam-diam membuntuti orang lain adalah sebuah perbuatan yang tidak benar, jadi dia merasa sangat malu ....Namun, saat dia teringat bahwa dia sedang menjalankan misi, dia membusungkan dadanya dan bertanya, "Bibi! Aku lihat kamu keluar dari kantor presiden direktur Perusahaan Vasant. Apa hubunganmu dengan orang-orang di Perusahaan Vasant?!"Dengan ekspresi datar, Pamela menjawab dengan tenang, "Teman, sejak kecil. Kenapa?"Adsila seketika tercengang. Dengan ekspresi heran, dia bertanya, "Apa? Bibi, kamu berteman dengan presiden direkturnya Perusahaan Vasant, ya? Tapi ... bukank
Melihat wajah kecil Adsila yang cerah dan mulus, Pamela merasa bahwa wajah ini sangat cantik, tetapi orangnya sangat bodoh!"Kamu sangat baik, tapi kamu bukan tipe kesukaannya," kata Pamela.Adsila mengedipkan matanya dan berkata, "Hah? Kalau begitu, tipe seperti apa yang dia sukai?""Kamu nggak perlu tahu tipe seperti apa yang dia sukai. Sekarang, kamu juga nggak perlu menggodanya lagi karena aku sudah kembali dengan pamanmu," jawab Pamela.Dengan ekspresi terkejut, Adsila berseru, "Bibi! Kamu sudah baikan dengan Paman?! Sejak kapan?!"Pamela menganggukkan kepalanya dan melihat jam, lalu menoleh dan melihat ke arah pintu Perusahaan Dirgantara sambil menjawab, "Kemarin."Adsila pun berseru lagi, "Kalau begitu, baru lewat sehari, ya! Tapi, baguslah kalau kalian bisa baikan! Untuk sementara, aku sudah bisa tenang, deh. Kalau nggak, aku takut Paman akan depresi!""Sepertinya kamu menganggap pamanmu terlalu lemah. Kalaupun aku nggak baikan dengannya, dia, seorang pria dewasa, juga nggak ak