Olivia memelototi Pamela dengan penuh kebencian dan berkata dengan kesal, "Kak Kalana, jangan hiraukan wanita gila ini lagi! Ayo pergi, biar kubawa kamu pergi mandi dulu dan ganti baju bersih di kamar. Nanti, kita baru minta pertanggungjawabannya!"Kalana menganggukkan kepalanya dan mengikuti Olivia ke lantai atas. Di tengah perjalanan, dia menoleh dan memelototi Pamela dengan tatapan yang suram dan kejam.Tatapan itu jelas-jelas menandakan perselisihan antara mereka yang tidak akan berakhir!Pamela hanya tersenyum sesaat, dia sama sekali tidak menganggap serius orang-orang itu. Dia menoleh dan memanggil dua pembantu wanita untuk membersihkan mi kuah yang tertumpah di lantai....Saat Dimas berjalan keluar dari dapur, dia kebetulan menyaksikan kejadian barusan. Dia membuang napas dengan tidak berdaya dan berjalan menghampiri Pamela."Nyonya, pesanan makanan ini sudah nggak bisa dimakan. Anda juga nggak boleh kelaparan. Saya biarkan orang dapur untuk persiapkan roti untuk Anda, ya, untu
Melihat hal ini, Jason mengernyit dan bertanya, "Sudah jam berapa, tapi kamu masih belum sarapan?"Pamela sudah lapar, jadi dia memakan sesuap rotinya terlebih dahulu, baru menjawab, "Ceritanya panjang. Cerita sarapanku hari ini agak berbelit-belit, jadi aku baru bisa makan dengan susah payah! Pak Jason seharusnya sudah sarapan, 'kan? Jadi aku nggak mengundangmu untuk makan lagi, ya!"Jason tidak peduli apakah Keluarga Dirgantara mempersiapkan sarapan untuknya atau tidak. Dia juga bukan datang untuk makan. Sekarang, hal yang dia pedulikan hanyalah gadis di hadapannya ini. "Dengan kondisi tubuhmu sekarang, kamu makan sarapan setelat ini. Selain itu, kamu hanya makan roti. Mana cukup gizinya?"Pamela berkata dengan acuh tak acuh, "Hari ini, ada situasi khusus. Selain itu, sebentar lagi sudah mau makan siang, kok."Jason mengangkat tangannya untuk melihat jam tangannya dan berkata, "Sekarang masih ada dua jam sebelum makan siang. Jangan-jangan kamu mau terus kelaparan selama ini?"Pamela
Setelah sekitar 15 menit kemudian, Jason baru berjalan keluar dari dapur sambil membawa semangkuk makanan yang panas dan meletakkannya dengan lembut di hadapan Pamela. "Coba, deh," kata Jason.Pamela melihat makanan panas itu, lalu mengambil sendoknya dan mengaduk makanan lengket yang terlihat seperti bubur kacang merah itu. Di dalamnya, terdapat bola-bola ketan kecil berwarna putih.Dia menatap Jason sambil bertanya, "Ini bubur kacang merah dengan bola-bola ketan?"Jason mengangguk dan berkata, "Iya. Kamu lagi hamil, jadi kamu nggak boleh kekurangan energi dan darah. Kacang merah bisa menambahkan energi dan darah dalam tubuhmu. Kalau bola-bola ketan, saat kamu masih kecil, kamu paling ...."Mendengar ucapan ini, Pamela terdiam sesaat. Dia mengernyit, matanya yang berkilau pun goyah, seakan-akan dia memahami sesuatu!Melihat dia mengernyit seperti ini, Jason merasa seperti ada yang mengganjal tenggorokannya. Dia tidak lagi melanjutkan ucapannya karena dia tidak ingin merusak nafsu maka
Melihat Pamela yang sedang memakan sesuatu dengan nikmat, Olivia merasa sangat kesal. Oleh karena itu, dia langsung mengadu pada Jason.Olivia berkata, "Kak Jason, kamu datang tepat waktu! Biar kuberi tahu, tadi, Kak Kalana ditindas!""Pamela menuangkan semangkuk mi kuah yang dia pesan dari luar di kepala Kak Kalana, sehingga rambut dan baju Kak Kalana kotor, kulit wajahnya juga terbakar hingga merah!""Kak Kalana baru mandi dan ganti baju di kamarku!"Dengan pembelaan Olivia, Kalana berpura-pura murah hati lagi. Dengan suaranya yang sedih, dia berkata, "Kak, aku nggak apa-apa ...."Mendengar ucapan Olivia, Jason seketika mengernyit sambil menatap Pamela dengan sangat kesal."Bukankah Keluarga Dirgantara mempersiapkan sarapan yang melimpah untukmu, kenapa kamu malah pesan makanan dari luar?" tanya Jason.Awalnya, Kalana dan Olivia menantikan Jason memarahi Pamela. Alhasil, mereka malah mendengar Jason menanyakan sesuatu yang tidak penting. Keduanya langsung tercengang. Mereka merasa ba
Melihat adiknya yang selalu berulah ini, Jason merasa pusing. Dia mengurut keningnya sambil berkata, "Nggak peduli apa pun yang kamu lakukan di Kediaman Dirgantara, pulang ke rumah sekarang juga!"Kalana juga bisa melihat bahwa sikap kakaknya sangat tegas, dia menganggukkan kepalanya dengan patuh dan berjalan maju sambil berkata, "Kak, aku tahu aku nggak seharusnya meninggalkan Revan sendirian di rumah. Aku akan langsung pulang dan menemani Revan sekarang juga. Ayo pergi!"Namun, Jason tidak bergerak, dia hanya berkata, "Calvin ada di luar, pergi minta dia antarkan kamu pulang."Kalana seketika tercengang. Dia bertanya dengan kebingungan, "Kak, kamu nggak pulang denganku?"Jason mengiakan pertanyaan Kalana dengan suara rendah dan berkata, "Aku masih ada urusan, kamu pulang dulu sendiri."Apa? Kakaknya bukan datang ke Kediaman Dirgantara untuk menjemputnya? Kalana benar-benar terkejut. Dia melihat tempat duduk Jason yang tepat berada di hadapan Pamela ....Kakaknya datang ke Kediaman Di
Jason tampak terkejut. "Kamu sudah tahu?" tanya Jason.Dengan ekspresi tenang, Pamela menjawab, "Iya, aku sudah tahu."Jason tampak kebingungan. "Sejak kapan?" tanya Jason lagi.Pamela menjawab dengan santai, "Sudah lama, nggak lama setelah aku kenal dengan Pak Jason."Jason makin tidak mengerti. "Kalau kamu sudah tahu, kenapa kamu nggak beri tahu Kakak?"Pamela tertawa, seakan-akan dia menertawakan dirinya sendiri dan berkata, "Kalau aku beri tahu kamu, kamu juga nggak akan percaya. Selama ini, bagi Pak Jason, bukankah aku hanya seorang gadis kampungan yang berniat buruk, ingin bergantung pada orang-orang berkuasa, supaya aku juga bisa melambung tinggi?""Bayangkanlah, kalau aku tiba-tiba berlari ke hadapan Pak Jason dan mengatakan kalau aku adik kandungmu yang sudah menghilang selama bertahun-tahun, kamu pasti akan merasa sial, kamu akan menganggap kalau aku seorang penipu yang licik dan ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk masuk ke keluarga kaya, 'kan?"Ekspresi Jason menjadi kak
Pamela menatap Jason dari jauh dengan sopan. "Pak Jason masih ingat, nggak? Sebelumnya, aku bekerja selama beberapa hari di Perusahaan Yanuar, lalu dipecat oleh Pak Jason!" kata Pamela.Mendengar Pamela mengungkit hal ini, Jason mengernyit dengan penuh rasa bersalah. Dia bergegas berkata, "Kalau kamu ingin bekerja lagi di Perusahaan Yanuar, kamu bisa datang kapan pun itu, posisi apa pun boleh!"Pamela memicingkan matanya dan berkata, "Pak Jason salah paham. Maksudku, aku berharap agar kamu membayar gajiku untuk beberapa hari itu! Aku nggak suka bekerja tanpa dibayar!"Jason seketika tercengang sambil menatap Pamela dengan tatapan rumit.Uang adalah masalah sepele, gadis ini jelas-jelas ingin benar-benar putus hubungan dengan Jason! Apakah Pamela tidak ingin mengakui kakaknya ini lagi?Dengan alis terangkat, Pamela bertanya, "Kenapa? Pak Jason nggak mau bayar, ya?"Jason seketika tersadar. "Bukan, aku bisa memberimu berapa pun yang kamu mau," kata Jason.Kemudian, dia mengeluarkan dompe
Jason memicingkan matanya sambil berjalan ke arah mobil dan naik mobil.Di barisan belakang mobil, Kalana duduk dengan Olivia. Awalnya, kedua orang ini sedang berbincang-bincang. Karena Jason naik mobil, mereka seketika terdiam.Kalana duduk di tengah, dia pun menoleh dan menatap kakaknya dengan patuh."Kak, urusanmu sudah selesai, ya!" kata Kalana.Jason merasa sangat lelah, jadi dia bersandar di kursinya sambil mengurut keningnya. "Bukankah kusuruh kamu pulang dulu sendiri?" tanya Jason.Kalana memonyongkan bibirnya dengan sedih dan berkata, "Kalau aku pergi dulu, saat Kakak keluar, nggak ada mobil untuk Kakak lagi, jadi aku menyuruh Calvin untuk menunggumu sebentar di luar ...."Jason hanya mengiakan ucapan Kalana dengan cuek, lalu memejamkan matanya dan tidak lagi mengatakan apa pun.Olivia yang duduk di sisi lainnya tidak bisa menahan rasa penasarannya. Dia pun menjulurkan kepalanya dan bertanya, "Kak Jason, apakah kamu berhasil negosiasi dengan Pamela? Apakah Pamela sudah berjanj