"Aku punya sedikit saham di Perusahaan Vasant," kata Pamela dengan hati-hati.Agam menatap wanita itu tatapan serius. 'Sedikit? Atau sekitar triliunan?'Sejak mendapati Pamela bersama Marlon, dia mengutus Ervin untuk menyelidiki latar belakang dan segala sesuatu tentang Perusahaan Vasant.Perusahaan Vasant tidak ada latar belakang apa pun, benar-benar didirikan dari nol, adalah sebuah perusahaan domestik yang perkembangannya sangat signifikan. Hanya dalam beberapa tahun saja, perusahaan yang satu ini sudah mencapai level yang sama dengan perusahaan besar milik keluarga terkemuka di Kota Marila. Kekuatan perusahaan ini benar-benar tidak bisa dianggap remeh.Hanya saja, Ariel, direktur perusahaan dan Marlon, wakil direktur perusahaan bukanlah bos besar Perusahaan Vasant. Saham perusahaan sebesar enam puluh persen berada di tangan seorang pemegang saham besar yang misterius.Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa pemegang saham besar misterius itu adalah seorang wanita muda.Sejak awal, Aga
Agam meletakkan shower dalam genggamannya, memegang kepala gadis-nya yang basah dengan kedua tangannya, lalu duduk di tepi bak mandi, menundukkan kepalanya mendekati gadisnya. Dengan suara serak basah menggoda, dia berkata, "Kamu nggak perlu khawatir, kamu sudah ditakdirkan untukku. Kita sangat cocok satu sama lain."Dalam sekejap, jarak keduanya menjadi sangat dekat. Pamela tertegun, aliran napasnya seolah berhenti.Dia juga tidak tahu bagaimana ciuman itu mendarat di bibirnya.Pamela hanya merasakan kepalanya seolah berdengung, pikirannya menjadi kacau balau.Hanya ada suara air mengalir dan deru napas stabil pria itu yang terdengar di telinganya ....Dia merasakan dirinya seolah dilahap oleh sebuah lubang hitam, dia tidak berdaya untuk meronta. Sekujur tubuhnya diselimuti oleh aura panas.Awalnya, air di dalam bak mandi sudah dingin. Kini, alasan mengapa air di dalam bak mandi masih terasa panas karena pria itu sudah membuka keran air dan membiarkan air panas mengalir dengan perlaha
Agam tertegun sejenak. Api gairah yang baru saja dipadamkannya secara paksa tiba-tiba tersulut lagi ....Sudut bibirnya sedikit terangkat ke atas, dia menatap gadis-nya yang berada di bawah tubuhnya dan berkata, "Apa aku bisa memahami maksud ucapan Nona Pamela sebagai sebuah undangan ramah?"Di saat seperti ini, pria itu masih bisa bercanda padanya.Pamela agak marah, perubahan emosi dari penuh gairah menjadi amarah hanya dalam sekejap mata saja!Dia mengerutkan keningnya dan melepaskan cengkeramannya pada kemeja pria itu, lalu mendorongnya dengan sekuat tenaga dan berkata, "Nggak! Pergi saja sana! Nggak perlu memedulikanku lagi!"Saat ini, dia terlihat sangat lucu dan apa adanya seperti seorang istri yang sedang kesal dengan suami sendiri.Berbeda dengan sekarang, dulu dalam menghadapi apa pun, dia selalu tenang, seolah-olah tidak ada gejolak dalam perasaannya. Dia melakukan segala sesuatu hanya untuk berakting layaknya suami istri dengan anggap, sama sekali tidak ada ketulusan.Agam
Pamela tampak canggung, dia mengusap-usap perutnya sendiri ....Pria itu tersenyum dan berkata, "Apa kamu lapar?"Pamela menganggukkan kepalanya dan berkata, "Hmm, aku lapar!"Pria itu bertanya padanya dengan suara rendah, "Kamu ingin makan apa?"Pamela mendongak menatap pria itu. Tiba-tiba, sebuah ide aneh melintas dalam benaknya. "Aku ingin makan masakan Paman."Agam mengerutkan keningnya. 'Gadis ini jelas-jelas sedang mempersulitku.'Sejak kapan dia bisa masak?Namun, ini adalah permintaan pertama yang diajukan oleh gadis-nya sejak mereka berbaikan lagi, tentu saja Agam tidak berani menolak permintaannya."Oke, tunggu sebentar. Aku akan mempelajari hidangan-hidangan sederhana dan memasak untukmu."Pamela merentangkan tangannya dengan malas dan berkata, "Aku nggak mau menunggu, aku mau melihat Paman memasak secara langsung."Agam menyipitkan matanya. 'Apa gadis ini nggak mengantuk lagi?'Pria itu langsung menghampiri gadis-nya dan menggendongnya, lalu memukul bokongnya. "Kulihat sepe
Di dapur kediaman Keluarga Dirgantara.Pamela ditempatkan di sebuah tempat yang bersih dan duduk dengan santai. Pria itu tidak membiarkannya melakukan apa pun.Melihat pria itu yang masih tidak terbiasa memotong sayur, Pamela menggoyang-goyangkan kedua kakinya yang masih terasa pegal dengan santai dan berkata dengan nada bercanda, "Paman, kamu sudah sebesar ini, tapi kenapa kamu masih belum bisa memasak sendiri?"Pria itu melirik gadis-nya dan berkata, "Menurutmu, apa aku perlu mempelajari hal-hal seperti ini?"Pamela mengangkat alisnya.'Ya, memang benar. Pria yang lahir di sebuah keluarga yang terkemuka, pakaian dan makanan sudah tersedia untuknya, memang nggak perlu melakukan hal-hal sepele seperti ini sendiri.'Pamela menyilangkan lengannya di depan dada dan berkata, "Mungkin dulu kamu memang nggak perlu mempelajarinya, tapi kelak sebaiknya kamu mempelajari cara mencuci baju dan memasak!"Sambil memotong tomat, pria itu melirik gadis-nya dan berkata, "Oh? Kenapa seperti itu?"Pamel
Selama pria bernama Agam ini berada di sisinya, dia bisa merasakan kenyamanan dan ketenangan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dia juga tidak mengerti mengapa dia bisa merasakan perasaan seperti itu saat berada di sisi Agam. Sungguh ajaib.Saat bersama Agam, dia seperti bisa menindas pria itu sesuka hatinya ...."Coba kamu cicipi rasanya."Suara rendah pria itu menyela pemikirannya.Ketika Pamela tersadar kembali, pria itu sedang menyuapkan mi tomat yang baru selesai dimasak ke bibirnya. Dia membuka mulutnya dengan patuh. Saat dia hendak mencicipi masakan Agam ....Sebelum sesuap mi itu sempat masuk ke dalam mulutnya, dia merasakan tatapan sekelompok orang yang membuatnya merasa canggung. Begitu menoleh ke arah pintu dapur, dia mendapati sekelompok pelayan sedang berdiri di sana dan mengintip mereka. Mulut para pelayan itu terbuka lebar, seolah-olah sangat terkejut.Hanya Dimas, sang kepala pelayan yang tampak sedikit tenang.Pamela menggerak-gerakan bibirnya yang kering, lalu
Dia memang tidak ingin mengangkat panggilan telepon ini.Namun, kalau dia tidak mengangkat panggilan telepon ini, seolah-olah dia melakukan hal yang buruk di belakang gadis-nya. Setelah bersusah payah mencarinya, dia baru menemukan gadis-nya. Agam tidak ingin terjadi kesalahpahaman lagi yang menyebabkan gadis-nya marah dan menyebabkan gadis-nya melarikan diri lagi. Dia tidak ingin gadis-nya menghilang dari hidupnya lagi.Dengan pertimbangan itulah, Agam langsung menjawab panggilan telepon itu dan mengaktifkan pengeras suara ....Di ujung telepon, terdengar suara tangisan dan panik Kalana. "Agam, kamu ada di mana?""Rumah.""Agam, apa sekarang kamu bisa ke sini sebentar? Aku perlu kamu ....""Aku sedang sibuk."Mendengar penolakan tegas dari Agam, Kalana tidak menyerah begitu saja, dia berkata dengan nada memohon dan terisak, "Agam, aku tahu aku nggak bisa selalu mengganggumu seperti ini. Tapi sekarang Revan hilang! Hiks, hiks .... Aku sudah mencarinya ke semua tempat, tapi aku tetap ng
Di kediaman Keluarga Yanuar.Pelayan melapor dengan penuh hormat, "Tuan Muda Jason, Nona Kalana, Tuan Agam sudah datang!"Karena masalah Revan hilang, Kalana sedang bersandar dengan tidak berdaya dan terisak dalam pelukan Jason. Mendengar pelayan melaporkan Agam sudah datang, dia baru sedikit bersemangat dan duduk tegak sambil mengalihkan pandangannya ke arah pintu gerbang ....Sosok bayangan Agam yang tinggi tegak benar-benar melangkahkan kakinya memasuki ruang tamu kediaman Keluarga Yanuar.Namun, sayang sekali, dia bukan datang seorang diri, melainkan datang bersama Pamela yang dia gandeng dengan lembut.Mata Kalana yang baru saja bersinar meredup kembali. Ekspresinya berubah menjadi muram. Diam-diam, dia mengepalkan tangannya dengan erat. Pada saat bersamaan, suara tangisannya juga makin keras ....Jason yang juga melihat Agam datang dengan menggandeng Pamela, menunjukkan ekspresi dingin dan sorot mata tidak senang karena merasa kasihan pada adiknya.Di saat seperti ini, Agam malah