Di kediaman Keluarga Yanuar.Pelayan melapor dengan penuh hormat, "Tuan Muda Jason, Nona Kalana, Tuan Agam sudah datang!"Karena masalah Revan hilang, Kalana sedang bersandar dengan tidak berdaya dan terisak dalam pelukan Jason. Mendengar pelayan melaporkan Agam sudah datang, dia baru sedikit bersemangat dan duduk tegak sambil mengalihkan pandangannya ke arah pintu gerbang ....Sosok bayangan Agam yang tinggi tegak benar-benar melangkahkan kakinya memasuki ruang tamu kediaman Keluarga Yanuar.Namun, sayang sekali, dia bukan datang seorang diri, melainkan datang bersama Pamela yang dia gandeng dengan lembut.Mata Kalana yang baru saja bersinar meredup kembali. Ekspresinya berubah menjadi muram. Diam-diam, dia mengepalkan tangannya dengan erat. Pada saat bersamaan, suara tangisannya juga makin keras ....Jason yang juga melihat Agam datang dengan menggandeng Pamela, menunjukkan ekspresi dingin dan sorot mata tidak senang karena merasa kasihan pada adiknya.Di saat seperti ini, Agam malah
Agam terdiam.Saat itu, demi menyelamatkan nyawanya, Kalana mengisap racun ular dalam tubuhnya dengan berani. Karena itulah, wanita itu kehilangan kemampuan untuk menjadi seorang ibu selamanya ....Dia memang berutang pada wanita itu dalam hal ini selamanya. Namun, dia tidak bisa memenuhi keinginan Kalana dalam hal percintaan. Jadi, menghadapi pernyataan Jason, dia sama sekali tidak bisa berkata-kata.Pamela menaikkan alisnya dan berkata, "Pak Jason, kalau kamu benar-benar memedulikan adikmu, sebaiknya kamu membantunya untuk mencari putra kesayangannya terlebih dahulu, bukan malah menyalahkan orang lain dan merebut hati seorang pria denganku demi adikmu!"Jason mengalihkan pandangannya dari Agam ke arah Pamela yang pandai bersilat lidah itu. Sorot mata penuh kebencian dan amarah tampak jelas di matanya.Semuanya karena dia!Kalana mengalami tekanan mental berkali-kali karena wanita bernama Pamela itu! Dia benar-benar ingin sekali mencekik mati wanita itu!Tepat pada saat ini, beberapa
Dia duduk bersandar di sofa kediaman Keluarga Yanuar sambil menguap, lalu mengamati sekeliling rumah itu dengan malas ....Tempat ini adalah kediaman Keluarga Yanuar?Tempat di mana dia berasal.Namun, sekarang dia sama sekali tidak mengingat tempat ini lagi.Tiba-tiba, Kalana berkata padanya, "Kak Pamela, apa kita bisa bicara di luar sebentar?"Pamela tidak mungkin semudah itu jatuh dalam perangkapnya. "Nggak bisa, aku malas bergerak. Kalau ada yang ingin kamu katakan, katakan saja di sini! Lagi pula, ini adalah rumahmu. Aku saja nggak takut, apa yang perlu kamu takutkan?"Mendengar Pamela menolak permintaannya, Kalana menggertakkan giginya dan berkata, "Pamela, sebelumnya aku terlalu menganggap remeh kamu. Tapi, aku nggak akan mengaku kalah begitu saja!"Pamela malas memperdebatkan siapa yang menang dan siapa yang kalah dengan wanita itu. Dia bahkan tidak tertarik untuk bersaing dengan orang seperti Kalana.Namun, ada satu pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada Kalana."Nona Kalana,
Pamela ingin bertanya pada pelayan wanita yang baru saja menyuguhkan kopi kepadanya. 'Apa saat memasak di dapur, darah ayam, bebek atau yang lainnya muncrat?'Namun, begitu dia mengangkat kepalanya, dia mendapati pelayan wanita itu sudah berjalan jauh, tidak ada seorang pelayan pun yang berjaga di sekitarnya.Pamela mengerutkan keningnya. Dia teringat pada bocah kasihan yang selalu dimanfaatkan oleh Kalana itu ....'Apa mungkin Kalana sudah melakukan tindakan kejam pada anak itu?'Setelah berpikir demikian, dia langsung bangkit dari sofa dan berjalan ke arah pelayan wanita itu pergi untuk mencari keberadaan pelayan wanita itu.Pamela mengikuti pelayan wanita itu hingga ke dalam dapur kediaman Keluarga Yanuar.Namun, tidak ada seorang pelayan pun yang sedang sibuk di dapur. Dapur terlihat rapi dan bersih, tidak ada tanda-tanda baru menyembelih hewan unggas ....Kalau darah di kopinya tadi bukan darah hewan unggas, apa mungkin benar-benar darah manusia? Darah anak itu?Hal yang lebih ane
"Aku ingin menyelamatkan putraku, aku ingin menyelamatkan Revan-ku! Pamela, tolong bantu aku membuka pintu itu bersama-sama dengan pisau ini!"Sambil berbicara, Kalana langsung mengangkat pisau dalam genggamannya ....Melihat ekspresi panik setengah mati Kalana, Pamela menyipitkan matanya, keraguan mulai menyelimuti hatinya.Saat ini, akting Kalana berbeda dengan akting-akting yang dia lakukan sebelumnya, seolah-olah saat ini dia tidak sedang berakting ....Kalau Kalana berbicara jujur, sekarang ada seorang pria di dalam gudang sana, bahkan ada kemungkinan sedang menyandera bocah itu?Apa mungkin ada pencuri yang masuk ke dalam rumah dan ketahuan oleh bocah itu? Karena takut bocah itu menarik perhatian orang dewasa di rumah ini, maka sang pencuri melukai, bahkan berniat membunuh bocah itu ....Setelah memikirkan kemungkinan itu, hal ini menyangkut keselamatan nyawa bocah itu. Untuk sementara waktu, Pamela tidak berprasangka lagi pada Kalana. Dia berkata dengan tenang pada wanita itu, "
Kalana langsung berlutut di lantai, memeluk Revan yang sudah tidak sadarkan diri sambil menangis tersedu-sedu ...."Revan, Revan-ku, bangunlah, sayang! Buka matamu dan lihat Ibu! Maafkan Ibu! Ibu sudah datang terlambat! Revan ... hiks, hiks, hiks ...."Sebagai seorang ibu hamil, begitu melihat pemandangan perpisahan antara ibu dan anak itu, kesedihan langsung menyelimuti hati Pamela.Pada saat bersamaan, dia juga tetap waspada. Dia mendongak dan mengamati gudang itu dengan saksama apakah ada orang di dalam sana ....Hanya dalam sekejap mata, teriakan histeris Kalana menarik perhatian sangat banyak orang."Kalana, apa yang terjadi?"Jason berjalan memasuki dapur dengan cepat. Begitu melihat pemandangan di hadapannya, ekspresinya langsung berubah menjadi serius.Kalana menggendong anak itu sambil terisak. Saking sedihnya, wanita itu seolah-olah sudah hampir kehabisan napasnya. "Kak, Revan ... Revan sudah nggak bernapas lagi. Hiks, hiks, hiks ...."Begitu mendengar ucapan adiknya, Jason s
Sambil berbicara, Kalana mengangkat tangannya yang sedang menopang bagian belakang kepala Revan dan menunjukkan darah di tangannya kepada semua orang. "Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, kamu yang menggunakan senjata tajam dalam genggamanmu untuk memukul kepala Revan! Revan masih sangat kecil, kenapa kamu begitu tega melakukan hal itu padanya?!"Pandangan semua orang mengikuti arahan Kalana dan tertuju pada senjata tajam dalam genggaman Pamela. Mereka makin meyakini bahwa Pamela adalah pelakunya!Menghadapi sorot mata penuh amarah orang-orang yang menganggapnya sebagai pelaku, Pamela juga menundukkan kepalanya untuk melihat senjata tajam yang disodorkan oleh Kalana padanya tadi. Dia sudah mengerti.Ini adalah sebuah perangkap, sebuah perangkap yang direncanakan dengan begitu sempurna!Sejak mereka berada di ruang tamu dan Kalana mengundangnya untuk mengobrol di tempat lain, rencana ini sudah berjalan.Hanya saja, awalnya dia tidak terjatuh dalam perangkap. Jadi, Kalana sengaja m
Pamela berkata dengan tenang, "Aku nggak bersalah, kesalahan apa yang harus aku akui?"Jason berkata dengan sorot mata tajam, "Kalau bukan kamu yang melakukannya, kenapa ada senjata tajam dalam genggamanmu?"Pamela mengangkat senjata tajam dalam genggamannya dan berkata, "Oh, maksudmu ini? Nona Kalana yang menyodorkan ini padaku untuk melindungi diriku sendiri!"Jason merasa ucapan wanita itu sama sekali tidak masuk akal. "Pamela, apa saat mengucapkan kata-kata itu, kamu sendiri nggak merasa ucapanmu konyol?"Pamela berkata dengan sorot mata tenang, "Aku hanya berbicara jujur. Kalau kamu merasa kata-kataku konyol, seharusnya kamu sendiri yang bermasalah, Pak Jason."Ekspresi Jason langsung berubah menjadi muram. Dia beranggapan bahwa sikap yang ditunjukkan oleh wanita itu saat ini bukan hanya ingin lari dari tanggung jawab, melainkan juga sebagai bentuk provokasi terhadap kekuasaan Keluarga Yanuar."Pamela, aku beri kamu satu kesempatan lagi untuk mengakui perbuatanmu. Kalau kamu menga