Di dapur kediaman Keluarga Dirgantara.Pamela ditempatkan di sebuah tempat yang bersih dan duduk dengan santai. Pria itu tidak membiarkannya melakukan apa pun.Melihat pria itu yang masih tidak terbiasa memotong sayur, Pamela menggoyang-goyangkan kedua kakinya yang masih terasa pegal dengan santai dan berkata dengan nada bercanda, "Paman, kamu sudah sebesar ini, tapi kenapa kamu masih belum bisa memasak sendiri?"Pria itu melirik gadis-nya dan berkata, "Menurutmu, apa aku perlu mempelajari hal-hal seperti ini?"Pamela mengangkat alisnya.'Ya, memang benar. Pria yang lahir di sebuah keluarga yang terkemuka, pakaian dan makanan sudah tersedia untuknya, memang nggak perlu melakukan hal-hal sepele seperti ini sendiri.'Pamela menyilangkan lengannya di depan dada dan berkata, "Mungkin dulu kamu memang nggak perlu mempelajarinya, tapi kelak sebaiknya kamu mempelajari cara mencuci baju dan memasak!"Sambil memotong tomat, pria itu melirik gadis-nya dan berkata, "Oh? Kenapa seperti itu?"Pamel
Selama pria bernama Agam ini berada di sisinya, dia bisa merasakan kenyamanan dan ketenangan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dia juga tidak mengerti mengapa dia bisa merasakan perasaan seperti itu saat berada di sisi Agam. Sungguh ajaib.Saat bersama Agam, dia seperti bisa menindas pria itu sesuka hatinya ...."Coba kamu cicipi rasanya."Suara rendah pria itu menyela pemikirannya.Ketika Pamela tersadar kembali, pria itu sedang menyuapkan mi tomat yang baru selesai dimasak ke bibirnya. Dia membuka mulutnya dengan patuh. Saat dia hendak mencicipi masakan Agam ....Sebelum sesuap mi itu sempat masuk ke dalam mulutnya, dia merasakan tatapan sekelompok orang yang membuatnya merasa canggung. Begitu menoleh ke arah pintu dapur, dia mendapati sekelompok pelayan sedang berdiri di sana dan mengintip mereka. Mulut para pelayan itu terbuka lebar, seolah-olah sangat terkejut.Hanya Dimas, sang kepala pelayan yang tampak sedikit tenang.Pamela menggerak-gerakan bibirnya yang kering, lalu
Dia memang tidak ingin mengangkat panggilan telepon ini.Namun, kalau dia tidak mengangkat panggilan telepon ini, seolah-olah dia melakukan hal yang buruk di belakang gadis-nya. Setelah bersusah payah mencarinya, dia baru menemukan gadis-nya. Agam tidak ingin terjadi kesalahpahaman lagi yang menyebabkan gadis-nya marah dan menyebabkan gadis-nya melarikan diri lagi. Dia tidak ingin gadis-nya menghilang dari hidupnya lagi.Dengan pertimbangan itulah, Agam langsung menjawab panggilan telepon itu dan mengaktifkan pengeras suara ....Di ujung telepon, terdengar suara tangisan dan panik Kalana. "Agam, kamu ada di mana?""Rumah.""Agam, apa sekarang kamu bisa ke sini sebentar? Aku perlu kamu ....""Aku sedang sibuk."Mendengar penolakan tegas dari Agam, Kalana tidak menyerah begitu saja, dia berkata dengan nada memohon dan terisak, "Agam, aku tahu aku nggak bisa selalu mengganggumu seperti ini. Tapi sekarang Revan hilang! Hiks, hiks .... Aku sudah mencarinya ke semua tempat, tapi aku tetap ng
Di kediaman Keluarga Yanuar.Pelayan melapor dengan penuh hormat, "Tuan Muda Jason, Nona Kalana, Tuan Agam sudah datang!"Karena masalah Revan hilang, Kalana sedang bersandar dengan tidak berdaya dan terisak dalam pelukan Jason. Mendengar pelayan melaporkan Agam sudah datang, dia baru sedikit bersemangat dan duduk tegak sambil mengalihkan pandangannya ke arah pintu gerbang ....Sosok bayangan Agam yang tinggi tegak benar-benar melangkahkan kakinya memasuki ruang tamu kediaman Keluarga Yanuar.Namun, sayang sekali, dia bukan datang seorang diri, melainkan datang bersama Pamela yang dia gandeng dengan lembut.Mata Kalana yang baru saja bersinar meredup kembali. Ekspresinya berubah menjadi muram. Diam-diam, dia mengepalkan tangannya dengan erat. Pada saat bersamaan, suara tangisannya juga makin keras ....Jason yang juga melihat Agam datang dengan menggandeng Pamela, menunjukkan ekspresi dingin dan sorot mata tidak senang karena merasa kasihan pada adiknya.Di saat seperti ini, Agam malah
Agam terdiam.Saat itu, demi menyelamatkan nyawanya, Kalana mengisap racun ular dalam tubuhnya dengan berani. Karena itulah, wanita itu kehilangan kemampuan untuk menjadi seorang ibu selamanya ....Dia memang berutang pada wanita itu dalam hal ini selamanya. Namun, dia tidak bisa memenuhi keinginan Kalana dalam hal percintaan. Jadi, menghadapi pernyataan Jason, dia sama sekali tidak bisa berkata-kata.Pamela menaikkan alisnya dan berkata, "Pak Jason, kalau kamu benar-benar memedulikan adikmu, sebaiknya kamu membantunya untuk mencari putra kesayangannya terlebih dahulu, bukan malah menyalahkan orang lain dan merebut hati seorang pria denganku demi adikmu!"Jason mengalihkan pandangannya dari Agam ke arah Pamela yang pandai bersilat lidah itu. Sorot mata penuh kebencian dan amarah tampak jelas di matanya.Semuanya karena dia!Kalana mengalami tekanan mental berkali-kali karena wanita bernama Pamela itu! Dia benar-benar ingin sekali mencekik mati wanita itu!Tepat pada saat ini, beberapa
Dia duduk bersandar di sofa kediaman Keluarga Yanuar sambil menguap, lalu mengamati sekeliling rumah itu dengan malas ....Tempat ini adalah kediaman Keluarga Yanuar?Tempat di mana dia berasal.Namun, sekarang dia sama sekali tidak mengingat tempat ini lagi.Tiba-tiba, Kalana berkata padanya, "Kak Pamela, apa kita bisa bicara di luar sebentar?"Pamela tidak mungkin semudah itu jatuh dalam perangkapnya. "Nggak bisa, aku malas bergerak. Kalau ada yang ingin kamu katakan, katakan saja di sini! Lagi pula, ini adalah rumahmu. Aku saja nggak takut, apa yang perlu kamu takutkan?"Mendengar Pamela menolak permintaannya, Kalana menggertakkan giginya dan berkata, "Pamela, sebelumnya aku terlalu menganggap remeh kamu. Tapi, aku nggak akan mengaku kalah begitu saja!"Pamela malas memperdebatkan siapa yang menang dan siapa yang kalah dengan wanita itu. Dia bahkan tidak tertarik untuk bersaing dengan orang seperti Kalana.Namun, ada satu pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada Kalana."Nona Kalana,
Pamela ingin bertanya pada pelayan wanita yang baru saja menyuguhkan kopi kepadanya. 'Apa saat memasak di dapur, darah ayam, bebek atau yang lainnya muncrat?'Namun, begitu dia mengangkat kepalanya, dia mendapati pelayan wanita itu sudah berjalan jauh, tidak ada seorang pelayan pun yang berjaga di sekitarnya.Pamela mengerutkan keningnya. Dia teringat pada bocah kasihan yang selalu dimanfaatkan oleh Kalana itu ....'Apa mungkin Kalana sudah melakukan tindakan kejam pada anak itu?'Setelah berpikir demikian, dia langsung bangkit dari sofa dan berjalan ke arah pelayan wanita itu pergi untuk mencari keberadaan pelayan wanita itu.Pamela mengikuti pelayan wanita itu hingga ke dalam dapur kediaman Keluarga Yanuar.Namun, tidak ada seorang pelayan pun yang sedang sibuk di dapur. Dapur terlihat rapi dan bersih, tidak ada tanda-tanda baru menyembelih hewan unggas ....Kalau darah di kopinya tadi bukan darah hewan unggas, apa mungkin benar-benar darah manusia? Darah anak itu?Hal yang lebih ane
"Aku ingin menyelamatkan putraku, aku ingin menyelamatkan Revan-ku! Pamela, tolong bantu aku membuka pintu itu bersama-sama dengan pisau ini!"Sambil berbicara, Kalana langsung mengangkat pisau dalam genggamannya ....Melihat ekspresi panik setengah mati Kalana, Pamela menyipitkan matanya, keraguan mulai menyelimuti hatinya.Saat ini, akting Kalana berbeda dengan akting-akting yang dia lakukan sebelumnya, seolah-olah saat ini dia tidak sedang berakting ....Kalau Kalana berbicara jujur, sekarang ada seorang pria di dalam gudang sana, bahkan ada kemungkinan sedang menyandera bocah itu?Apa mungkin ada pencuri yang masuk ke dalam rumah dan ketahuan oleh bocah itu? Karena takut bocah itu menarik perhatian orang dewasa di rumah ini, maka sang pencuri melukai, bahkan berniat membunuh bocah itu ....Setelah memikirkan kemungkinan itu, hal ini menyangkut keselamatan nyawa bocah itu. Untuk sementara waktu, Pamela tidak berprasangka lagi pada Kalana. Dia berkata dengan tenang pada wanita itu, "