Pandangan Pamela menyusuri suara Justin. Pria itu baru turun dari mobil dengan setelan jas gelap dan rambut tersisir rapi. Raut wajah yang tampan memancarkan aura yang dewasa dan berbahaya.Dia tahu bahwa hari ini bisa bertemu dengan pria ini, tetapi tidak sangka baru tiba langsung ketemu.Justin turun dari mobil dengan penuh semangat. "Kak Agam, ternyata kamu juga datang awal!""Ya." Pria mengiakannya dengan tenang. Pandangannya samar-samar melirik ke Pamela yang turun dari mobil.Pamela tidak melihatnya, hanya menoleh ke sekeliling lingkungan rumah Keluarga Maron ....Justin berkata, "Kak Agam, kakakku sudah ada di sini. Dia pasti sedang menunggumu! Ayo, kita masuk bersama-sama!"...Di rumah Keluarga Maron sangat ramai. Tidak sedikit tamu yang diundang hadir dan mengelilingi sofa untuk memberikan kado dan mengucapkan selamat kepada Tuan Eko secara bergiliran.Justin juga menghampiri dengan kado yang disediakan dirinya. "Selamat ulang tahun, Kakek! Ini adalah kado dariku untuk Anda!"
Selain itu, beberapa tahun ini dia selalu sengaja meniru kebiasaan Rembulan yang menghilang, bahkan membuat sebuah tahi lalat berwarna merah persis punya Rembulan di dahinya.Dia berbuat seperti ini justru demi menggantikan posisi Rembulan dalam hati para kerabat, agar mereka mencurahkan perasaan mereka terhadap Rembulan kepadanya!Misalnya upaya ini berhasil pada kakaknya, Jason yang telah menganggapnya sebagai adik kandung. Jason sangat turut, menoleransi dan memanjakannya.Namun, tiada satu pun dari anggota Keluarga Maron yang menyukainya karena dia agak mirip dengan Rembulan.Terhadap hal ini, Kalana merasa enggan, tetapi juga tidak pasrah. Dia tetap berusaha menyenangkan kedua orang tua di Keluarga Maron ....Hanya karena kedudukan Keluarga Maron memiliki bobot di antara berbagai keluarga kaya dan memiliki koneksi dengan Keluarga Dirgantara. Jika bisa memenangkan hati Keluarga Maron, latar belakang dan koneksinya bakal bertambah. Kelak juga akan mendapat dukungan untuk menikah ke
Tuan Marko merasa ada yang sedang menatapnya, sehingga menyusuri arah pandangan itu. Tatapannya agak tertegun dan ekspresinya kaku.Pria paruh baya itu tertarik oleh gadis yang seusia dengan Kalana dan seperti mengenalnya. Ekspresinya agak ragu-ragu, seolah-olah teringat masa lalu, tetapi tidak memandang terlalu lama, langsung berjalan ke arah pintu ....Tatapan Pamela juga tidak lagi terpaku pada pria itu. Ekspresi yang kacau pun akhirnya kembali tenang.Tuan Besar Marko pernah mengkhianati dan menyakiti ibunya. Dia membuat ibunya terpaksa membawa Pamela yang masih kecil meninggalkan rumah, sehingga tidak disukai oleh Tuan Eko!Sementara Pamela tidak memiliki kesan sedikit pun terhadap ayah kandung ini. Jika dipikir-pikir, seorang pria yang tidak berperasaan pasti tidak pernah menyayanginya pada masa kecil. Sebab itu, tidak meninggalkan kesan bagi seorang anak kecil!"Quenne!"Pamela sedang termenung. Tiba-tiba sepasang tangan berkeriput memegang erat padanya!Dia terperanjat. Begitu
Justin mengeluh, lalu menjelaskan, "Nenekku mengidap penyakit Alzheimer, sehingga sering salah orang!"Pamela mengangguk. "Ternyata begitu."Saat ini, nenek yang sudah pergi jauh menoleh ke arah Pamela lagi dan bertanya, "Quenne, malam ini kamu mau makan apa?"Ketika dikenali sebagai ibunya sendiri, dalam hati Pamela merasa kacau balau. Setelah dipikirkan, Pamela tersenyum pada orang tua dan menjawab, "Makanan favorit seperti biasa saja!"Nenek tersenyum disertai air mata. "Baik! Kalau begitu, semur daging sapi saja. Quenne paling suka makan semur daging sapi! Ibu suruh Kak Oni beli daging sapi ...."Tuan Eko juga menoleh ke belakang dan menatap Pamela secara mendalam, lalu memapah istrinya pergi minum obat.Justin menjelaskan kepada Pamela dengan agak pusing, "Nenek mengidap penyakit Alzheimer setelah mantan istri ayahku menghilang, sehingga kondisinya nggak stabil. Kamu nggak apa-apa, 'kan?"Pamela menggelengkan kepala. "Nggak masalah!""Justin, siapa ini?"Tuan Marko yang sudah perg
Pamela hanya tersenyum sebelum menyapa dengan sopan, "Halo Tuan Eko, namaku Pamela dan umurku dua puluh satu tahun."Tuan Eko menyipitkan mata tuanya dan berpikir sejenak sembari menatap wajah Pamela. "Dua puluh satu? Siapa nama orang tuamu?""Aku dari keluarga biasa, tuan seharusnya nggak kenal, tapi mereka masih hidup dan tinggal di Kota Marila," jawab Pamela.Jika Tuan Eko masih mempertanyakan hal tersebut lebih jauh, maka Pamela hanya bisa menjawab sepasang suami-istri Keluarga Alister. Walau tidak mengakui kedua orang itu sebagai orang tua, Pamela tetap tidak ingin membongkar kondisi keluarganya dengan jujur di sini, yang mungkin akan menyebabkan kecurigaan yang tidak diperlukan.Tuan Eko mengangguk. "Apa istriku ada mengagetkanmu? Itu sebenarnya karena kamu mirip dengan cucu kami yang sudah lama menghilang, jadi dia bisa sampai salah orang."Pamela tersenyum. "Nggak apa-apa, aku bisa paham perasaan Nyonya Febria, suatu kehormatan bagiku juga karena bisa mirip dengan cucu Tuan Eko
Barusan terlihat Nyonya Febria mengaku Pamela sebagai putrinya yang telah hilang dan itu membuat Tuan Eko berpikir untuk mengangkat Pamela sebagai cucu angkat!Untungnya, Kalana sangat was-was dan memotong pembicaraan Tuan Eko tepat waktu, sehingga tidak membiarkan Pamela memiliki kesempatan untuk setuju!Tapi yang benar saja! Jika Pamela berhasil menyandang marga Maron seperti ini. Walau hanya sebagai cucu angkat sekalipun, rasa hormat dari orang-orang pasti akan membuat Pamela udik ini memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk merebut Agam darinya, 'kan?Mana mungkin dia membiarkan Pamela itu berbuat semena-mena!Tidak Mungkin!Pamela menanggapi pertanyaan Kalana dengan tenang, "Kudengar kakek dari Pak Jason merayakan ulang tahunnya hari ini, jadi aku datang sepulang kerja untuk mengucapkan selamat."Benak Kalana sedang merencanakan sesuatu yang jahat, tapi senyum di wajahnya masih tampak sangat manis dan langsung meraih lengan Pamela tanpa peduli apa pun."Begitu, ya! Kalau begitu
Pamela tampak tak terpengaruh dan menghindari Kalana."Nona Kalana, justru karena ini hadiah yang sudah kamu persiapkan dengan teliti, jadi mana mungkin akan ada masalah? Lagi pula, sudah terlambat juga untuk diperbaiki walau aku ada saran setelah melihatnya, 'kan? Yang terpenting dalam memberi hadiah adalah niat baikmu, niat baikmu tersampaikan saja sudah cukup dan pendapat orang lain itu nggak terlalu penting, jadi kurasa nggak perlu suruh aku lihat lagi."Namun, Kalana langsung menunjukkan ekspresi polos tanpa niat jahatnya dan ingin meraih lengan Pamela lagi. "Kak Pamela benar! Niat baik adalah yang terpenting, tapi kuharap niatku ini bisa tersampaikan dengan lebih sempurna lagi!""Kak Pamela juga boleh memberi saran, itu tetap sempat untuk diperbaiki! Karena ada dua hadiah yang sudah kusiapkan untuk kakek dan aku kesulitan untuk mengambil pilihan, hingga sampai sekarang masih belum bisa kutentukan!""Itulah kenapa aku butuh bantuanmu untuk pemilihan hadiah ini! Kak Pamela, hadiahn
Justin meletakkan kedua tangan di depan dada dan mengeluh, "Aku sudah dewasa, bukan anak-anak lagi! Justru kakak yang standar ganda dan pilih kasih!"Wajah kecil Kalana semakin merah karena merasa malu oleh ucapan adiknya sendiri, tapi ekspresinya terlihat tidak benci dibicarakan seperti ini.Pria tinggi di samping justru tidak memperlihatkan emosi apa pun, seolah tidak terlibat dalam percakapan antara kakak-adik di depannya.Kalana mendongak lagi untuk menatap wajah datar pria itu dan bertanya, "Agam, bisa bantu aku pilih pakaian sekarang?"Agam terdiam sejenak sebelum menanggapi dengan tenang dan singkat, "Ayo."Kalana mengangguk bahagia. "Oke, biar kuantar sekarang, tepatnya di belakang panggung!"Agam memasukkan tangan ke dalam saku celana sembari berjalan menuju panggung, dia sama sekali tidak berbalik ke belakang untuk memandang ke arah Pamela yang bersembunyi dan menggunakannya sebagai tameng.Kalana yang berjalan berdampingan dengan Agam justru menoleh dan memandang ke arah Pam