Pamela tampak tak terpengaruh dan menghindari Kalana."Nona Kalana, justru karena ini hadiah yang sudah kamu persiapkan dengan teliti, jadi mana mungkin akan ada masalah? Lagi pula, sudah terlambat juga untuk diperbaiki walau aku ada saran setelah melihatnya, 'kan? Yang terpenting dalam memberi hadiah adalah niat baikmu, niat baikmu tersampaikan saja sudah cukup dan pendapat orang lain itu nggak terlalu penting, jadi kurasa nggak perlu suruh aku lihat lagi."Namun, Kalana langsung menunjukkan ekspresi polos tanpa niat jahatnya dan ingin meraih lengan Pamela lagi. "Kak Pamela benar! Niat baik adalah yang terpenting, tapi kuharap niatku ini bisa tersampaikan dengan lebih sempurna lagi!""Kak Pamela juga boleh memberi saran, itu tetap sempat untuk diperbaiki! Karena ada dua hadiah yang sudah kusiapkan untuk kakek dan aku kesulitan untuk mengambil pilihan, hingga sampai sekarang masih belum bisa kutentukan!""Itulah kenapa aku butuh bantuanmu untuk pemilihan hadiah ini! Kak Pamela, hadiahn
Justin meletakkan kedua tangan di depan dada dan mengeluh, "Aku sudah dewasa, bukan anak-anak lagi! Justru kakak yang standar ganda dan pilih kasih!"Wajah kecil Kalana semakin merah karena merasa malu oleh ucapan adiknya sendiri, tapi ekspresinya terlihat tidak benci dibicarakan seperti ini.Pria tinggi di samping justru tidak memperlihatkan emosi apa pun, seolah tidak terlibat dalam percakapan antara kakak-adik di depannya.Kalana mendongak lagi untuk menatap wajah datar pria itu dan bertanya, "Agam, bisa bantu aku pilih pakaian sekarang?"Agam terdiam sejenak sebelum menanggapi dengan tenang dan singkat, "Ayo."Kalana mengangguk bahagia. "Oke, biar kuantar sekarang, tepatnya di belakang panggung!"Agam memasukkan tangan ke dalam saku celana sembari berjalan menuju panggung, dia sama sekali tidak berbalik ke belakang untuk memandang ke arah Pamela yang bersembunyi dan menggunakannya sebagai tameng.Kalana yang berjalan berdampingan dengan Agam justru menoleh dan memandang ke arah Pam
Pamela mengalihkan pandangannya ke arah pintu ruang perjamuan.Jason yang memakai setelan berwarna terang sedang berjalan pelan dengan elegan dan seluruh tubuhnya tampak beraura hingga menarik perhatian semua orang.Para tamu pergi untuk menyapa dan bersulang padanya, seperti dihormati oleh orang-orang ....Sebenarnya Agam juga mengalami hal yang sama seperti itu, orang-orang berkumpul untuk menyanjung dan menjadi penjilat, hanya saja Agam terlalu dingin hingga mengabaikan semua orang, jadi orang-orang itu juga perlahan mundur dan tidak berani menyapa lagi.Akan tetapi, tidak begitu dengan Jason, Jason adalah pria yang mahir dalam menghadapi orang lain yang menyanjungnya, dia akan bersulang, tersenyum dan menanggapi sanjung orang-orang itu dengan ramah. Namun, dia juga memiliki rasa tidak peduli yang sulit untuk terlihat dan senyum palsu ketika menanggapi orang-orang itu.Jason tidak sengaja bertemu dengan tatapan Pamela yang juga melihatnya, matanya langsung terpana mengingat Pamela y
"Nona Kalana."Maaf karena dia sudah berbohong!Dia telah berjanji pada Justin untuk tidak memberi tahu Jason.Akan tetapi, jika dia menjawab tidak dibawa masuk tapi menyelinap masuk ... jawaban itu bukan hanya sulit untuk dipercaya, tapi juga kemungkinan besar akan segera diusir, jadi dia terpaksa menyebut nama Kalana!Jason tidak akan bisa berbuat apa-apa begitu menyebut tentang Kalana, bahkan tidak senang sekalipun Jason tetap tidak tega menyalahkan adik perempuan kesayangannya!Kalana yang membawa Pamela masuk?' Jason mengernyit.Pamela memang benar, Jason tidak akan menyalahkan Kalana, bahkan tidak akan mengusir Pamela jika ini terkait dengan adik perempuan kesayangannya.Pada saat ini, Calvin bergegas masuk dengan tergesa-gesa dan menghampiri Jason untuk melapor, "Tuan Muda, ada telepon mendesak."Jason memandang Pamela dengan tatapan yang tidak sabaran sekaligus dingin, kemudian mengulurkan tangan untuk menerima ponsel di tangan Calvin. "Ada apa?""Sudah ditemukan? Di mana?!"Se
Pamela buru-buru mengejar dan menghalangi orang itu!Orang itu adalah seorang pelayan laki-laki yang berusia sekitar empat puluhan dengan seragam pelayan."Siapa kamu? Kenapa kabur dariku?!"Pelayan laki-laki yang dihalangi itu langsung menggelengkan kepala dengan tidak natural. "Aku hanya seorang pelayan lama di sini. Ak ... aku nggak kabur, cuma harus buru-buru ke dapur untuk mengambil barang yang akan diantar ke ruang perjamuan."Pamela merasa curiga. "Kamu jelas melirikku secara diam-diam dan kabur begitu ketahuan!"Pelayan laki-laki itu menggelengkan kepala dengan tergesa-gesa lagi. "Nggak ada!"Pamela mengangkat alis. "Masih nggak mau jujur? Kalau begitu akan kulaporkan kamu sebagai orang mesum pada kepala keluargamu!"Pelayan laki-laki itu panik dan buru-buru menanggapi, "Jangan ... jangan! Aku nggak berniat jahat ....""Kalau begitu jawab dengan jujur, kenapa diam-diam melirikku tadi?""Ak ... aku cuma merasa wajah sampingmu mirip dengan Nyonya kami yang telah lama menghilang.
Pamela masih mengabaikannya dan terus melangkah pergi ....Stevi yang mengenakan sepatu hak tinggi juga mengejar dan menghentikan Pamela dengan kata-kata yang tidak menyenangkan, "Pamela, kamu sudah gagal mendapatkan Agam dan jangan harap untuk mengincar Kak Jason! Lebih baik nikahi saja orang lain yang setara dengan identitas rendahanmu itu. Jangan berharap bisa memanjat status sosial dengan cara seperti ini! Tolong sadar diri dan jangan mengincar lelakiku atau lelaki Kalana!"Pamela hanya mengangguk dengan santai. "Oke! Baiklah! Nggak masalah! Sudah boleh minggir sekarang?"Stevi tercengang karena ucapannya tidak memengaruhi Pamela sama sekali. "Pamela, apa-apaan sedang sikapmu ini?"Pamela berkata, "Aku nggak boleh setuju?"Stevi berkata, "Kamu ....""Stevi, Kak Pamela, kenapa kalian bertengkar?"Suara hangat dan lembut Kalana memotong pembicaraan.Pamela dan Stevi menoleh secara bersamaan ke arah sumber suara itu.Kalana terlihat sedang mengenakan kostum indah, dengan tatanan rambu
Kalana mengerang kesakitan, matanya bahkan terlihat ketakutan dan sedih. "Kak Pamela ... kenapa mendorongku?"Stevi terpana begitu mendengar itu, lalu mendongak untuk memelototi Pamela dengan marah. "Pamela, kamu lagi! Dasar wanita kejam berhati busuk! Berkali-kali kamu sudah menyakiti Kalana!"Pamela otomatis mengangkat kedua tangan, dia kaget dan langsung tersenyum sinis saat menghadapi tuduhan Kalana dan Stevi.Haduh, ini terjadi lagi!'Kalana barusan gagal menjebaknya dengan alasan melihat hadiah ulang tahun, jadi sekarang sengaja melakukan ini lagi?Sungguh tidak kreatif sekali!Stevi secara perlahan membantu Kalana untuk duduk. "Kalana, kamu baik-baik saja? Ada yang terluka?"Kalana berlinang air mata dan terlihat lemah. "Stevi, kaki ... kakiku sakit ....""Kakimu sakit? Tulangmu nggak retak, 'kan? Apa yang harus kulakukan."Stevi buru-buru memeriksa kaki Kalana, tapi permukaan terlihat baik-baik, sementara sedang khawatir, dia memandang Pamela dengan tatapan sinis dan menemukan
"Baik, Tuan Muda!"Kalana masih enggan dan berjuang melepaskan diri dari pelukan kakaknya, bahkan air matanya hampir mengalir keluar. "Jangan ... Kak, aku baik-baik saja, masih ada acara teater yang harus kutampil ... aku sudah beri tahu kakek tentang hadiah yang kusiapkan ini, kakek pasti akan kecewa kalau aku nggak tampil! Kakak harusnya tahu seberapa lama aku mempersiapkan pertunjukan hari ini, 'kan?"Jason mengernyit dan menasihati, "Patuhlah Kalana! Aku akan jelaskan pada kakek, kondisi tubuhmu adalah yang terpenting sekarang, tolong jangan melawan lagi!"Kalana langsung menangis. "Aku nggak mau kak, sudah lama aku bersiap untuk acara hari ini, aku nggak mau menyerah begitu saja ... lepaskan aku, biarkan aku naik ke atas panggung, kondisiku beneran baik-baik saja ...."Jason menggendong Kalana yang lepas kendali dan sulit bergerak karena terus dilawan oleh Kalana, Kalana masih tidak bisa dibujuk sama sekali hingga Jason tidak tahu berbuat apa.Stevi yang melihat ini merasa khawati