Pamela mengalihkan pandangannya ke arah pintu ruang perjamuan.Jason yang memakai setelan berwarna terang sedang berjalan pelan dengan elegan dan seluruh tubuhnya tampak beraura hingga menarik perhatian semua orang.Para tamu pergi untuk menyapa dan bersulang padanya, seperti dihormati oleh orang-orang ....Sebenarnya Agam juga mengalami hal yang sama seperti itu, orang-orang berkumpul untuk menyanjung dan menjadi penjilat, hanya saja Agam terlalu dingin hingga mengabaikan semua orang, jadi orang-orang itu juga perlahan mundur dan tidak berani menyapa lagi.Akan tetapi, tidak begitu dengan Jason, Jason adalah pria yang mahir dalam menghadapi orang lain yang menyanjungnya, dia akan bersulang, tersenyum dan menanggapi sanjung orang-orang itu dengan ramah. Namun, dia juga memiliki rasa tidak peduli yang sulit untuk terlihat dan senyum palsu ketika menanggapi orang-orang itu.Jason tidak sengaja bertemu dengan tatapan Pamela yang juga melihatnya, matanya langsung terpana mengingat Pamela y
"Nona Kalana."Maaf karena dia sudah berbohong!Dia telah berjanji pada Justin untuk tidak memberi tahu Jason.Akan tetapi, jika dia menjawab tidak dibawa masuk tapi menyelinap masuk ... jawaban itu bukan hanya sulit untuk dipercaya, tapi juga kemungkinan besar akan segera diusir, jadi dia terpaksa menyebut nama Kalana!Jason tidak akan bisa berbuat apa-apa begitu menyebut tentang Kalana, bahkan tidak senang sekalipun Jason tetap tidak tega menyalahkan adik perempuan kesayangannya!Kalana yang membawa Pamela masuk?' Jason mengernyit.Pamela memang benar, Jason tidak akan menyalahkan Kalana, bahkan tidak akan mengusir Pamela jika ini terkait dengan adik perempuan kesayangannya.Pada saat ini, Calvin bergegas masuk dengan tergesa-gesa dan menghampiri Jason untuk melapor, "Tuan Muda, ada telepon mendesak."Jason memandang Pamela dengan tatapan yang tidak sabaran sekaligus dingin, kemudian mengulurkan tangan untuk menerima ponsel di tangan Calvin. "Ada apa?""Sudah ditemukan? Di mana?!"Se
Pamela buru-buru mengejar dan menghalangi orang itu!Orang itu adalah seorang pelayan laki-laki yang berusia sekitar empat puluhan dengan seragam pelayan."Siapa kamu? Kenapa kabur dariku?!"Pelayan laki-laki yang dihalangi itu langsung menggelengkan kepala dengan tidak natural. "Aku hanya seorang pelayan lama di sini. Ak ... aku nggak kabur, cuma harus buru-buru ke dapur untuk mengambil barang yang akan diantar ke ruang perjamuan."Pamela merasa curiga. "Kamu jelas melirikku secara diam-diam dan kabur begitu ketahuan!"Pelayan laki-laki itu menggelengkan kepala dengan tergesa-gesa lagi. "Nggak ada!"Pamela mengangkat alis. "Masih nggak mau jujur? Kalau begitu akan kulaporkan kamu sebagai orang mesum pada kepala keluargamu!"Pelayan laki-laki itu panik dan buru-buru menanggapi, "Jangan ... jangan! Aku nggak berniat jahat ....""Kalau begitu jawab dengan jujur, kenapa diam-diam melirikku tadi?""Ak ... aku cuma merasa wajah sampingmu mirip dengan Nyonya kami yang telah lama menghilang.
Pamela masih mengabaikannya dan terus melangkah pergi ....Stevi yang mengenakan sepatu hak tinggi juga mengejar dan menghentikan Pamela dengan kata-kata yang tidak menyenangkan, "Pamela, kamu sudah gagal mendapatkan Agam dan jangan harap untuk mengincar Kak Jason! Lebih baik nikahi saja orang lain yang setara dengan identitas rendahanmu itu. Jangan berharap bisa memanjat status sosial dengan cara seperti ini! Tolong sadar diri dan jangan mengincar lelakiku atau lelaki Kalana!"Pamela hanya mengangguk dengan santai. "Oke! Baiklah! Nggak masalah! Sudah boleh minggir sekarang?"Stevi tercengang karena ucapannya tidak memengaruhi Pamela sama sekali. "Pamela, apa-apaan sedang sikapmu ini?"Pamela berkata, "Aku nggak boleh setuju?"Stevi berkata, "Kamu ....""Stevi, Kak Pamela, kenapa kalian bertengkar?"Suara hangat dan lembut Kalana memotong pembicaraan.Pamela dan Stevi menoleh secara bersamaan ke arah sumber suara itu.Kalana terlihat sedang mengenakan kostum indah, dengan tatanan rambu
Kalana mengerang kesakitan, matanya bahkan terlihat ketakutan dan sedih. "Kak Pamela ... kenapa mendorongku?"Stevi terpana begitu mendengar itu, lalu mendongak untuk memelototi Pamela dengan marah. "Pamela, kamu lagi! Dasar wanita kejam berhati busuk! Berkali-kali kamu sudah menyakiti Kalana!"Pamela otomatis mengangkat kedua tangan, dia kaget dan langsung tersenyum sinis saat menghadapi tuduhan Kalana dan Stevi.Haduh, ini terjadi lagi!'Kalana barusan gagal menjebaknya dengan alasan melihat hadiah ulang tahun, jadi sekarang sengaja melakukan ini lagi?Sungguh tidak kreatif sekali!Stevi secara perlahan membantu Kalana untuk duduk. "Kalana, kamu baik-baik saja? Ada yang terluka?"Kalana berlinang air mata dan terlihat lemah. "Stevi, kaki ... kakiku sakit ....""Kakimu sakit? Tulangmu nggak retak, 'kan? Apa yang harus kulakukan."Stevi buru-buru memeriksa kaki Kalana, tapi permukaan terlihat baik-baik, sementara sedang khawatir, dia memandang Pamela dengan tatapan sinis dan menemukan
"Baik, Tuan Muda!"Kalana masih enggan dan berjuang melepaskan diri dari pelukan kakaknya, bahkan air matanya hampir mengalir keluar. "Jangan ... Kak, aku baik-baik saja, masih ada acara teater yang harus kutampil ... aku sudah beri tahu kakek tentang hadiah yang kusiapkan ini, kakek pasti akan kecewa kalau aku nggak tampil! Kakak harusnya tahu seberapa lama aku mempersiapkan pertunjukan hari ini, 'kan?"Jason mengernyit dan menasihati, "Patuhlah Kalana! Aku akan jelaskan pada kakek, kondisi tubuhmu adalah yang terpenting sekarang, tolong jangan melawan lagi!"Kalana langsung menangis. "Aku nggak mau kak, sudah lama aku bersiap untuk acara hari ini, aku nggak mau menyerah begitu saja ... lepaskan aku, biarkan aku naik ke atas panggung, kondisiku beneran baik-baik saja ...."Jason menggendong Kalana yang lepas kendali dan sulit bergerak karena terus dilawan oleh Kalana, Kalana masih tidak bisa dibujuk sama sekali hingga Jason tidak tahu berbuat apa.Stevi yang melihat ini merasa khawati
Stevi memelototi Pamela sembari berkata, "Masih belum paham? Singkatnya kamu harus gantikan Kalana untuk menampilkan Teater Ketoprak di atas panggung!"Pamela langsung mengerutkan kening. "Aku menggantikannya? Apa gunanya?"Stevi memutar mata dengan percaya diri dan berkata, "Jelas berguna! Lagian harus berdandan dengan riasan yang sangat tebal untuk tampil, jadi nggak akan ada yang bisa mengenal secara langsung kecuali diperhatikan secara teliti! Jadi, kami hanya perlu mengaku kamu yang nyanyi di atas panggung itu adalah Kalana dan nggak akan ketahuan semudah itu!"Kalana yang mendengar ide itu langsung mengerti niat sahabatnya ....Stevi sengaja ingin Pamela mempermalukan diri sendiri di atas panggung!Setelah dipikir-pikir, memang mustahil bagi Pamela yang dari pedesaan miskin ini bisa tahu seni teater budaya lokal!Kondisi keluarga dan lingkungan didikan Pamela jelas tidak mampu menyekolahkan Pamela untuk belajar tentang seni teater profesional. Pamela yang tampil di atas panggung
Pamela tidak tertarik dan ingin menolak ....Saat ini, Jason juga berkata dengan tegas dan tidak sabar, "Sudah, jangan ribut lagi! Kalau Kalana nggak boleh naik ke panggung, orang lain juga nggak perlu naik! Kakek nggak bakal menyalahkan siapa pun. Aku akan menjelaskan kondisi Kalana kepadanya."Saat mendengar Jason berkata seperti ini, Pamela juga merasa senang.Kalana malah bersikeras dengan mata berkaca-kaca dan berkata, "Kak, selain opera ini, aku nggak ada hadiah lain untuk kakek .... Kalau aku nggak ada hadiah untuk Kakek, seandainya kali ini kakek nggak menyalahkanku, kelak juga punya kesan buruk padaku .... Jadi, aku nggak boleh ingkar janji sama kakek ...."Jason mengerutkan kening dan menatap adiknya yang keras kepala ini. "Kalana, dengarkan padaku, kondisi tubuhmu lebih penting! Kamu mau memainkan opera yang kamu persiapkan secara cermat untuk Kakek, tapi belum tentu harus hari ini. Lain kali masih banyak kesempatan untuk memainkannya!"Kalana mulai meronta-ronta, "Nggak! Ha
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen