Jika Agam bertanya seperti ini, apakah Agam juga mencurigai Pamela seperti Justin dan yang lainnya?Jika dipikir-pikir, Pamela dan Agam memang hanya pasangan suami istri palsu, jadi tidak ada yang namanya kepercayaan di antara mereka.Pamela merasa agak kecewa, tetapi dia tidak terlalu memasukkannya ke dalam hati. Dia menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan tenang, "Bukan aku."Wajah Agam yang dingin tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Dia hanya berkata dengan cuek, "Kalau begitu, ayo jalan."Aroma makanan yang kuat membuat pria ini tidak ingin berlama-lama di dalam restoran ini.Melihat mereka hendak pergi begitu saja, Justin tercengang. Dia pun mengernyit.Dia tidak bisa menerima kesimpulan seperti ini. Dia membentangkan kedua tangannya dan mengadang di hadapan Agam yang hendak pergi. "Kak Agam, dia sudah tertangkap basah. Kenapa kamu malah memercayainya?!" seru Justin.Agam memicingkan matanya dan berkata, "Bukankah barangnya nggak hilang? Jadi, menurutmu, apa lagi yang harus di
Agam sedikit memicingkan matanya dan berkata, "Kalau memang barang itu begitu berharga, kenapa kamu memberikannya pada orang lain segampang itu? Kalau sudah diberikan pada orang lain, apa pun yang dilakukan orang itu, itu haknya."Mendengar ucapan Agam, ekspresi Stevi menjadi sangat masam ....Justin ingin membela Stevi, jadi dia berkata, "Kak Agam! Wanita itu ...."Agam menatapnya dengan tatapan dingin dan memotong ucapannya. "Kalau kamu menghina istriku lagi di hadapanku, jangan panggil aku lagi ke depannya," kata Agam.Istri? Agam memanggil Pamela dengan sebutan "istri"!Justin benar-benar tercengang.Pada saat ini, Agam sudah berbalik dan meninggalkan restoran ini.Justin mengepalkan tangannya dan berteriak dengan kesal, "Kak Agam, kalau dia istrimu, siapa kakakku?"Langkah Agam seketika terhenti. Kemudian, tanpa menjawab, dia mempercepat langkahnya untuk menyusul Pamela.Saat Adsila tersadar, dia juga bergegas mengejar mereka. "Paman, Bibi, tunggu aku!"Ekspresi Justin dan Stevi s
Pada pukul tiga siang keesokan harinya, sesuai janji, Pamela pergi ke kafe di bawah Jembatan Ashara.Kafe yang sederhana dan elegan ini sangat sepi.Di dalam kafe tersebut, hanya terdapat sepasang pria dan wanita, serta seorang pria berkacamata yang sedang sibuk dengan laptopnya.Pamela duduk di salah satu tempat duduk di dalam. Dia memesan segelas kopi dan seporsi camilan manis. Sambil makan, dia sambil mengamati orang-orang di sekeliling.Pasangan itu sepertinya sedang kencan buta, saling menanyakan hobi lawan dengan sopan. Mereka tidak terlihat mencurigakan.Pria berkacamata itu juga terus melihat laptopnya sambil mengetik sesuatu. Tatapannya sangat fokus, dia terlihat sangat sibuk.Siapakah orang yang mengirimkan pesan singkat itu padanya? Apakah orang itu belum datang?"Pamela!"Mendengar suara panggilan yang akrab ini, Pamela mengangkat kepalanya. "Pak Dikra?"Dia pun melihat Dikra Sambada, atasannya saat dia magang di Perusahaan Quentin.Dikra terlihat makin gemuk. Senyumannya t
Kekasih?Pamela tercengang sesaat. Setelah dia memahami ucapan Dikra, dia merasa konyol. "Emm ... aku juga nggak tahu, tapi sepertinya aku akan dihabisi oleh istri resminya, deh!"Dikra mendengus dengan bangga, lalu berkata, "Baguslah kalau kamu tahu! Kalau kamu mau aku membantumu menyimpan rahasia ini, kamu harus mencari cara agar Pak Agam menyetujui kerja sama dengan Perusahaan Quentin!"Pamela membuang napas dengan tidak berdaya dan berkata, "Pak Dikra, bukannya aku nggak mau membantu, tapi aku nggak mampu! Kamu tahu, aku hanyalah kekasih rahasianya. Mana mungkin aku bisa mengatur keputusan bisnisnya?"Dikra tersenyum menyeringai dan mengedipkan matanya sambil berkata, "Kenapa nggak bisa?! Kalau kamu bisa membujuknya dengan baik di ranjang dan membuatnya senang, pria itu bisa memberikan apa pun padamu!"Pamela tampak jijik. Dia tertawa dengan sinis dan berkata, "Aku nggak mahir. Bagaimana kalau Pak Dikra pergi membujuk Pak Agam secara pribadi? Coba buat dia senang?"Dikra tercengang
Pamela menghargai kejujuran pria ini. Saat dia baru saja mau menjawab ....Andra malah menyela sambil tersenyum. "Sebentar, jangan jawab dulu. Kalau kamu sudah jawab dengan pasti dan aku masih mengganggumu seperti ini, bukankah kelihatannya aku nggak tahu malu?" kata Andra.Jika dilihat dari reaksi gadis ini sebelumnya, dia tidak akan mengiakan ucapan Andra tadi, bahkan atas dasar kesopanan sekalipun.Pamela tercengang sesaat. Dia tiba-tiba merasa bahwa pria ini sangat cerdik."Panela?" Andra mencoba memanggil nama Pamela."Hah?" Pamela yang sedang menikmati camilannya mengangkat kepalanya dan menatap Andra.Andra tersenyum sambil berkata, "Nggak apa-apa. Tadi, aku mendengar pria itu menyebut namamu, jadi aku mau memastikan namamu. Panela, ya?""Pamela," kata Pamela."Oh, Pamela .... Namamu manis, ya, seperti orangnya, tapi kurang cocok dengan sifatnya, ya?" ujar Andra.Ekspresi Pamela menjadi masam. Dia pun menjulingkan matanya pada pria ini.Andra hanya merasa bahwa Pamela sangat man
Oleh karena itu, Pamela keluar dari kafe itu dengan Andra dan naik ke mobil pria tersebut.Tidak ada yang menyadari bahwa ada yang mengambil foto mereka dari kegelapan!Setelah mobil Andra mulai melaju, sebuah mobil sport berwarna oranye membuntuti mereka ...."Ikuti mereka!" seru Justin.Karlo si sopir pun bertanya dengan kebingungan, "Tuan, untuk apa kita membuntuti mobil tuan muda dari Keluarga Bratajaya?"Justin yang duduk di jok penumpang memukul Karlo, pengiringnya dan berkata, "Dasar bodoh! Siapa yang mengikuti Andra Bratajaya? Aku membuntuti wanita di sisinya itu!"Dengan ekspresi tidak senang, Karlo bertanya lagi, "Apakah Tuan menyukai pacarnya Tuan Muda Andra?"Justin memukul kepala Karlo lagi sambil berseru, "Sialan! Aku nggak akan menyukai wanita sejelek itu! Mataku masih normal!"Karlo menggaruk kepalanya dengan kebingungan.Dia berpikir bahwa gadis itu sama sekali tidak jelek!Tadi, dia mengikuti Justin dan melihat mereka dari kejauhan. Dia merasa bahwa gadis itu sangat c
Di depan pintu masuk sebuah bangunan yang sangat artistik.Andra memberikan kunci mobilnya pada si penjaga pintu untuk memarkirkan mobilnya. Kemudian, dengan sopan, dia membawa Pamela ke dalam galerinya....Tidak jauh dari tempat itu, sebuah mobil sport berhenti di pinggir jalan. Orang yang berada di dalam mobil menyaksikan semuanya ....Karlo berkata dengan hati-hati, "Tuan, sepertinya mereka hanya datang untuk melihat pameran seni, ini bukan perselingkuhan. Hubungan antara Keluarga Yanuar dan Keluarga Dirgantara memang sudah kurang bagus. Kalau kamu membuntuti istri baru tuan muda mereka seperti ini, kamu bisa saja memperburuk perseteruan antara kedua keluarga ini!"Justin tidak setuju, dia berkata, "Kamu tahu apa?! Kalau seorang pria dan wanita pergi ke pameran seni bersama, pasti ada sesuatu di antara mereka!"Sambil berbicara, Justin turun dari mobil dan hendak memasuki galeri untuk terus mengawasi Pamela.Namun, pekerja di depan pintu galeri malah menahannya dan berkata, "Maaf,
Andra tiba-tiba membungkuk dan berkata langsung di telinga Pamela, "Tapi, kalau kamu suka, aku bisa memberikannya padamu sebagai mahar."Pamela mengernyit. Dia menatap Andra dengan tatapan kesal, tetapi tidak menghiraukan gurauan itu.Saat dia sedang memikirkan cara membujuk Andra untuk menjualkan tiga lukisan ini padanya, dia tiba-tiba merasakan rasa sakit yang datang dari perutnya!Pamela mengernyit, ekspresinya juga menjadi sangat masam ....Menyadari keanehan Pamela, Andra langsung bertanya dengan suara kecil, "Ada apa?"Kening Pamela sudah bercucuran keringat dingin. Wajahnya juga agak memucat. "Aku ... tiba-tiba nggak enak badan ...."Dengan ekspresi khawatir, Andra berkata, "Galeri ini memang agak dingin. Kamu masuk angin, ya?""Mungkin ... ya!" Pamela menggertakkan giginya, tubuhnya juga mulai gemetaran.Andra melepaskan jaketnya dan menyelimuti tubuh Pamela sambil berkata dengan lembut, "Sini, kamu bisa istirahat di ruang istirahat. Di sana nggak ada pendingin ruangan, jadi ka