Kekasih?Pamela tercengang sesaat. Setelah dia memahami ucapan Dikra, dia merasa konyol. "Emm ... aku juga nggak tahu, tapi sepertinya aku akan dihabisi oleh istri resminya, deh!"Dikra mendengus dengan bangga, lalu berkata, "Baguslah kalau kamu tahu! Kalau kamu mau aku membantumu menyimpan rahasia ini, kamu harus mencari cara agar Pak Agam menyetujui kerja sama dengan Perusahaan Quentin!"Pamela membuang napas dengan tidak berdaya dan berkata, "Pak Dikra, bukannya aku nggak mau membantu, tapi aku nggak mampu! Kamu tahu, aku hanyalah kekasih rahasianya. Mana mungkin aku bisa mengatur keputusan bisnisnya?"Dikra tersenyum menyeringai dan mengedipkan matanya sambil berkata, "Kenapa nggak bisa?! Kalau kamu bisa membujuknya dengan baik di ranjang dan membuatnya senang, pria itu bisa memberikan apa pun padamu!"Pamela tampak jijik. Dia tertawa dengan sinis dan berkata, "Aku nggak mahir. Bagaimana kalau Pak Dikra pergi membujuk Pak Agam secara pribadi? Coba buat dia senang?"Dikra tercengang
Pamela menghargai kejujuran pria ini. Saat dia baru saja mau menjawab ....Andra malah menyela sambil tersenyum. "Sebentar, jangan jawab dulu. Kalau kamu sudah jawab dengan pasti dan aku masih mengganggumu seperti ini, bukankah kelihatannya aku nggak tahu malu?" kata Andra.Jika dilihat dari reaksi gadis ini sebelumnya, dia tidak akan mengiakan ucapan Andra tadi, bahkan atas dasar kesopanan sekalipun.Pamela tercengang sesaat. Dia tiba-tiba merasa bahwa pria ini sangat cerdik."Panela?" Andra mencoba memanggil nama Pamela."Hah?" Pamela yang sedang menikmati camilannya mengangkat kepalanya dan menatap Andra.Andra tersenyum sambil berkata, "Nggak apa-apa. Tadi, aku mendengar pria itu menyebut namamu, jadi aku mau memastikan namamu. Panela, ya?""Pamela," kata Pamela."Oh, Pamela .... Namamu manis, ya, seperti orangnya, tapi kurang cocok dengan sifatnya, ya?" ujar Andra.Ekspresi Pamela menjadi masam. Dia pun menjulingkan matanya pada pria ini.Andra hanya merasa bahwa Pamela sangat man
Oleh karena itu, Pamela keluar dari kafe itu dengan Andra dan naik ke mobil pria tersebut.Tidak ada yang menyadari bahwa ada yang mengambil foto mereka dari kegelapan!Setelah mobil Andra mulai melaju, sebuah mobil sport berwarna oranye membuntuti mereka ...."Ikuti mereka!" seru Justin.Karlo si sopir pun bertanya dengan kebingungan, "Tuan, untuk apa kita membuntuti mobil tuan muda dari Keluarga Bratajaya?"Justin yang duduk di jok penumpang memukul Karlo, pengiringnya dan berkata, "Dasar bodoh! Siapa yang mengikuti Andra Bratajaya? Aku membuntuti wanita di sisinya itu!"Dengan ekspresi tidak senang, Karlo bertanya lagi, "Apakah Tuan menyukai pacarnya Tuan Muda Andra?"Justin memukul kepala Karlo lagi sambil berseru, "Sialan! Aku nggak akan menyukai wanita sejelek itu! Mataku masih normal!"Karlo menggaruk kepalanya dengan kebingungan.Dia berpikir bahwa gadis itu sama sekali tidak jelek!Tadi, dia mengikuti Justin dan melihat mereka dari kejauhan. Dia merasa bahwa gadis itu sangat c
Di depan pintu masuk sebuah bangunan yang sangat artistik.Andra memberikan kunci mobilnya pada si penjaga pintu untuk memarkirkan mobilnya. Kemudian, dengan sopan, dia membawa Pamela ke dalam galerinya....Tidak jauh dari tempat itu, sebuah mobil sport berhenti di pinggir jalan. Orang yang berada di dalam mobil menyaksikan semuanya ....Karlo berkata dengan hati-hati, "Tuan, sepertinya mereka hanya datang untuk melihat pameran seni, ini bukan perselingkuhan. Hubungan antara Keluarga Yanuar dan Keluarga Dirgantara memang sudah kurang bagus. Kalau kamu membuntuti istri baru tuan muda mereka seperti ini, kamu bisa saja memperburuk perseteruan antara kedua keluarga ini!"Justin tidak setuju, dia berkata, "Kamu tahu apa?! Kalau seorang pria dan wanita pergi ke pameran seni bersama, pasti ada sesuatu di antara mereka!"Sambil berbicara, Justin turun dari mobil dan hendak memasuki galeri untuk terus mengawasi Pamela.Namun, pekerja di depan pintu galeri malah menahannya dan berkata, "Maaf,
Andra tiba-tiba membungkuk dan berkata langsung di telinga Pamela, "Tapi, kalau kamu suka, aku bisa memberikannya padamu sebagai mahar."Pamela mengernyit. Dia menatap Andra dengan tatapan kesal, tetapi tidak menghiraukan gurauan itu.Saat dia sedang memikirkan cara membujuk Andra untuk menjualkan tiga lukisan ini padanya, dia tiba-tiba merasakan rasa sakit yang datang dari perutnya!Pamela mengernyit, ekspresinya juga menjadi sangat masam ....Menyadari keanehan Pamela, Andra langsung bertanya dengan suara kecil, "Ada apa?"Kening Pamela sudah bercucuran keringat dingin. Wajahnya juga agak memucat. "Aku ... tiba-tiba nggak enak badan ...."Dengan ekspresi khawatir, Andra berkata, "Galeri ini memang agak dingin. Kamu masuk angin, ya?""Mungkin ... ya!" Pamela menggertakkan giginya, tubuhnya juga mulai gemetaran.Andra melepaskan jaketnya dan menyelimuti tubuh Pamela sambil berkata dengan lembut, "Sini, kamu bisa istirahat di ruang istirahat. Di sana nggak ada pendingin ruangan, jadi ka
Pamela menengadahkan kepalanya dan melihat Nyonya Frida. Pamela terkejut dulu, baru berkata dengan lemas, "Nenek? Kok Anda datang kemari ...."Nyonya Frida belum sempat berbicara, sudah melihat Olivia berkacak pinggang memarahinya sambil berjalan ke depan, "Pamela, bisa-bisanya kamu masih ada muka panggil Nenek? Keluarga Dirgantara nggak mau menantu yang berselingkuh sepertimu!"Justin terlihat sangat bangga, bahkan ikut berkata, "Pamela, kami sudah menangkap basah kamu berselingkuh, jadi kamu nggak usah pura-pura polos!"Pamela mengerutkan alisnya.Saat ini, Pamela benar-benar tidak punya tenaga untuk berdalih dengan mereka.Andra hanya melihat beberapa orang yang menerobos itu dengan tenang, lalu melihat Pamela yang pucat. Terhadap hubungan mereka, Andra agak kaget, juga ada kesimpulan di dalam hatinya.Setelah dia memapah Pamela, dia berdiri dengan senyum sambil berkata, "Ternyata Nyonya Frida yang datang kemari, kok nggak ada yang duluan memberitahuku, ya? Kalau aku tahu Anda datan
Melihat neneknya sudah mau percaya dengan alasan Pamela, Olivia segera menyela, "Nenek, jangan percaya dengan alasannya, jangan dibohongi dia lagi. Kalau dia benaran nggak enak badan, kenapa dia nggak ke rumah sakit, malah bersembunyi di tempat ini untuk beristirahat dengan seorang pria? Nenek, Keluarga Dirgantara nggak boleh membiarkan wanita licik sepertinya! Sifat Pamela nggak beres, dia nggak hanya selingkuh, semalam dia juga mencuri jam tangan Kak Stevi. Kalau nggak percaya, Nenek tanya saja pada Kak Stevi!"Stevi menunjukkan ekspresi murah hati sambil menggelengkan kepala. "Nenek Frida, sebenarnya nggak apa-apa, kok. Aku hanya kehilangan satu jam tangan, bukan barang yang sangat berharga. Tapi, perbuatan Pamela hari ini benar-benar bersalah pada Agam ...."Wajah Pamela sudah pucat bagai kertas putih, lalu dia tersenyum dan mengabaikan Stevi dan yang lain.Pamela membuka selimut, lalu berdiri dengan menahan rasa sakit sambil berkata pada Nyonya Frida, "Nenek, nggak peduli Anda per
Melihat adegan saat ini, Stevi merasa akan ada tontonan menarik, jadi tatapannya terlihat sangat senang.Pamela menghancurkan satu jam tangannya, hari ini balasannya sudah datang! Perlukah di saat ini bilang "mampus"!Stevi berpura-pura sedih sampai menghela napas, lalu dia berjalan ke arah Agam dan berniat baik membujuk pria itu, "Agam, kamu jangan terlalu marah! Nggak ada yang menyangka kalau Pamela bisa melakukan hal semacam ini ...."Agam melirik Stevi sejenak, lalu menatap ke arah Pamela dengan tatapan tajam, baru berkata dengan dingin, "Kemarilah!"Pamela sangat tenang. Setelah dia berterima kasih pada Andra yang memapahnya, dia selangkah demi selangkah berjalan ke arah Agam dengan patuh. "Paman ...."Hanya saja, sebelum dia berjalan sampai depan Agam, tiba-tiba dia merasa pusing, bahkan hampir jatuh ke lantai.Untung saja Agam mengulurkan lengan panjangnya untuk memapahnya dan berkata dengan alis dikerut, "Mana kemampuanmu? Kenapa lemas seperti ini?"Pamela merasa sangat sakit,