Ekspresi Darius masam, dia masih marah besar perihal perbuatan Jovita yang masuk pencarian populer.Pamela berjalan menghampiri ayahnya secara perlahan dan membujuknya dengan manis. "Ayah, jangan marah lagi, nanti sakit. Tenang saja. Sekarang, masalah Kakak sudah nggak ada di pencarian populer. Setelah badai ini berlalu, nggak akan ada orang yang mengingatnya lagi.""Ya."Darius merasa bahwa putri bungsunya memang lebih taat dan bijak, membuatnya merasa tenang.Akhir-akhir ini, terjadi banyak masalah. Darius mengernyit dan membuang napas, lalu berkata, "Pamela, ada apa kamu mencari Ayah?"Pamela menganggukkan kepalanya dan meletakkan lukisan yang dia bawa di atas meja. "Ayah, coba lihat lukisan ini ...."Sambil berbicara, dia merobek kertas yang menutupi lukisan itu dengan pelan, menunjukkan pemandangan indah dalam lukisan itu.Lukisan yang dia bawa adalah lukisan "Angsa dan Musim Gugur" yang dihadiahkan oleh Agam untuknya, yaitu salah satu hasil karya almarhum ibunya.Melihat lukisan
Pamela juga sama sekali tidak khawatir Wulan dan Jovita akan merusak lukisan ibunya.Pertama, Wulan dan Jovita tidak tahu bahwa Berenice adalah ibunya karena Darius menjaga rahasia ini dengan sangat baik.Kedua, kalaupun mereka mengetahuinya, mereka juga tidak bisa melakukan apa pun pada lukisan ibunya.Meskipun kedua orang itu tidak menyukai keberadaan ibunya, mereka tergila-gila dengan uang. Mereka tentu saja akan sangat menghargai lukisan seharga 100 miliar itu....Setelah keluar dari kediaman Keluarga Alister, Pamela berjalan sendirian ke terminal bus terdekat dan menunggu bus untuk pulang ke kediaman Keluarga Dirgantara.Pada saat ini, sebuah mobil Mercedes-Benz melaju secara perlahan dan berhenti di hadapannya.Itu mobilnya Agam!Wah, bagaimana dia bisa bertemu dengan Agam di luar?! Apakah ini namanya jodoh?Ervin turun dari jok penumpang dan membuka pintu belakang mobil untuk Pamela sambil berkata dengan sopan, "Nona Pamela, silakan naik mobil. Pak Agam memintaku untuk datang m
Di depan pintu restoran hot pot.Agam turun dari mobil dan berjalan memasuki restoran itu bersama Pamela ....Ervin berdiri di samping mobil dengan hormat sambil memandang sosok Agam dengan tatapan tidak percaya.Setelah Pamela mengusulkan untuk makan hot pot, dia hanya menelepon Agam sebagai sebuah formalitas. Namun, dia tidak menyangka bahwa Agam malah benar-benar setuju untuk membatalkan reservasi di restoran barat dan pergi makan hot pot dengan Pamela.Sikap Agam terhadap Pamela memang agak berbeda.Namun, seharusnya Agam tidak terbiasa dengan makanan seperti ini, deh?...Di dalam restoran, udaranya dipenuhi dengan aroma kuah pedas.Pamela duduk di dekat jendela sambil memesan makanan yang dia inginkan. Kemudian, dengan sangat natural, dia mengangkat kepalanya dan bertanya, "Paman bisa makan pedas?"Agam yang duduk di hadapannya mengangguk dengan cuek dan menjawab, "Bisa."Pamela pun memesan dua kuah yang pedas.Di restoran ini, jarak antara satu meja ke meja lainnya sangat dekat,
Adsila menatap Pamela dengan tatapan hormat dan kagum sambil berkata, "Bibi, idolaku, ternyata hanya kamu yang bisa membuat pamanku lebih merendah dan mencoba makanan manusia!"Pamela hanya tersenyum paksa.Bukan dia yang hebat, tetapi Agam memerlukannya untuk bersandiwara bahwa mereka saling mencintai di hadapan Frida, jadi Agam berbelas kasih dan mentraktirnya makan.Agam menatap Adsila dengan tatapan dingin dan berkata, "Bukankah aku menyuruhmu untuk introspeksi diri di rumah? Siapa yang mengizinkanmu keluar?"Adsila mengerutkan bibirnya dan menjulurkan lidahnya, lalu berkata, "Aku nggak mau introspeksi diri! Aku diselingkuhi dan gagal menikah, jadi aku sudah cukup sedih! Kenapa Paman masih tega menyuruhku introspeksi diri di rumah?!"Agam tidak menghiraukan gadis itu, dia mengangkat kepalanya dan melihat wanita dengan rambut bergelombang dan pemuda yang berada di samping.Justin menatap Agam dengan tatapan penuh rasa hormat dan menyapa Agam. "Kak Agam."Agam sedikit menundukkan kep
"Bibi, aku juga mau ikut!" Adsila berdiri dan ingin pergi dengan Pamela, tetapi Justin malah meletakkan kakinya di atas kursi dan sengaja menghalangi jalan Adsila.Adsila pun memarahinya dengan kesal, "Justin, kamu gila, ya?! Minggir sana!"Justin tersenyum dengan usil sambil berkata, "Kamu mau lewat sini? Kalau begitu, coba lompat!"Adsila menjulingkan matanya dan berkata, "Paman, lihat dia ...."Agam mengalihkan tatapannya dari punggung Pamela, lalu menatap kedua orang ini dengan tatapan dingin. Mereka pun langsung terdiam....Di kamar mandi.Pamela keluar dari kamar mandi dan pergi mencuci tangannya.Melihatnya keluar, Stevi berjalan menghampiri Pamela dan menyodorkan jaket yang baru dia lepas pada Pamela. Dia berkata dengan agak malu, "Pamela, bisa bantu pegang jaketku sebentar, nggak? Aku baru sadar, kamar mandi di sini nggak ada gantungannya."Pamela menganggukkan kepalanya dan mengelap tangannya dengan tisu, lalu mengambil jaket Stevi.Tidak lama kemudian, Stevi juga keluar dar
Adsila merasa bersimpati, dia pun berkata, "Apa? Kalau begitu, jangan khawatir, biar kami bantu cari lagi!"Pamela memicingkan matanya, dia tiba-tiba merasakan firasat buruk.Justin juga ikut mencari. Tiba-tiba, dia teringat akan sesuatu. Dia pun menatap Pamela dengan tatapan curiga dan bertanya, "Hei! Tadi, kamu yang membawa jaket Kak Stevi kembali, 'kan?"Pamela menganggukkan kepalanya dan berkata, "Benar, terus kenapa?"Tatapan Justin tampak menghina. "Kalau begitu, cepat kembalikan jam tangan Kak Stevi!" katanya.Dengan ekspresi datar, Pamela membalas, "Aku nggak mengambilnya, apa yang harus kukembalikan?"Justin langsung meraih lengan Pamela, seakan-akan Pamela adalah pencuri dan dia takut Pamela akan melarikan diri. "Dari awal sampai sekarang, hanya kamu yang menyentuh jaket Kak Stevi. Kalau bukan kamu, siapa lagi yang mengambilnya?!"Pamela tetap berkata dengan sangat tenang, "Saat kami pergi ke kamar mandi, dialah yang meminta bantuanku untuk memegang jaketnya sebentar, jadi ak
Jika Agam bertanya seperti ini, apakah Agam juga mencurigai Pamela seperti Justin dan yang lainnya?Jika dipikir-pikir, Pamela dan Agam memang hanya pasangan suami istri palsu, jadi tidak ada yang namanya kepercayaan di antara mereka.Pamela merasa agak kecewa, tetapi dia tidak terlalu memasukkannya ke dalam hati. Dia menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan tenang, "Bukan aku."Wajah Agam yang dingin tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Dia hanya berkata dengan cuek, "Kalau begitu, ayo jalan."Aroma makanan yang kuat membuat pria ini tidak ingin berlama-lama di dalam restoran ini.Melihat mereka hendak pergi begitu saja, Justin tercengang. Dia pun mengernyit.Dia tidak bisa menerima kesimpulan seperti ini. Dia membentangkan kedua tangannya dan mengadang di hadapan Agam yang hendak pergi. "Kak Agam, dia sudah tertangkap basah. Kenapa kamu malah memercayainya?!" seru Justin.Agam memicingkan matanya dan berkata, "Bukankah barangnya nggak hilang? Jadi, menurutmu, apa lagi yang harus di
Agam sedikit memicingkan matanya dan berkata, "Kalau memang barang itu begitu berharga, kenapa kamu memberikannya pada orang lain segampang itu? Kalau sudah diberikan pada orang lain, apa pun yang dilakukan orang itu, itu haknya."Mendengar ucapan Agam, ekspresi Stevi menjadi sangat masam ....Justin ingin membela Stevi, jadi dia berkata, "Kak Agam! Wanita itu ...."Agam menatapnya dengan tatapan dingin dan memotong ucapannya. "Kalau kamu menghina istriku lagi di hadapanku, jangan panggil aku lagi ke depannya," kata Agam.Istri? Agam memanggil Pamela dengan sebutan "istri"!Justin benar-benar tercengang.Pada saat ini, Agam sudah berbalik dan meninggalkan restoran ini.Justin mengepalkan tangannya dan berteriak dengan kesal, "Kak Agam, kalau dia istrimu, siapa kakakku?"Langkah Agam seketika terhenti. Kemudian, tanpa menjawab, dia mempercepat langkahnya untuk menyusul Pamela.Saat Adsila tersadar, dia juga bergegas mengejar mereka. "Paman, Bibi, tunggu aku!"Ekspresi Justin dan Stevi s