Dimas memahami keinginan tuannya. Dia berbalik dan mengikuti para pelayan berjalan keluar untuk menjelaskan kepada orang-orang di luar.Setelah semua orang keluar, Pamela merasa tenang. Dia mendorong dada Agam sambil berkata, "Paman, bisakah kamu melepaskanku?"Agam menundukkan kepala untuk menatap Pamela. Bukannya melepaskan Pamela, Agam malah mengencangkan cengkeramannya sedikit lebih erat. "Melepaskanmu dan membiarkan kamu yang tidak berperasaan menyeret barang bawaanmu dan meninggalkanku?"Pamela berkata sambil mengerutkan kening dan menatap Agam, "Paman, apakah barusan kamu nggak merasa koperku sangat ringan? Nggak ada apa-apa di dalamnya. Aku nggak mengemas barangku sama sekali. Aku hanya berpura-pura!"Agam tentu menyadari bahwa koper itu tidak berat sama sekali, tetapi dia tetap merasa sedikit tidak senang. Ada sedikit ketegasan di matanya. "Seseorang datang ke rumah dan mengganggumu. Kenapa kamu nggak meneleponku?"Pamela berkata dengan tenang, "Bukankah kamu sedang bekerja? A
Saat menunggu Agam berganti pakaian di lantai atas, Pamela yang duduk di lantai bawah merasa kebosanan. Dia pun mengeluarkan ponselnya dan memainkan permainan ponsel beberapa putaran untuk menghilangkan kejenuhannya ....Tak lama kemudian."Oke, ayo kita pergi."Suara pria itu terdengar.Saat Pamela mendongak, dia sedikit tercengang ....Berbeda seperti biasanya, Agam tidak mengenakan setelan jas, melainkan berpakaian kasual. Selesai mandi dan mencuci rambutnya, pria itu juga tidak menyisir rambutnya hingga sangat rapi seperti biasanya, melainkan membiarkan beberapa helai rambutnya jatuh mengarah ke depan. Wajah pria itu yang biasa tampak dingin dan tegas, hari ini terlihat lebih hangat.Agam berjalan menghampiri Pamela, lalu menjentikkan jarinya di kening wanita itu. "Apa kamu sudah puas melihatku?"Pamela tersadar kembali. Dia mengusap-usap keningnya yang terasa agak sakit, lalu menyimpan kembali ponselnya ke dalam sakunya dan berkata dengan ekspresi cemberut, "Memangnya aku nggak bo
Situasi ini adalah situasi yang sangat canggung. Pamela mengerutkan keningnya, lalu menoleh dan menyalahkan pria di sampingnya. "Paman, semuanya karena kamu! Kenapa kamu nggak memberitahuku hari ini kita akan berpartisipasi dalam sebuah acara ulang tahun? Nggak baik datang dengan tangan kosong seperti ini!"Pria itu sama sekali tidak menganggap serius ucapan gadisnya. Dia mengulurkan lengannya dan mengambil setusuk daging dari perapian. Setelah mencicipi apakah daging itu sudah matang atau tidak, pria itu menyodorkan setusuk daging itu kepada gadisnya dan berkata, "Saat aku berulang tahun, kamu saja nggak memberiku hadiah ulang tahun. Apa kamu pikir aku akan membiarkanmu memberi hadiah kepada orang lain terlebih dahulu?"Pamela menerima setusuk daging itu tanpa bisa berkata-kata.Pria itu memang kelihatan sangat dewasa, tetapi terkadang dia benar-benar kekanak-kanakan dan suka memperhitungkan hal kecil!Memang benar, beberapa saat yang lalu, bertepatan pada hari ulang tahun Agam, karen
Agam sedikit mendongak ke atas dan menganggukkan kepalanya dengan pelan. Kemudian, dia merangkul Pamela dan bersiap untuk membawa gadisnya naik ke lantai atas.Namun, Pamela tetap tidak bergerak. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Paman, aku ingin menunggu memakan sayap ayam di sini. Aku nggak ingin ikut denganmu untuk bersosialisasi!"Agam tidak memaksakan kehendaknya. Dia mengusap-usap kepala gadisnya dan berkata, "Oke, kamu makan pelan-pelan di sini, ya. Aku naik ke atas sebentar, lalu kembali lagi untuk menemanimu."Pamela menganggukkan kepalanya dan memberikan isyarat tangan oke. Kemudian, dia menggigit tusukan daging yang disodorkan oleh Agam kepadanya tadi satu gigitan, seolah-olah sangat menikmati makanannya.Setelah Agam masuk ke dalam vila, Derry menyodorkan satu tusukan daging yang sudah selesai dipanggang lagi kepada Pamela. Dengan seulas senyum penuh arti, dia berkata, "Pamela, kamu benar-benar hebat, ya. Kamu bisa membuat seorang pria yang sulit diatur seperti Agam
Melihat Pamela seolah-olah benar-benar tidak mempermasalahkan hal itu, Justin baru menghela napas lega. "Baguslah kalau begitu! Selama kamu nggak marah padaku, ke depannya kita bisa menjalin hubungan baik!"Karena merasa topik pembicaraan itu sangat membosankan, Pamela tidak memedulikannya lagi.Justin menggaruk-garuk kepalanya dengan canggung dan berkata, "Pamela .... Jujur saja, sekarang aku sangat menyukaimu!"Seolah-olah baru saja mendengar lelucon, pergerakan tangan Pamela yang sedang membumbui sayap ayam pun terhenti. Begitu mendongak, dia melihat wajah Justin sudah memerah. Tanpa adanya perubahan pada ekspresinya sama sekali, dia berkata, "Oh, kalau begitu, terima kasih!"Melihat wanita di hadapannya itu sama sekali tidak tergerak, Justin mengerutkan keningnya dengan kesal. "Hei! Kenapa kamu sama sekali nggak memberikan tanggapan?""Oh? Tanggapan seperti apa yang harus kuberikan?" kata Pamela sambil mengambil kipas untuk membesarkan api di perapian. Menurutnya, kalau lebih matan
Pamela tidak memiliki kesan baik pada Kalana dan sama sekali tidak berniat untuk mengobrol dengan wanita itu.Namun, kelihatannya Kalana memang hendak mengatakan sesuatu hal yang penting.Kalau begitu, lebih baik dia mendengarkan ucapan wanita itu terlebih dahulu daripada harus menghadapi trik jahat wanita itu lagi.Pamela menarik lengannya, lalu merapikan lengan bajunya yang kusut. Kemudian, dia menganggukkan kepalanya kepada Kalana, menyunggingkan seulas senyum tipis dan berkata, "Oke, mari kita mengobrol."Ekspresi Kalana tampak membeku. Tindakan Pamela yang menarik lengannya tadi, sangat jelas menunjukkan bahwa dia tidak suka disentuh oleh Kalana. Kalana mengedipkan sepasang mata indahnya, memasang ekspresi seolah-olah tidak tahu sudah melakukan kesalahan apa, terlihat sangat polos dan kasihan ....Setelah keduanya duduk, Kalana angkat bicara terlebih dahulu. "Pamela, sebenarnya dalam beberapa hari ini, aku bisa melihat dengan jelas Agam sangat menyukaimu dan sangat baik padamu."S
Namun, Pamela malah terkekeh. "Aku nggak mengerti. Kalau aku meninggalkan Tuan Agam, Nona Kalana akan kembali ke sisinya. Tapi kamu nggak takut ditinggalkan olehnya kalau dia sudah bosan?" tanya Pamela.Mendengar ucapan Pamela, ekspresi Kalana menjadi sombong, bercampur dengan rasa simpati yang agak menghina. "Pamela, aku berbeda denganmu," kata Kalana.Pamela bertanya, "Oh ya? Beda apanya?"Kalana menjawab, "Aku memiliki latar belakang keluarga yang setara dengan Agam, orang tua yang mencintai dan menyayangiku, seorang kakak yang akan mendukungku apa pun yang terjadi dan seorang adik yang melindungiku. Kalau kamu? Nggak ada satu pun anggota keluargamu yang memberimu muka, 'kan?"Senyuman di wajah Pamela seketika menghilang. Dia tiba-tiba menyadari sesuatu. "Ternyata kamulah yang mencari Keluarga Alister dan memberi tahu mereka perihal aku menikah ke Keluarga Dirgantara," kata Pamela.Kalana tidak mengelak, dia berkata, "Benar, itu aku!"Dengan sangat tenang, Pamela berkata, "Jadi, kam
Kalana menurunkan kembali bajunya. Setelah merapikan dirinya, dia baru mengangkat kepalanya dan menatap Pamela dengan tatapan simpati, tetapi juga provokatif."Agam nggak bilang ke kamu, 'kan, kalau kami punya anak? Sekarang, kamu masih berani bilang kalau kamu percaya padanya?" tanya Kalana.Pamela memicingkan matanya dan bertanya, "Pada umur berapa kamu mengandung? Di mana anakmu sekarang?"Karena Pamela mulai menanyakan hal-hal spesifik, Kalana menebak bahwa Pamela pasti mulai memercayai ucapannya, jadi dia pun tersenyum kecil dan menjawab, "Bukankah kamu bilang kamu percaya pada Agam? Kamu bisa tanyakan hal-hal ini padanya! Tapi, kutebak, kalaupun kamu menanyakannya pada Agam, Agam juga nggak akan mengakuinya, dia nggak akan memberitahumu kebenarannya."Pamela terlihat benar-benar penasaran. Dengan alis terangkat, dia berkata, "Baiklah, kuanggap kamu nggak bohong. Kalau kalian sudah punya anak, kamu mencintainya, dia juga mencintaimu, kenapa kalian nggak langsung menikah saja?""Se