Namun, kenyataannya sama sekali tidak seperti ucapan orang-orang di pencarian populer itu!Jovita merasa murka. Dulu, dialah yang menyogok orang lain untuk membuat seseorang masuk daftar hitam. Kali ini, malah giliran dia yang difitnah seperti ini, sehingga dia merasa sangat tidak berdaya ...."Tuan Marlon, kenyataannya nggak seperti berita itu! Tolong percaya pada saya ...." Jovita berusaha untuk menjelaskan dengan terburu-buru.Namun, Marlon tidak goyah. Dia berkata dengan serius, "Nona Jovita, sekarang, masalahnya, bukan aku percaya atau nggak, melainkan adalah apakah orang lain percaya atau nggak padamu! Kalau kamu nggak setuju untuk mengakhiri kontrak dengan damai, kita juga bisa melewati jalan hukum. Tapi, jangan salahkan aku kalau nanti kamu kalah dan harus bayar kompensasi mahal!"Jovita tentu saja tidak percaya diri. Bagaimana mungkin dia bisa menang dalam gugatan hukum melawan Perusahaan Vasant? Setelah berpikir sejenak, dia hanya bisa berkompromi dengan Marlon. "Baiklah, bia
Melihat Ervin, Pamela mengernyit dan bertanya, "Kenapa dia bisa tahu kalau aku di rumah sakit?"Pagi ini, Agam jelas-jelas hanya mengantarkan Pamela ke Kediaman Alister.Jangan-jangan Agam mengirimkan seseorang untuk membuntutinya?Ervin menjawab, "Karena Nyonya membawa ponselnya Tuan Agam, jadi Tuan Agam bisa melacak lokasi ponselnya.""Oh."Pamela menunduk dan melihat ponsel pria itu di tangannya, dia merasa kurang nyaman karena diawasi dari kejauhan.Ervin berkata lagi, "Nyonya, Tuan Agam juga tahu kalau kamu memanggil ambulans. Tapi, karena hari ini ada rapat penting di perusahaan, Tuan nggak bisa meninggalkan perusahaan, jadi aku disuruh untuk datang dan menanyakan keadaanmu."Pamela berkata, "Aku nggak apa-apa, ibu tiriku yang terluka.""Baguslah kalau begitu," kata Ervin.Pamela merasa sangat tidak nyaman karena Ervin memanggilnya dengan panggilan "Nyonya".Seingat Pamela, sebelumnya, Ervin selalu memanggilnya dengan panggilan "Nona". Entah mengapa, panggilan ini tiba-tiba berub
Ada ubi ada talas, ada budi ada balas.Setidaknya, lukisan ini memang merupakan lukisan yang Pamela inginkan."Ya, sampaikan terima kasihku pada Tuan Agam, ya!" kata Pamela sambil menekan bel kediaman Keluarga Dirgantara. Dia meminta pengurus rumah untuk mengirimkan seseorang untuk membantunya membawa tiga lukisan ini ke dalam.Ervin menunduk dan melihat ponselnya, lalu kembali bertanya, "Nyonya, Tuan Agam menyuruhku untuk bertanya padamu malam ini mau makan apa."Pamela seketika tercengang. "Hah? Malam ini, Paman mau makan di rumah?"Ervin menganggukkan kepalanya dan menjawab, "Sepertinya begitu."Pamela mengernyit dengan agak kesal. Dia berpikir, Nenek Frida saja tidak berada di rumah untuk mengawasi mereka, untuk apa Agam pulang?"Terserah, aku nggak pilih-pilih makanan!" jawab Pamela."Emm ... baiklah!" kata Ervin.Sesuai instruksi Agam, Ervin sudah mengantarkan Pamela pulang ke Kediaman Dirgantara dengan aman. Kemudian, Ervin pun naik mobil dan meninggalkan kediaman....Pada saat
Bulan madu?Agam sedikit memicingkan matanya. Dia sama sekali tidak pernah memikirkan bahwa dia perlu pergi bulan madu dengan Pamela.Di satu sisi, Justin berkata dengan kesal, "Kak Derry, kamu berpikir terlalu jauh! Hubungan Kak Agam dan Pamela nggak akan bertahan lama, jadi mereka sama sekali nggak perlu pergi bulan madu. Lagi pula, nanti, Kak Agam akan pergi bulan madu dengan kakakku!""Dasar bocah, kamu nggak mengerti!" kata Derry dengan ekspresi licik. Dengan alis terangkat, Derry bertanya pada Agam yang sedang duduk di kursi dengan ekspresi gelap, "Bagaimana, Agam? Pergi, nggak?"Agam membalikkan halaman dokumen itu sambil berkata, "Hari ini, dia sudah lelah, nggak dulu, deh. Besok pagi, aku akan bawa dia ke sana. Kita ketemu di sana saja."Derry menjentikkan jarinya dan berkata, "Baiklah kalau begitu!"Kemudian, dia memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celananya dengan elegan, lalu berbalik untuk meninggalkan ruangan.Melihat Justin masih berdiri di ruangan, langkah Derry
Dengan ekspresi datar, Agam berbalik dan pergi mengambil telur dari kulkas ....Di dalam dapur, kedua orang ini melakukan pekerjaan mereka masing-masing tanpa bersuara. Mereka tidak lagi berbicara.Agam mengocok telur, tetapi tatapannya yang mendalam malah tertuju pada gadis yang sedang sibuk dan fokus di sampingnya itu.Dengan sigap, Pamela sudah memasak dua porsi mi. Dia berkata pada Agam, "Paman, bawa mi itu ke meja makan dulu, ya. Aku ke kamar mandi sebentar!"Agam tidak keberatan. Dia pun membawa dua mangkuk mi dan keluar dari dapur.Pada saat ini, Pak Dimas kebetulan berjalan masuk dari luar. Melihat majikannya membawa mangkuk sendirian, Pak Dimas terkejut. Dia bergegas melihat ke sekeliling, tetapi tidak ada pembantu rumah tangga yang sedang bertugas!Karena Pak Dimas tidak berada di tempat, para pembantu yang tidak bertanggung jawab malah pergi bermalas-malasan!"Tuan, kapan Anda pulang? Biar saya saja yang bawa mangkuk itu! Kenapa Anda melakukan hal seperti ini?!" kata Pak Dim
Agam mengambil selembar tisu untuk Pamela. Layaknya orang tua Pamela, dia berkata dengan nada yang tidak berdaya dan juga tegas, "Pelan-pelan, nggak ada yang merebut makananmu."Pamela menelan daging dalam mulutnya dengan susah payah dan menerima tisu itu untuk mengelap bibirnya. Kemudian, dia memalingkan wajahnya dengan malu untuk menghindari tatapan Agam. "Paman! Jangan ungkit kejadian semalam, oke?!" seru Pamela."Kenapa?" Pria ini mengangkat alisnya dan menatap Pamela dengan tatapan usil. "Nona Pamela bisa malu juga, ya?"Pamela mengerutkan bibirnya dan menjawab dengan kesal, "Aku bukan malu, tapi aku nggak mau mengingat kembali hal itu!"Dia tidak mau mengingat kembali hal itu?Tatapan Agam menggelap. Dia memelototi wanita itu untuk sesaat, lalu tersenyum lagi dan berkata dengan nada menggoda, "Semalam, Nona Pamela mengorbankan diri untuk melakukan perbuatan baik! Seharusnya, hal itu sangat berkesan!"Mendengar ucapan pria ini, wajah Pamela benar-benar merah, dia merasa sangat mal
Sekarang, gadis itu seharusnya sudah terlelap, jadi Agam tidak ingin membangunkannya lagi.Agam mengurut keningnya dengan frustrasi dan berjalan kembali untuk bermalaman di ruang baca.Keesokan paginya.Setelah Pamela bangun tidur, dia mandi dan merapikan dirinya seadanya. Kemudian, dia mengikuti Agam ke bawah dan naik mobil.Di dalam mobil, dia langsung bersandar di kursi dan terlelap lagi.Lagi pula, jika dia tidak tidur pun dia tidak akan berbicara dengan Agam!Setelah perjalanan selama lebih dari dua jam, mereka tiba di Taman Chisana.Begitu Pamela turun dari mobil, sebuah sosok langsung berlari ke arahnya ...."Bibi!" teriak Adsila sambil memeluk Pamela, membuat Pamela seketika terbangun!"Bibi, kita sudah lama sekali nggak bertemu. Aku sangat merindukanmu!" kata Adsila.Pamela tersenyum dengan tidak berdaya dan berkata, "Benar, sudah lama sekali, ya!"Adsila merangkul leher Pamela dengan akrab, dia bahkan ingin bergantung di badan Pamela ....Melihat Adsila yang bersikap tidak so
Derry menatap Justin dan berkata dengan nada bergurau, "Justin, sudah dengar, belum? Agam menyuruhmu untuk traktir seekor kambing panggang lagi!"Justin masih menatap Pamela lekat-lekat. Mendengar suara panggilan Derry, dia baru tiba-tiba tersadar dan berkata dengan agak malu, "Emm ... Kak Agam, akhir-akhir ini, kartuku diblokir oleh kakakku. Uang yang kutabung diam-diam sudah kuhabiskan kemarin di kambing itu. Hari ini, aku sudah nggak punya uang lagi, jadi aku nggak bisa traktir ...."Dengan ekspresi santai, Agam mengangkat dagunya dan berkata, "Nggak apa-apa. Hari ini, dia saja yang traktir."Siapa? Menyadari bahwa Agam menunjuk dirinya, pipi Pamela langsung menggembung layaknya balon. Dia juga mengernyit dengan ekspresi kesal!Aneh sekali!Mengapa Pamela harus mentraktir orang-orang ini makan daging kambing panggang? Dia tidak berteman dengan mereka, dia juga sama sekali tidak dekat dengan mereka!Selain itu, dia hanyalah seseorang yang dibawa oleh Agam untuk mencocokkan jumlah ora