Dengan ekspresi datar, Agam berbalik dan pergi mengambil telur dari kulkas ....Di dalam dapur, kedua orang ini melakukan pekerjaan mereka masing-masing tanpa bersuara. Mereka tidak lagi berbicara.Agam mengocok telur, tetapi tatapannya yang mendalam malah tertuju pada gadis yang sedang sibuk dan fokus di sampingnya itu.Dengan sigap, Pamela sudah memasak dua porsi mi. Dia berkata pada Agam, "Paman, bawa mi itu ke meja makan dulu, ya. Aku ke kamar mandi sebentar!"Agam tidak keberatan. Dia pun membawa dua mangkuk mi dan keluar dari dapur.Pada saat ini, Pak Dimas kebetulan berjalan masuk dari luar. Melihat majikannya membawa mangkuk sendirian, Pak Dimas terkejut. Dia bergegas melihat ke sekeliling, tetapi tidak ada pembantu rumah tangga yang sedang bertugas!Karena Pak Dimas tidak berada di tempat, para pembantu yang tidak bertanggung jawab malah pergi bermalas-malasan!"Tuan, kapan Anda pulang? Biar saya saja yang bawa mangkuk itu! Kenapa Anda melakukan hal seperti ini?!" kata Pak Dim
Agam mengambil selembar tisu untuk Pamela. Layaknya orang tua Pamela, dia berkata dengan nada yang tidak berdaya dan juga tegas, "Pelan-pelan, nggak ada yang merebut makananmu."Pamela menelan daging dalam mulutnya dengan susah payah dan menerima tisu itu untuk mengelap bibirnya. Kemudian, dia memalingkan wajahnya dengan malu untuk menghindari tatapan Agam. "Paman! Jangan ungkit kejadian semalam, oke?!" seru Pamela."Kenapa?" Pria ini mengangkat alisnya dan menatap Pamela dengan tatapan usil. "Nona Pamela bisa malu juga, ya?"Pamela mengerutkan bibirnya dan menjawab dengan kesal, "Aku bukan malu, tapi aku nggak mau mengingat kembali hal itu!"Dia tidak mau mengingat kembali hal itu?Tatapan Agam menggelap. Dia memelototi wanita itu untuk sesaat, lalu tersenyum lagi dan berkata dengan nada menggoda, "Semalam, Nona Pamela mengorbankan diri untuk melakukan perbuatan baik! Seharusnya, hal itu sangat berkesan!"Mendengar ucapan pria ini, wajah Pamela benar-benar merah, dia merasa sangat mal
Sekarang, gadis itu seharusnya sudah terlelap, jadi Agam tidak ingin membangunkannya lagi.Agam mengurut keningnya dengan frustrasi dan berjalan kembali untuk bermalaman di ruang baca.Keesokan paginya.Setelah Pamela bangun tidur, dia mandi dan merapikan dirinya seadanya. Kemudian, dia mengikuti Agam ke bawah dan naik mobil.Di dalam mobil, dia langsung bersandar di kursi dan terlelap lagi.Lagi pula, jika dia tidak tidur pun dia tidak akan berbicara dengan Agam!Setelah perjalanan selama lebih dari dua jam, mereka tiba di Taman Chisana.Begitu Pamela turun dari mobil, sebuah sosok langsung berlari ke arahnya ...."Bibi!" teriak Adsila sambil memeluk Pamela, membuat Pamela seketika terbangun!"Bibi, kita sudah lama sekali nggak bertemu. Aku sangat merindukanmu!" kata Adsila.Pamela tersenyum dengan tidak berdaya dan berkata, "Benar, sudah lama sekali, ya!"Adsila merangkul leher Pamela dengan akrab, dia bahkan ingin bergantung di badan Pamela ....Melihat Adsila yang bersikap tidak so
Derry menatap Justin dan berkata dengan nada bergurau, "Justin, sudah dengar, belum? Agam menyuruhmu untuk traktir seekor kambing panggang lagi!"Justin masih menatap Pamela lekat-lekat. Mendengar suara panggilan Derry, dia baru tiba-tiba tersadar dan berkata dengan agak malu, "Emm ... Kak Agam, akhir-akhir ini, kartuku diblokir oleh kakakku. Uang yang kutabung diam-diam sudah kuhabiskan kemarin di kambing itu. Hari ini, aku sudah nggak punya uang lagi, jadi aku nggak bisa traktir ...."Dengan ekspresi santai, Agam mengangkat dagunya dan berkata, "Nggak apa-apa. Hari ini, dia saja yang traktir."Siapa? Menyadari bahwa Agam menunjuk dirinya, pipi Pamela langsung menggembung layaknya balon. Dia juga mengernyit dengan ekspresi kesal!Aneh sekali!Mengapa Pamela harus mentraktir orang-orang ini makan daging kambing panggang? Dia tidak berteman dengan mereka, dia juga sama sekali tidak dekat dengan mereka!Selain itu, dia hanyalah seseorang yang dibawa oleh Agam untuk mencocokkan jumlah ora
Adsila sudah mulai tidak sabar, dia pun menarik Pamela dan berkata, "Bibi, biar aku bawa Bibi pergi ganti pakaian berkuda!""Pakaian berkuda?" Dengan alis terangkat, Pamela berkata, "Aku nggak bawa!"Adsila langsung tercengang. "Kamu nggak bawa pakaian berkuda? Aku bawa dua baju, kamu bisa pakai satu, tapi aku nggak bawa sepatu lebih!"Stevi tersenyum dan berkata, "Aku kebetulan bawa lebih sepasang. Berapa ukuran kaki Pamela? Ukurannya entah cocok atau nggak."Pamela menjawab, "Aku pakai ukuran 36,5."Stevi berkata, "Aku pakai ukuran 38, agak kebesaran, sih. Tapi kamu bisa coba."Pamela menganggukkan kepalanya dan berkata, "Kalau begitu, terima kasih, ya."Stevi tersenyum dengan sangat ramah dan berkata, "Kita semuanya teman, jangan sungkan!"Dengan begitu, ketiga wanita ini pergi ke ruang ganti bersama ....Di ruang ganti.Pamela berganti pakaian ke pakaian berkuda yang Adsila bawakan untuknya.Dia mengenakan setelan baju berwarna merah. Model pakaian berkuda yang ketat menonjolkan le
Suara teriakan ini seketika membuat semua orang terkejut!"Ada apa?""Apa yang terjadi di dalam?""Sepertinya itu suara Stevi!"Pamela dan Adsila juga mendengar suara itu. Kedua orang ini saling bertatapan dengan heran. Mereka menggelengkan kepala mereka untuk menunjukkan bahwa mereka juga tidak mengetahui apa yang terjadi.Mereka berdua baru keluar dari ruang ganti. Sebelum keluar, mereka tidak melihat adanya keanehan pada Stevi.Kemudian, semua orang pun menerjang ke ruang ganti untuk mengecek situasinya .......Di dalam ruang ganti, Stevi duduk di bangku tempat berganti sepatu sendirian. Wajahnya pucat, ekspresinya kesakitan, keningnya bercucuran keringat.Melihat hal ini, Justin bertanya, "Kak Stevi, ada apa?"Derry juga berjalan ke hadapan Stevi dan bertanya dengan suara lembut, "Stevi, ada apa?"Stevi mengangkat kepalanya dan menatap semua orang sambil berkata dengan suara bergetar, "Kaki ... kakiku ...."Ada apa dengan kakinya?Tatapan semua orang pun berpindah ke kaki Stevi. D
Begitu Justin melihat anting-anting itu, amarahnya seketika mereda. Dia menatap Stevi dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, "Kak Stevi, ternyata kamu sendiri yang nggak sengaja menjatuhkan anting-antingmu ke dalam sepatumu. Lain kali, kamu harus berhati-hati!"Stevi melihat anting-anting di tangan dokter itu dan menggeleng dengan sedih sambil berkata, "Bukan! Anting-anting itu bukan milikku. Aku nggak pernah memakai anting-anting seperti itu ....""Kak Stevi, anting-anting ini bukan milikmu?" Justin tiba-tiba menjadi waspada. "Jangan-jangan ada orang yang sengaja memasukkan anting-anting ini di sepatumu? Di sini, ada orang yang mau mencelakaimu!"Ucapan ini membuat semua orang di tempat menjadi lebih tersadar.Mereka sudah berteman sejak kecil, keluarga mereka juga berhubungan dekat. Siapa yang akan menyakiti teman sendiri dengan cara seperti ini?Ucapan Justin membuat Stevi tercengang. Kemudian, dia seperti menyadari sesuatu. Dengan ekspresi tidak percaya, dia langsung menatap ke
Ucapan Stevi jelas-jelas sedang menyuruh Agam untuk memilih satu pihak.Derry dan yang lainnya juga menatap ke arah Agam, tidak tahu bagaimana dia akan menyelesaikan pertentangan antara istri dan temannya ....Tidak ada emosi yang terlihat dari wajah Agam. Dia berkata dengan suara rendah, "Ya, aku tahu, kamu nggak akan menuduh orang lain tanpa alasan."Arti ucapan ini sangat jelas, artinya dia memihak pada Stevi.Mendengar ucapan Agam, Pamela merasa agak kecewa. Dia diam-diam menurunkan tatapannya sambil tersenyum dengan sinis.Di tempat ini, tidak ada satu pun orang yang memihak padanya. Jadi, wajar saja jika semua orang tidak memercayai ucapannya.Namun, selama masa kerja sama antara dia dengan Agam, mereka juga termasuk sudah mengalami banyak hal bersama, mereka bahkan sudah bermalaman bersama ....Pada saat ini, pria yang dia selamatkan dengan mengorbankan dirinya sendiri langsung memihak pada orang lain tanpa berpikir sama sekali, sungguh mengecewakan.Kepercayaan adalah hal yang