Untuk sementara dia hanya bisa merespons seperti ini, karena Pamela masih terlihat tenang dan bisa menstabilkan emosinya.Kalau dia menceritakan faktanya dan Pamela sampai tahu anaknya kurang satu, Pamela pasti tidak akan setenang ini.Pamela mengangguk, "Ya, dia diberkati.""Sebelumnya dia dikabarkan tewas dalam ledakan, tapi bukankah akhirnya dia kembali dengan selamat?" lanjutnya."Aku tahu, dia nggak akan membohongiku lagi, dia sudah berjanji akan pulang, dia pasti akan menepatinya," sambungnya."Koridor memang agak dingin, aku akan menjalani masa nifas dengan baik dan menunggunya pulang," tambahnya lagi.Begitulah, dia bergumam sendiri, lalu berbalik dengan lesu dan berjalan kembali ke kamarnya selangkah demi selangkah ....Ariel sangat sedih melihat Pamela memaksakan diri untuk tenang.Pamela tidak tahu, entah bagaimana caranya pria itu kembali dan membawa pergi satu anaknya, bahkan sekarang menghilang.Pamela masih begitu percaya padanya ....Kalau Agam dan anak pertamanya tidak
"Aku sudah dengar kabar kalian ingin memanfaatkan ketidakberadaan suamiku untuk menduduki posisinya, tapi, aku sarankan kalian untuk mengurungkan niat itu! Selama ada aku, Perusahaan Dirgantara nggak akan ganti nama!" kata Pamela.Ucapan Pamela membuat semua orang tidak bisa berkata-kata. Bahkan mereka yang masih tidak puas tidak lagi berbicara untuk mempersulit keadaan.Karena mereka juga merasa logis.Ucapan Pamela benar, Agam sudah tiada, tentu pewaris utama yang akan menggantikannya, tidak mungkin pemegang saham seperti mereka yang mengambil alih.Pertemuan tersebut berlangsung selama satu setengah jam, Pamela tampil dengan normal.Sekalipun sekelompok pemegang saham yang licik itu tidak mau menerima kepemimpinan dari seorang wanita muda, mereka harus mengakui bahwa wanita ini memiliki kekuatan, berbicara dengan fasih dan sangat pandai mengelola perusahaan ...."Rapat dibubarkan."Setelah rapat, Pamela bangkit dan keluar dari ruangan, lalu pergi ke kantor Direktur untuk mengatur la
Pamela tersadar, kemudian menggeleng, "Nggak apa-apa, sepulang kerja nanti aku akan menjemput Revan dan si kembar di sekolah, kamu mau ikut atau pulang duluan?" tanyanya.Olivia menjawab secara spontan, "Aku ikut. Aku sudah janji pada Revan dan si kembar, hari ini akan mentraktir mereka makan pizza."Pamela mengiakan, meletakkan botol mineralnya, lalu melambai sambil berkata, "Kamu keluar dulu, masih ada yang harus kukerjakan.""Oh ...."Setelah mengangguk, dia keluar dari kantor Direktur dan menutup pintu.Olivia tampak sedih setelah keluar dari kantor Direktur.Tidak mudah menjadi Pamela, dia membantu Agam mengelola perusahaan, juga mengasuh tiga anak, bahkan salah satunya diadopsi oleh Agam dengan alasan khusus, tapi Pamela memperlakukannya seperti anak sendiri, tidak pernah pilih kasih.Sementara Agam seakan menguap, tidak pernah ada kabarnya.Yang paling penting, selama tiga tahun ini, Pamela tidak pernah berpikir untuk meninggalkan Keluarga Dirgantara, dia juga mengasuh tiga anak
Olivia mengerutkan kening tidak senang, "Kenapa Keluarga Dirgantara egois?"Andra berkata dengan serius, "Kakakmu menghilang bertahun-tahun lamanya tanpa kabar, juga nggak punya akta pernikahan dengan Lala, sekarang kalian mengikatnya di rumahmu, dia harus mengasuh anak, mengelola perusahaan, kalian juga nggak mengizinkan dia punya kehidupan yang baru. Apa menurutmu kalian nggak egois?"Olivia menyadari sikap mereka yang tidak masuk diakal, dia menggertakkan gigi, "Kak Agam hanya belum ada kabar, dia belum meninggal! Suatu hari dia pasti kembali."Andra tersenyum dingin, "Kalau bisa kembali, sudah dari dulu dia kembali! Dia nggak akan meninggalkan Lala sendirian di sini jadi janda dan membiarkan anaknya jadi yatim, 'kan?" balasnya.Olivia tidak bisa menang melawan Andra, jadi dia berhenti berdebat dan mengadang di depannya, tidak membiarkannya masuk."Nggak ada gunanya kamu banyak bicara! Ini Perusahaan Dirgantara, kamu nggak boleh masuk tanpa izin dariku!" kata Olivia.Andra mendekati
Andra menatapnya dalam-dalam, kemudian berkata, "Kamu dan Agam belum mengurus akta pernikahan, upacara pernikahan kalian hanya formalitas untuk meyakinkan Kakek Tomi, bahkan para tetua penting nggak diundang untuk menyaksikan pernikahan tersebut.""Tapi sekarang, bisa dikatakan kamu membantu mereka tanpa nama dan status. Suatu hari, setelah merasa kamu nggak bermanfaat lagi, mereka akan mengusirmu kapan saja. Saat itu, kamu bukan siapa-siapa," sambungnya.Pamela menekan tombol enter terakhir kalinya untuk menyimpan dokumen.Kemudian dia menguap lelah, menatap Andra sambil berkata, "Jadi menurutmu, aku membantu Keluarga Dirgantara untuk mendapat imbalan di masa depan?"Andra menggeleng sambil berkata, "Tentu kamu nggak berpikiran seperti itu, tapi kamu pasti akan sedih menyadari kamu ditendang setelah dimanfaatkan."Pamela tidak setuju dan membantah, "Terserah mau dimanfaatkan, nggak punya nama dan status di Keluarga Dirgantara juga nggak masalah. Bagiku semua itu nggak penting. Sebelum
Pamela tidak menganggap serius ucapan Andra, berpikir dia mungkin hanya asal bicara, jadi dia kembali menundukkan kepala dan melanjutkan pekerjaannya.Siapa sangka, sepulang kerja, Andra benar-benar datang!Lantai bawah Perusahaan Dirgantara.Pamela dan Olivia baru saja keluar dari gedung, saat hendak menaiki mobil yang dikemudikan sopir, bunyi klakson yang datang dari belakang mengganggu mereka.Keduanya menoleh ke arah datangnya suara ....Terlihat mobil Andra berhenti di belakang, dia menurunkan kaca jendela, menjulurkan kepalanya keluar, tersenyum cerah pada kedua wanita itu dengan wajah jahatnya sambil melambai.Olivia tidak senang melihat Andra, dia mengerutkan dahi. "Kak, kenapa dia datang lagi?" tanyanya.Pamela juga mengerutkan alis dan menjawab, "Siapa sangka dia begitu rusuh?"Olivia mendengus kesal, "Ayo, abaikan saja dia, kita naik mobil sendiri."Sambil bicara, Olivia segera menarik Pamela ke dalam mobil dan mendesak sopir, "Cepat jalan! Jangan biarkan mobil bobrok di bel
Untungnya Pamela hanya malas meladeni Andra, bukan karena punya kesan baik padanya ....Agam tidak ada, Olivia khawatir Pamela akan direbut pria lain....Sekolah Harmoni, Kota Marila.Mobil berhenti tak jauh dari pintu gerbang sekolah.Di jam pulang sekolah, banyak orang tua dan wali yang menjemput anaknya, mereka mengantre di depan gerbang.Sekolah paling mewah di Kota Marila ini mempunyai peraturan yang ketat. Untuk menjamin keselamatan anak-anak, hanya satu orang tua yang boleh masuk, agar suasana tidak terlalu ramai dan menimbulkan kekacauan sehingga mengganggu konsentrasi guru.Olivia berinisiatif turun untuk mengantre. "Kak, aku yang jemput mereka, kamu tunggu saja di mobil," pesannya.Pamela mengiakan.Namun, dia tidak menunggu di dalam mobil, melainkan ikut turun dan berdiri di samping mobil, memandangi gerbang sekolah.Seorang pria tua berjualan balon di gerbang sekolah. Pamela pikir anak-anak pasti menyukainya, jadi dia mendekat, menanyakan harga, bermaksud membeli tiga balo
Sophia memandang anak bertopeng Manusia Robot di pelukannya dengan bahagia, "Ya, ini anakku! Aku sudah menikah, kamu pasti belum tahu. Ini anakku dengan suamiku. Namanya Kevin. Kevin, sayang, panggil Bibi Pamela," katanya.Anak bertopeng Manusia Robot itu tidak menuruti ucapan Sophia untuk menyapa Pamela, dia fokus pada balon di tangan pria tua itu ....Pamela mengerutkan kening, memandang Sophia dengan kritis. "Kamu sudah menikah? Dengan siapa?" tanyanya.Sophia tersenyum lebar sambil menjawab, "Kamu nggak mengenalnya. Dia orang biasa, tumbuh besar di luar negeri, sejak kami menikah, dia belum pernah pulang. Pamela, seharusnya kamu nggak pernah bertemu dengannya.""Oh, ya?" Pamela menyipitkan mata, ekspresinya tenang, tapi berpikir dalam-dalam.Sophia tertawa melihat ekspresi Pamela. "Pamela, kamu nggak mengira suamiku Agam, 'kan?" tanyanya.Mendengar Sophia menyebut nama Agam, hati Pamela menegang, matanya menatap Sophia dengan rasa ingin tahu.Tidak ada kejanggalan di wajah Sophia,