Pria berambut perak itu melirik Sophia yang berdiri di samping, sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan, lalu kembali menatap Pamela.Moncong pistol berpindah dari dagu Pamela ke perut besarnya!"Sah atau nggak, nggak penting. Yang penting siapa wanita yang ada di hati Agam bajingan itu! Lagi pula aku sangat tertarik dengan janin dalam perutmu! Jadi aku nggak mau dia, aku mau kamu! Ikut kami!" kata pria berambut perak.Sambil bicara, dia menggerakkan dagunya ke arah tertentu, mengisyaratkan Pamela untuk berjalan ke arah yang ditunjuk ....Dengan pistol menempel di tubuhnya, Pamela tidak punya pilihan selain menurut.Sophia menghentikan mereka, "Tunggu! Kalian mau bawa Pamela ke mana?"Pria berambut perak menjawab, "Bukan urusanmu! Jangan ikut campur!"Sophia mengerutkan kening, "Tapi ...."Pria gendut menatap Sophia dengan gelisah, kemudian bertanya, "Bos, kita benaran melepaskan wanita ini? Bagaimana kalau dia melaporkan kita ke polisi?"Pria berambut perak itu menyipitkan mata sam
"Nggak ada. Sebenarnya ada apa? Apa terjadi sesuatu pada Kak Pamela?" tanya Olivia.Jason tidak menjawab. setelah berpikir sejenak, dia bertanya lagi, "Nona Olivia, bisa nggak kamu menghubungi teman kakakmu, Sophia?"Olivia merasa kedatangan kedua bersaudara ini agak aneh, tampaknya situasi sangat serius, setelah berpikir sejenak, dia menjawab, "Sebelumnya Sophia pernah meneleponku untuk mencari Kak Agam, tapi aku nggak simpan nomornya di kontak, aku harus mencarinya dulu di riwayat panggilan."Jason mengangguk sedikit. "Kalau begitu mohon bantuan Nona Olivia memeriksanya," jawabnya.Olivia tidak membuang waktu, dia mengeluarkan ponselnya, melihat riwayat panggilan dan menemukan nomor Sophia!"Aku menemukannya, ini nomornya. Untuk apa kamu mencari Sophia?"Jason tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan, "Nona Olivia, tadi sore Pamela keluar sendirian, sampai sekarang belum ditemukan, aku curiga Sophia yang membawanya. Tolong bantu aku hubungi dia, tanyakan apakah dia tahu di mana Pam
Olivia memberikan nomor ponsel Sophia pada Jason.Setelah menyimpan nomornya dan mengucapkan terima kasih, Jason berjalan keluar.Olivia mengikutinya dengan cemas, katanya,"Tunggu, aku ikut kalian."Jason tidak menghentikan langkahnya, tidak biasanya Justin pengertian, dia mengangkat tangan menghentikan Olivia sambil berkata, "Olivia, sebaiknya kamu jangan ikut, lebih baik temani kakek dan nenekmu di rumah, sekarang mereka lebih membutuhkanmu. Tenang saja, aku dan Kak Jason pasti akan menemukan Pamela!"Olivia mengerutkan keningnya dengan sedih, "Tapi ...."Justin membujuknya, "Kak Agam sudah tiada, kalau kamu nggak menjaga kakek dan nenekmu dengan baik, bukannya kamu bersalah pada Kak Agam di surga?"Pupil Olivia bergetar, kemudian berkata, "Baiklah, aku tunggu di rumah, kalian harus segera meneleponku kalau Kak Pamela sudah ditemukan!"Justin mengangguk. "Hm, jangan khawatir."...Setelah keluar dari kediaman Dirgantara, Jason menghubungi Sophia di mobil."Halo, siapa?"Saat ini suar
Tiba-tiba Ariel menyadari sesuatu, dia menatap Marlon sambil berkata, "Maksudmu .... Kemungkinan Bos pergi ke TKP untuk mencari Agam?"Marlon tidak berani mengangguk, hanya berkata, "Aku juga hanya menebak, kita sudah mencari ke semua tempat, kecuali TKP."Mereka saling memandang, tanpa komunikasi lebih lanjut, mereka sepertinya telah mencapai satu keputusan dan segera berlari ke mobil masing-masing.Kemudian, mobil Marlon dan mobil Keluarga Yanuar melaju ke pabrik yang meledak di pinggiran kota .......Di saat bersamaan.Sebuah kompleks bungalo di sebuah daerah kecil tidak jauh dari pinggiran kota.Tangan dan kaki Pamela diikat, dia dikunci di sebuah ruangan kecil, kotor dan berantakan, aroma daging panggang dan bir murahan tercium di udara.Dari waktu ke waktu juga terdengar suara orang-orang di luar mengumpat dan bercakap kotor ....Karena sedang hamil, Pamela hampir muntah mencium aroma tidak sedap itu.Kedua pria yang menculiknya ke sini sedang makan dan minum di luar bersama kom
Akan tetapi, pria berambut perak itu mencibir, "Dia memang mati dalam ledakan! Tapi kematiannya terlalu instan, terlalu mudah baginya! Jadi, setelah dia mati pun, aku akan menyiksa wanita yang paling dia sayangi dan membuatnya mati nggak tenang!"Pamela mundur perlahan, karena dia bisa melihat pria berambut perak itu tidak bermoral dan tidak sedang bercanda dengannya.Melihat Pamela mundur ketakutan, pria berambut perak itu sekali lagi meremehkannya, "Begini saja takut? Seingatku terakhir kali kamu sangat berani?"Pamela diam-diam menggertakkan giginya, tidak mengatakan apa-apa.Omong kosong! Terakhir kali diculik, dia belum hamil, bisa bergerak dengan leluasa, lebih dari cukup untuk menghadapi pria itu!Pria berambut perak tertawa kecil, "Tenang saja, sekarang aku nggak akan menyiksamu, berterima kasihlah pada anak dalam perutmu, dia masih berguna untukku. Setelah kamu melahirkan bajingan kecil di perutmu, aku akan menyiksamu perlahan!"Pamela terkejut dan bertanya dengan mengerutkan
Pamela menambahkan, "Meskipun uang triliunan nggak setara dengan kapitalisasi Perusahaan Dirgantara, setidaknya cukup untuk kamu hamburkan sampai tua, lagi pula nggak akan ada pemegang saham yang bersaing memperebutkan saham denganmu, kamu mendapatkannya dengan mudah!"Setelah berpikir sejenak, pria berambut perak tersenyum, lalu menaikkan dagu Pamela sambil berkata, "Ucapanmu ada benarnya, kalau benar yang kamu katakan, maka aku menginginkannya! Tapi, hanya anak-anak yang membuat pilihan, orang dewasa menginginkan semuanya, aku mau uang triliunanmu, aku juga mau semua aset Perusahaan Dirgantara!"Pamela tak menyangka dia begitu serakah, dia mengerutkan alis sambil bertanya, "Tuan, siapa namamu?"Pria berambut perak itu meliriknya. "Untuk apa kamu menanyakannya? Kamu nggak pantas mengetahui namaku!" jawabnya.Pamela berkata dengan tenang, "Kalau aku nggak salah tebak, harusnya nama belakangmu juga Dirgantara?"Melihat wajah masam pria berambut perak itu, Pamela tahu tebakannya benar, d
"Tapi kalau aku menemukan pria lain dari Keluarga Dirgantara, aku akan mendapatkan perlindungan ekstra, kita bisa bekerja sama, saling menguntungkan dan saling mendukung menuju puncak kehidupan, bagaimana menurutmu?" tambahnya.Pria berambut perak itu menatap Pamela beberapa saat, lalu mendorongnya menjauh dengan jijik sambil berkata, "Kamu pikir aku mau wanita bekas Agam?"Pamela tidak merasa terhina, bukannya marah, dia malah tersenyum sambil berkata, "Bukankah Grup Dirgantara juga bekas Agam? Kamu nggak keberatan dengan Grup Dirgantara, tapi kamu keberatan dengan wanitanya! Asal kamu tahu, aku berhasil menggoda Agam, artinya aku punya kemampuan."Pria berambut perak itu mulai terbujuk oleh Pamela ....Dia memang tidak pandai menjalankan bisnis, teman-teman di sekitarnya juga tidak bisa membantunya, dia memang perlu kaki tangan.Ucapan wanita ini ada benarnya, belum terlambat menghabisinya setelah puas dimanfaatkan.Memikirkan hal ini, pria berambut perak itu mengancam, "Kalau begitu
Ariel dan Justin ikut mendekat ....Jason menepuk debu di tangannya, berdiri, lalu memanggil kembali anak buahnya dan memerintahkan mereka mengikuti arah lintasannya!Kemudian, mereka juga memasuki mobil masing-masing dan mengikuti di belakang ....Karena bangunan pabrik yang terbengkalai di pinggiran kota tertutup lumpur, maka akan ada jejak mobil yang lewat, tapi di jalan aspal menuju pusat kota tidak akan ada jejak lagi!Mereka tidak punya pilihan selain berhenti, lalu menghubungi jaringan lalu lintas, memeriksa pengawasan jalan dan menyaring kendaraan yang mencurigakan ....Karena di malam hari tidak banyak mobil yang datang dari pinggiran kota, sebuah van yang mencurigakan segera teridentifikasi, mereka pun kembali berangkat!Dengan mengikuti rute yang terdeteksi oleh CCTV, mereka segera menemukan sebuah bungalo di gang sempit.Bungalo ini berpintu besi, terdengar suara banyak pria berbicara dari dalam, serta beraroma daging bakar ....Jason, Marlon, Ariel dan Justin turun dari mo