Olivia memberikan nomor ponsel Sophia pada Jason.Setelah menyimpan nomornya dan mengucapkan terima kasih, Jason berjalan keluar.Olivia mengikutinya dengan cemas, katanya,"Tunggu, aku ikut kalian."Jason tidak menghentikan langkahnya, tidak biasanya Justin pengertian, dia mengangkat tangan menghentikan Olivia sambil berkata, "Olivia, sebaiknya kamu jangan ikut, lebih baik temani kakek dan nenekmu di rumah, sekarang mereka lebih membutuhkanmu. Tenang saja, aku dan Kak Jason pasti akan menemukan Pamela!"Olivia mengerutkan keningnya dengan sedih, "Tapi ...."Justin membujuknya, "Kak Agam sudah tiada, kalau kamu nggak menjaga kakek dan nenekmu dengan baik, bukannya kamu bersalah pada Kak Agam di surga?"Pupil Olivia bergetar, kemudian berkata, "Baiklah, aku tunggu di rumah, kalian harus segera meneleponku kalau Kak Pamela sudah ditemukan!"Justin mengangguk. "Hm, jangan khawatir."...Setelah keluar dari kediaman Dirgantara, Jason menghubungi Sophia di mobil."Halo, siapa?"Saat ini suar
Tiba-tiba Ariel menyadari sesuatu, dia menatap Marlon sambil berkata, "Maksudmu .... Kemungkinan Bos pergi ke TKP untuk mencari Agam?"Marlon tidak berani mengangguk, hanya berkata, "Aku juga hanya menebak, kita sudah mencari ke semua tempat, kecuali TKP."Mereka saling memandang, tanpa komunikasi lebih lanjut, mereka sepertinya telah mencapai satu keputusan dan segera berlari ke mobil masing-masing.Kemudian, mobil Marlon dan mobil Keluarga Yanuar melaju ke pabrik yang meledak di pinggiran kota .......Di saat bersamaan.Sebuah kompleks bungalo di sebuah daerah kecil tidak jauh dari pinggiran kota.Tangan dan kaki Pamela diikat, dia dikunci di sebuah ruangan kecil, kotor dan berantakan, aroma daging panggang dan bir murahan tercium di udara.Dari waktu ke waktu juga terdengar suara orang-orang di luar mengumpat dan bercakap kotor ....Karena sedang hamil, Pamela hampir muntah mencium aroma tidak sedap itu.Kedua pria yang menculiknya ke sini sedang makan dan minum di luar bersama kom
Akan tetapi, pria berambut perak itu mencibir, "Dia memang mati dalam ledakan! Tapi kematiannya terlalu instan, terlalu mudah baginya! Jadi, setelah dia mati pun, aku akan menyiksa wanita yang paling dia sayangi dan membuatnya mati nggak tenang!"Pamela mundur perlahan, karena dia bisa melihat pria berambut perak itu tidak bermoral dan tidak sedang bercanda dengannya.Melihat Pamela mundur ketakutan, pria berambut perak itu sekali lagi meremehkannya, "Begini saja takut? Seingatku terakhir kali kamu sangat berani?"Pamela diam-diam menggertakkan giginya, tidak mengatakan apa-apa.Omong kosong! Terakhir kali diculik, dia belum hamil, bisa bergerak dengan leluasa, lebih dari cukup untuk menghadapi pria itu!Pria berambut perak tertawa kecil, "Tenang saja, sekarang aku nggak akan menyiksamu, berterima kasihlah pada anak dalam perutmu, dia masih berguna untukku. Setelah kamu melahirkan bajingan kecil di perutmu, aku akan menyiksamu perlahan!"Pamela terkejut dan bertanya dengan mengerutkan
Pamela menambahkan, "Meskipun uang triliunan nggak setara dengan kapitalisasi Perusahaan Dirgantara, setidaknya cukup untuk kamu hamburkan sampai tua, lagi pula nggak akan ada pemegang saham yang bersaing memperebutkan saham denganmu, kamu mendapatkannya dengan mudah!"Setelah berpikir sejenak, pria berambut perak tersenyum, lalu menaikkan dagu Pamela sambil berkata, "Ucapanmu ada benarnya, kalau benar yang kamu katakan, maka aku menginginkannya! Tapi, hanya anak-anak yang membuat pilihan, orang dewasa menginginkan semuanya, aku mau uang triliunanmu, aku juga mau semua aset Perusahaan Dirgantara!"Pamela tak menyangka dia begitu serakah, dia mengerutkan alis sambil bertanya, "Tuan, siapa namamu?"Pria berambut perak itu meliriknya. "Untuk apa kamu menanyakannya? Kamu nggak pantas mengetahui namaku!" jawabnya.Pamela berkata dengan tenang, "Kalau aku nggak salah tebak, harusnya nama belakangmu juga Dirgantara?"Melihat wajah masam pria berambut perak itu, Pamela tahu tebakannya benar, d
"Tapi kalau aku menemukan pria lain dari Keluarga Dirgantara, aku akan mendapatkan perlindungan ekstra, kita bisa bekerja sama, saling menguntungkan dan saling mendukung menuju puncak kehidupan, bagaimana menurutmu?" tambahnya.Pria berambut perak itu menatap Pamela beberapa saat, lalu mendorongnya menjauh dengan jijik sambil berkata, "Kamu pikir aku mau wanita bekas Agam?"Pamela tidak merasa terhina, bukannya marah, dia malah tersenyum sambil berkata, "Bukankah Grup Dirgantara juga bekas Agam? Kamu nggak keberatan dengan Grup Dirgantara, tapi kamu keberatan dengan wanitanya! Asal kamu tahu, aku berhasil menggoda Agam, artinya aku punya kemampuan."Pria berambut perak itu mulai terbujuk oleh Pamela ....Dia memang tidak pandai menjalankan bisnis, teman-teman di sekitarnya juga tidak bisa membantunya, dia memang perlu kaki tangan.Ucapan wanita ini ada benarnya, belum terlambat menghabisinya setelah puas dimanfaatkan.Memikirkan hal ini, pria berambut perak itu mengancam, "Kalau begitu
Ariel dan Justin ikut mendekat ....Jason menepuk debu di tangannya, berdiri, lalu memanggil kembali anak buahnya dan memerintahkan mereka mengikuti arah lintasannya!Kemudian, mereka juga memasuki mobil masing-masing dan mengikuti di belakang ....Karena bangunan pabrik yang terbengkalai di pinggiran kota tertutup lumpur, maka akan ada jejak mobil yang lewat, tapi di jalan aspal menuju pusat kota tidak akan ada jejak lagi!Mereka tidak punya pilihan selain berhenti, lalu menghubungi jaringan lalu lintas, memeriksa pengawasan jalan dan menyaring kendaraan yang mencurigakan ....Karena di malam hari tidak banyak mobil yang datang dari pinggiran kota, sebuah van yang mencurigakan segera teridentifikasi, mereka pun kembali berangkat!Dengan mengikuti rute yang terdeteksi oleh CCTV, mereka segera menemukan sebuah bungalo di gang sempit.Bungalo ini berpintu besi, terdengar suara banyak pria berbicara dari dalam, serta beraroma daging bakar ....Jason, Marlon, Ariel dan Justin turun dari mo
Mendengar percakapan itu, tinju keempat orang itu terkepal erat!Tidak ada yang saling menghentikan, mereka bersiap menyerbu ke dalam dan menghabisi sekelompok pria itu ....Mereka berjalan cepat keluar dari persembunyiannya, tiba-tiba, sosok bayangan hitam tinggi menghalangi mereka berempat!Keempatnya berwaspada, tetapi ketika melihat penampakan bayangan hitam dengan jelas, mereka terkejut secara serentak!Ternyata ....Bayangan hitam itu berkata kepada mereka berempat dengan suara yang dalam, "Aku ikut."Kemudian, bayangan hitam itu berjalan menuju halaman dengan tatapan seram, menendang pintu besi hingga terbuka dan mengejutkan sekelompok bajingan busuk yang sedang minum dan makan daging ....Melihat ada yang datang, komplotan pria berambut perak terkejut!"Kamu ... kamu ... bukannya sudah mati? Kamu manusia atau hantu?" tanya salah satu komplotan.Wajah Agam terlihat mengerikan. "Mana istriku?" tanyanya."Siapa istrimu? Kami nggak tahu! Teman-teman, serang! Tangkap dia hidup-hidup
Pamela yang kehilangan akal sehatnya mencekik pria berambut perak itu sambil memarahi, "Kalau dia mati, aku akan membuatmu dikubur bersamanya!"Wajah pria berambut perak itu memerah, tidak bisa bernapas."Bos ...."Mendengar suara Ariel, Pamela melepaskan tangannya yang sedang mencekik pria berambut hitam itu, dia menoleh ....Ternyata benar, Ariel datang.Bukan hanya Ariel, tapi juga Marlon ....Tak lupa Jason dan Justin ....Mereka semua datang mencarinya.Akan tetapi, itu bukan utamanya. Yang terpenting, Agam juga datang!Benar, Agam!Pria itu berdiri di tengah-tengah mereka, menatap Pamela dengan ekspresi terkejut, lalu menyipitkan mata rampingnya yang tampan dan sedikit tersenyum.Ariel berjalan ke arah Pamela terlebih dahulu, lalu berkata, "Bos, jangan biarkan orang ini mengotori tanganmu! Ayo, bangun dan istirahat dulu, kita serahkan dia ke polisi!"Pamela menatap Ariel, lalu menatap tangannya yang mencekik pria berambut perak itu, seketika dia tersadar dan menarik kembali tanga
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen