Agam mendengus dingin dan berkata, "Menurutmu, apa sekarang aku masih bisa bercanda denganmu?"Sophia mengangkat bahunya dan berkata, "Kenapa nggak bisa? Mungkin saja Nona Pamela sudah menjalani hidupnya dengan baik bersama orang lain? Kenapa kamu perlu bersedih dan semuram ini?"Agam mengerutkan keningnya dan berkata, "Sudah, cukup! Sekarang sudah larut, kamu cari saja satu kamar dan tidur sana!"Sophia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kamu nggak mengizinkanku tidur di kamar ini, adikmu juga nggak bersedia menerimaku tidur di kamarnya, aku harus tidur di mana?! Dengan mempertimbangkan nasibku ke depannya, aku nggak akan tidur di kamar tamu rumahmu!"Kilatan jijik melintas di mata Agam. "Hanya kamu yang memercayai takhayul seperti itu!""Ya, benar! Aku memang memercayai hal ini! Jadi, aku nggak akan tidur di kamar tamu! Kulihat, malam ini kamu juga nggak akan bisa tidur karena memikirkan Nona Pamela, bagaimana kalau kamu membiarkanku tidur di kamarmu? Besok aku akan pergi dari sin
"Kenapa kalian ribut-ribut di sini?!"Saat ini, pintu kamar terbuka, suara marah Agam pun terdengar.Begitu mendengar suara kakaknya, awalnya Olivia terkejut. Kemudian, tiba-tiba dia menyadari sesuatu hal dan berkata dengan ekspresi rumit, "Kak, Kakak sudah pulang, ya? Baru saja ... Kakak juga berada di dalam kamar? Apa yang kalian lakukan berduaan di dalam kamar saat Kak Pamela nggak ada?"Agam merasa tidak perlu memberi penjelasan kepada adiknya yang masih tidak mengerti membaca situasi itu. Dia hanya menegur adiknya dengan dingin, "Sudah jam berapa ini? Kenapa kamu masih berada di sini? Cepat kembali ke kamarmu dan tidur sana!"Olivia bergumam dengan kesal, "Pantas saja Pamela pergi meninggalkan rumah ini! Kak, nggak baik melakukan hal seperti ini!"Dia hanya berani bergumam, tidak berani membantah ucapan kakaknya. Setelah memelototi Sophia dengan tajam, dia baru pergi dengan kesal.Sophia mengangkat bahunya dan merentangkan kedua tangannya. "Agam, kamu juga sudah lihat sendiri, 'ka
Gedung baru Perusahaan Dirgantara dirancang dan dibangun oleh Perusahaan Vasant. Pihak Perusahaan Vasant mengatakan bahwa arsitek mereka, Moon sedang ada urusan, jadi tidak bisa menghadiri acara pengguntingan pita. Saat itu tiba, presdir perusahaan mereka akan menghadiri acara tersebut secara pribadi untuk menunjukkan ketulusan mereka dalam kerja sama ini.Mengetahui hal itu, para pemegang saham Perusahaan Dirgantara sangat kesal. Mereka tidak setuju presdir Perusahaan Vasant mewakili sang arsitek untuk melakukan gunting pita. Mereka beranggapan Perusahaan Vasant sengaja melakukan pengaturan seperti itu untuk mengutuk Perusahaan Dirgantara.Agam tidak memercayai hal-hal takhayul seperti itu. Namun, sebagai presdir perusahaan, dia tidak bisa mengabaikan pandangan para pemegang saham begitu saja.Karena itulah, dia menghubungi Ariel, presdir Perusahaan Vasant secara pribadi. Dia juga memberi ancaman secara halus bahwa kalau Moon tidak hadir dalam acara pengguntingan pita, maka Perusahan
Selain itu, Marlon dan Ariel juga mengirim orang untuk mencari keberadaan Pamela, tetapi tidak ada hasilnya.Sebenarnya wanita itu bersembunyi di mana?"Tuan, sudah sampai."Agam tersadar kembali dari lamunannya. Dia melemparkan pandangannya ke luar jendela mobil. Ternyata memang benar, dia sudah tiba di hotel tempat penyelenggaraan perjamuan bisnis.Setelah menjawab "hmm" singkat, dia pun keluar dari mobil.Pria itu melangkahkan kakinya dengan mantap memasuki aula perjamuan. Seorang wanita yang mengenakan pakaian mewah dengan postur tubuh berisi langsung berjalan menghampirinya ....Sophia menyunggingkan seulas senyum menawan dan berkata, "Agam, kenapa kamu baru datang? Semua orang sudah lama menunggumu!"Diam-diam, Agam menarik jarak dengan wanita itu dan berkata dengan nada sangat datar, "Bukan acara penting, apa gunanya aku hadir terlalu awal?"Sophia berkata, "Ini adalah perjamuan bisnis, tentu saja ini adalah acara yang sangat penting! Semua orang datang ke sini untuk saling bert
Melihat ekspresi Agam, Eric tidak banyak bertanya lagi.Sementara itu, Derry duduk bergabung dengan mereka dan berkata, "Menurutku, kalau kamu nggak bisa menemukannya, nggak perlu cari lagi. Lagi pula, bukankah hanya seorang wanita? Agam, kita nggak kekurangan wanita! Aku yakin kamu bisa menemukan wanita seperti apa pun yang kamu inginkan!"Agam hanya mengerutkan keningnya, dia malas menanggapi pria itu.Eric memelototi Derry dan berkata, "Walau kamu nggak berbicara, nggak akan ada orang yang menganggapmu bisu!"Derry sama sekali tidak tahu membaca situasi. Dia memasang ekspresi polos sambil mengangkat bahunya dan merentangkan tangannya. "Memangnya apa yang salah dengan ucapanku? Bukankah apa yang kukatakan ini adalah fakta? Ini bukan pertama kalinya wanita itu melarikan diri! Dia sudah mencampakkan Agam dua kali! Untuk apa Agam masih memikirkannya?! Agam, kalau aku adalah kamu, aku pasti sudah mencari wanita lain!"Ekspresi Agam berubah menjadi muram. Eric langsung mengulurkan kaki je
Sophia terkekeh dan berkata, "Tuan Muda Derry, kamu benar-benar orang yang menarik!""Apa gunanya menarik? Kamu juga nggak menyukaiku!""Jangan bercanda denganku lagi, Tuan Muda Derry. Aku tahu kamu nggak suka tipe wanita sepertiku!"...Pada saat bersamaan, di sebuah vila mewah yang berlokasi di pinggiran kota.Pamela sedang duduk diam seorang diri sambil makan malam dan menonton TV.Tempat ini juga merupakan vila milik Andra. Dia tinggal di tempat ini sudah hampir setengah tahun.Sebelumnya, setelah melarikan diri dari kediaman Keluarga Dirgantara, awalnya dia berencana untuk menunggu momen yang tepat meninggalkan kota ini dengan menumpangi pesawat pribadi milik Andra.Namun, dia sama sekali tidak menyangka momen tepat yang dinantikannya tak kunjung datang. Agam terus menambah sumber daya manusia untuk melacak keberadaannya di kota ini, bahkan pengawasan terhadap kamera pengawasan lalu lintas sangat ketat.Walaupun Andra memiliki pesawat pribadi dan bisa membantunya, tetapi pesawat p
Pria itu cenderung bersikap dingin pada sebagian besar orang dalam berbagai situasi dan kondisi.Masalah paling besar sekarang adalah menghadiri acara itu dalam kondisi hamil delapan bulan benar-benar mudah menjadi target yang dicurigai!Namun, kalau dia tidak menghadiri acara itu, Perusahaan Dirgantara tidak akan melunasi pembayaran akhir. Kalau sampai hal itu terjadi, Perusahaan Vasant akan menghadapi risiko perputaran dana tidak lancar, bahkan mengakibatkan kebangkrutan ....Dia sendiri yang merintis bisnis dan membangun perusahaan itu dengan susah payah. Bagaimana mungkin dia bersedia melihat perusahaannya bangkrut begitu saja?Lagi pula, sekarang dia sudah punya anak. Dia mengharapkan penghasilan dari perusahaan itu untuk membesarkan anaknya!Makin memikirkan hal itu, dia makin gelisah. Dia tidak bisa menemukan sebuah solusi yang bagus!Tepat pada saat ini, bel pintu vila berbunyi.Pamela tersadar kembali. Saat itu pula, kewaspadaan langsung menyelimuti hatinya. Siapa yang datang?
Pamela duduk bersandar di sofa dan berkata dengan linglung, "Nggak apa-apa."Sorot mata khawatir tampak jelas di mata Andra. "Apa mungkin kamu mengalami sindrom prenatal? Bagaimana kalau aku meminta seorang dokter untuk datang ke sini memeriksa kondisi tubuhmu?"Pamela menggelengkan kepalanya.Andra berkata dengan lembut seakan-akan sedang berjanji pada Pamela. "Jangan khawatir, aku selalu berhati-hati dalam bertindak. Aku nggak akan membiarkan Keluarga Dirgantara menemukan keberadaanmu. Kalau kamu merasa kurang enak badan, harus beri tahu aku!""Nggak apa-apa. Tubuhku benar-benar baik-baik saja." Pamela mengalihkan pandangannya ke arah Andra, lalu berkata dengan tidak enak hati, "Tuan Andra, terima kasih atas semua yang telah kamu lakukan untukku. Aku benar-benar tidak ingin merepotkanmu lagi."Andra mengerutkan keningnya dan tampak sedikit kesal. "Kalau kamu benar-benar ingin berterima kasih padaku dengan tulus, jangan selalu memanggilku Tuan Andra, panggil saja namaku secara langsun
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen