Pamela duduk bersandar di sofa dan berkata dengan linglung, "Nggak apa-apa."Sorot mata khawatir tampak jelas di mata Andra. "Apa mungkin kamu mengalami sindrom prenatal? Bagaimana kalau aku meminta seorang dokter untuk datang ke sini memeriksa kondisi tubuhmu?"Pamela menggelengkan kepalanya.Andra berkata dengan lembut seakan-akan sedang berjanji pada Pamela. "Jangan khawatir, aku selalu berhati-hati dalam bertindak. Aku nggak akan membiarkan Keluarga Dirgantara menemukan keberadaanmu. Kalau kamu merasa kurang enak badan, harus beri tahu aku!""Nggak apa-apa. Tubuhku benar-benar baik-baik saja." Pamela mengalihkan pandangannya ke arah Andra, lalu berkata dengan tidak enak hati, "Tuan Andra, terima kasih atas semua yang telah kamu lakukan untukku. Aku benar-benar tidak ingin merepotkanmu lagi."Andra mengerutkan keningnya dan tampak sedikit kesal. "Kalau kamu benar-benar ingin berterima kasih padaku dengan tulus, jangan selalu memanggilku Tuan Andra, panggil saja namaku secara langsun
Andra menyipitkan matanya dan berkata, "Lala, sebenarnya apa hubunganmu dengan Perusahaan Vasant?"Pamela tidak menyembunyikan hal itu dari Andra lagi. "Ariel dan Marlon adalah temanku sejak kecil.""Oh, begitu ya!" Andra sudah cukup memahami apa hubungan Pamela dengan Perusahaan Vasant, jadi dia tidak bertanya lebih jauh lagi. "Masalah ini memang sedikit merepotkan! Dua triliun bukan nominal kecil!"Ya, memang benar. Karena nominal fantastis itu pula yang membuat Pamela pusing. Kalau hanya ratusan juta atau miliaran, dia bisa langsung memilih untuk melepaskan uang itu begitu saja!"Lala, apa kamu pernah dengar tentang teknik mengubah wajah?" tanya Andra sambil mengangkat alisnya dan tersenyum.'Teknik mengubah wajah?' Bibir Pamela tampak berkedut. "Apa kamu sedang membicarakan tentang novel seni bela diri?"Andra menggelengkan kepalanya dan berkata, "Bukan begitu. Aku dengar-dengar sekarang ada benda semacam topeng untuk meniru wajah seseorang dijual di pasaran. Setelah memakai topeng
Tepat pada saat ini, sekretarisnya mengetuk pintu ruangannya.Ariel tersadar kembali dari lamunannya dan berkata, "Masuk."Sang sekretaris mendorong pintu dan berjalan masuk ke dalam ruangan, lalu menyodorkan sebuah dokumen kepadanya. "Bu Ariel, ini dokumen yang tadi Ibu minta."Ariel menganggukkan kepalanya dan berkata, "Hmm, letakkan saja!"Setelah meletakkan dokumen itu di atas meja sesuai instruksi Ariel, sekretaris itu bertanya, "Hmm .... Bu Ariel, Tuan Muda Keluarga Yanuar itu datang mencari Ibu lagi. Apa aku harus mempersilakannya masuk?"Mendengar Justin datang lagi, Ariel memijat-mijat pelipisnya dan berkata, "Persilakan dia masuk!"Kalau tidak dipersilakan masuk, pemuda itu juga tidak akan pulang ke rumah dengan patuh, melainkan akan berjalan mondar-mondir di depan pintu ruangannya. Tentu saja tidak baik kalau sampai bawahannya melihat pemuda itu mondar-mandir di depan pintu ruangannya."Baik!" jawab sekretaris itu sambil membungkukkan badannya dengan penuh hormat, lalu berja
Ariel mengendarai mobilnya, membawa Justin ke sebuah restoran masakan barat yang terkenal.Memang perlu diakui bahwa butuh perjuangan bagi pemuda itu untuk keluar dari rumah dan menemuinya. Jadi, dia memutuskan untuk membawa pemuda itu memakan makanan yang lezat.Pada akhirnya, begitu memasuki restoran, dia malah bertemu dengan seseorang yang dikenalnya.Agam juga sedang makan di restoran ini. Wanita yang duduk berhadapan dengannya sangat seksi dan menawan. Keduanya tampak sedang makan sambil membicarakan sesuatu.Ariel menyipitkan matanya, kilatan benci sekaligus jijik melintas di matanya.'Sepertinya Pak Agam sedang asyik mengobrol dengan istri sahnya! Tapi, walau demikian, dia tetap nggak berencana melepaskan Bos dan sengaja memasang 'perangkap' di seluruh Kota Marila.''Sebenarnya, apa yang dia inginkan dengan mencari Bos lagi? Apa dia nggak bisa menjalani hari-hari dengan baik bersama istri berdarah campurannya itu saja?''Dengan begitu, Bos juga nggak perlu bersembunyi lagi karen
Berbeda dengan Ariel, Justin tidak berpikir banyak. Dia berkata, "Kak Ariel, kalau begitu, kita makan bersama Kak Agam saja. Lagi pula, lebih asyik kalau makan ramai-ramai!"Setelah berpikir sejenak, Ariel berjalan menghampiri meja yang ditempati oleh Agam dan Sophia. Dia bersiap untuk mencari tahu tentang wanita yang bernama Sophia itu."Kalau begitu, kami nggak akan sungkan lagi!"Senyuman di wajah Sophia tampak makin cerah. "Tentu saja kalian nggak perlu sungkan. Kalian adalah teman Agam, itu artinya kalian juga temanku!"Ariel membenarkan posisi bingkai kacamatanya dan mencibir dalam hati.Di balik sikap ramah wanita bernama Sophia ini, sebenarnya ucapannya mengandung makna tersirat, yaitu dia sedang menunjukkan bahwa hubungannya dengan Agam sangat dekat.Adapun mengenai apakah sebenarnya dia sengaja menunjukkan hal itu atau membocorkan informasi tersebut tanpa sengaja, masing-masing orang memiliki pandangan masing-masing!Ariel duduk di samping Sophia. Secara naluriah, Justin dudu
Hah!Sophia juga bukan wanita yang sederhana. Jelas-jelas dia tahu bahwa Ariel adalah teman Pamela. Namun, dia sengaja mengatakan bahwa belakangan ini Agam sudah jarang membahas tentang Pamela di hadapan Ariel. Wanita itu jelas-jelas sedang menyatakan bahwa Agam adalah miliknya secara tidak langsung.Karena tidak bisa menyatakan kepemilikannya atas pria itu di hadapan Pamela secara langsung, jadi dia menyatakan kepemilikannya atas pria itu di hadapan Ariel. Mengapa demikian? Karena dia beranggapan, sebagai teman baik Pamela, Ariel pasti akan menyampaikan makna tersiratnya kepada Pamela.'Hehe! Sepasang pria dan wanita ini benar-benar licik!'"Hal yang nggak ingin Pak Agam beritahukan kepadamu, kenapa kamu beranggapan aku akan memberitahumu? Nona Sophia, sebuah kehormatan bagiku karena kamu mengundang kami untuk makan bersama kalian. Tapi, kupikir sepertinya kita nggak akrab, 'kan?"Mendengar sindiran Ariel, Sophia tidak marah, kondisi psikologisnya sangat baik. Dia tetap tersenyum dan
Ekspresi Ariel berubah menjadi muram. Kemudian, dia menyunggingkan seulas senyum dan berkata, "Ya, pernah. Memangnya kenapa?"Sophia bertopang dagu dan mengedipkan mata indahnya. "Nona Pamela mengatakan hal-hal buruk apa tentang Agam? Coba beri tahu aku, agar aku bisa memberi penilaian. Seharusnya pandangan kami hampir sama!"Ariel terkekeh dan berkata, "Nona Sophia, sepertinya aku dan kamu benar-benar nggak seakrab itu sampai-sampai bisa membicarakan hal-hal seperti ini."Sophia mengangkat bahunya dengan bosan. Seakan-akan kecewa karena tidak memperoleh jawaban yang dia inginkan, dia tidak bertanya lebih lanjut lagi.Kali ini, Agam yang angkat bicara."Dia ... pernah mengataiku apa?"Ariel tertegun sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Agam. Kilatan dingin melintas di matanya. Kemudian, dia menyunggingkan seulas senyum dan berkata, "Seharusnya sekarang Pak Agam nggak peduli lagi dengan apa yang pernah dikatakannya, bukan?"Agam tidak punya kesabaran untuk bermain tarik ulur d
Dia pernah bertemu banyak nyonya keluarga kaya, ada banyak di antara mereka yang tidak bisa mengendalikan pasangan mereka keluar dan bermain dengan wanita lain. Mereka hanya bisa berpura-pura tidak mengetahui hal itu. Namun, sangat jarang ada wanita seperti Sophia yang berpikiran sangat terbuka dan sama sekali tidak mengeluh.Ariel tidak berbicara. Seolah-olah berbaik hati, Sophia mengingatkannya lagi, "Bu Ariel, kamu juga harus berpikiran sedikit terbuka, ya! Kalau wanita nggak berpikiran terbuka, hari-hari yang dia lalui akan sangat melelahkan!""Hmm? Aku harus berpikiran terbuka mengenai apa?" Ariel tidak mengerti maksud wanita itu.Sophia terkekeh dan berkata, "Maksudku Tuan Muda Justin masih muda dan polos. Dia pasti sudah mengumbar banyak janji padamu, 'kan? Jangan terlalu menganggap serius janjinya. Perasaan seorang pria bisa datang dengan cepat dan pergi dengan cepat pula. Saat perasaan mereka sudah berubah, mereka akan mencampakkan wanita mereka begitu saja!"Ariel tertegun se