Share

Bab 39 Protagonis yang Tersakiti

Penulis: Yuni Masrifah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

POV Indri

Setelah aku sampai di villa yang sekarang aku sebut rumah, aku bergegas hendak mandi karena badan rasanya lengket gerah sekali.

Baru juga masuk ke dalam kamar mandi. Pemandangan memilukan terpampang nyata di depan mata. Pasta gigiku habis, dan mau tidak mau, aku harus pergi membeli pasta gigi.

Terpaksa aku mengenakan kembali bajuku, dan pergi ke warung Fina.

Keringat sudah membuatku tidak nyaman. Aku mempercepat jalanku.

Sampai di depan warung, aku melihat Fina dan beberapa tetangga sedang sibuk membuat adonan kue, di teras rumah bu Ida, yang berhadapan langsung dengan warung Fina.

"Wah … lagi pada bikin apa nih? Kayaknya lagi pada sibuk, ya?" tanyaku berbasa-basi.

"Eh kamu, Ndri. Ini, kami lagi buat kue kering. Kebetulan ada pesanan kue buat acara hajatan kerabat Bu Ida," jawab Fina.

"Wah … ada acara hajatan ya, Bu? Kapan hajatannya?" tanyaku kepada bu Ida. Bu Ida adalah tetangga Fina, salah satu warga yang aku kenal di tempat ini.

"Dua hari lagi, Neng. Makanya Ibu disuruh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 40 Gegabah

    POV Indri"Aku tahu apa yang mesti aku lakukan," imbuhku dengan tersenyum lebar.Adit mengangguk dan tersenyum kecil."Bagus, lakukan dengan baik. Oh iya, aku ada sesuatu buat kamu. Sebentar aku ambilkan di mobil." Adit beranjak dan keluar menghampiri mobil angkotnya.Tak berselang lama, Adit datang sambil menenteng sesuatu."Apa itu?" tanyaku penasaran."Makanan buat kamu," jawab Adit lalu memberikannya padaku.Aku menerima makanan itu lalu membukanya."Terima kasih, kita makan sama-sama, ya!" ucapku."Tidak, buat kamu saja. Aku sudah makan tadi di tempat membeli makanan ini," tolak Adit secara halus."Oh iya, Dit, aku nggak ngerti deh, gimana sih caranya Andi membobol atmku. Pasalnya dia kan nggak tahu password atmku. Kok bisa ya?" ujarku sambil memakan makanan pemberian Adit."Jaman sekarang apa sih yang nggak bisa. Bisa saja Bang Andi membayar seorang hacker untuk membobol ATM kamu, dengan melacak m b*nking kamu. Jaman sekarang ranah pribadi sangat rentan oleh hacker," jelas Adit.

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 41 Ketemuan

    POV AndiSatu juta, dua juta, tiga juta, lima juta. Sepertinya ini cukup untuk Indri. Pokoknya aku harus terlihat sempurna di mata Indri. Sebisa mungkin, semua kesalahanku dulu tertutup oleh semua kebaikanku sekarang.Aku tahu, Indri pasti masih berharap semua harta warisannya kembali ke tangannya. Ya, walaupun begitu, aku tidak akan melepaskannya begitu saja. Kecuali seperti yang sudah aku bicarakan dengan Indri sebelumnya. Dia siap menikah denganku dan punya anak dariku, maka aku pun siap mewariskan semuanya untuk anakku, dan tidak kepada Indri. Dengan begitu, aku bisa memiliki keduanya tanpa takut kehilangan salah satunya.Aku memasukkan semua uang itu ke dalam amplop coklat. "Uang untuk apa itu, Mas?" Aku menoleh ke belakang, ternyata Hana sudah berdiri tepat di belakang sofa tempatku duduk."Buat gaji karyawan," jawabku santai."Oh gitu? Tapi kan ini bukan tanggal gajian setahu aku," imbuh Hana."Iya aku tahu, tapi waktu tanggal gajian, aku sempat menunda karena ada suatu halan

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 42 Hajatan

    POV IndriAku buru-buru pergi dari tempat aku ketemuan dengan Andi.Uang pemberian darinya aku masukkan ke dalam tas yang aku bawa. Lumayan, buat aku jadikan modal usaha dan biaya hidup, pikirku.Aku harus mendapatkan uang-uang itu lebih banyak dari ini. Aku harus bisa mendapatkannya, karena bagaimanapun uang-uang yang ada di tangan Andi, adalah hakku.Kini aku sudah berada di gang masuk ke tempat tinggalku. Sebelum benar-benar masuk, aku memastikan terlebih dahulu, bahwa Andi tidak mengikutiku.Serasa aman, aku segera melangkahkan kakiku untuk pulang.Siang ini, aku ada janji akan membantu bu Ida membuat kue lagi. Kemudian besok, aku juga harus mengantar kue-kue itu ke tempat hajatan kerabat bu Ida.Jujur, hatiku merasa senang sekarang. Aku bisa bercengkrama dengan warga, dan mempunyai kegiatan. Aku tidak merasa kesepian lagi tinggal disini.Singkat ceritaSore hari, aku dan yang lain sudah selesai membuat kue di teras rumah bu Ida."Neng, ingat ya besok, kamu ikut dan harus siap pag

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 43 Sah

    POV Indri "Yusuf, ternyata yang menikah adalah yusuf," batinku.Aku tersenyum melihatnya menikah dengan perempuan pilihan orang tuanya. Namun yang membuatku mengganjal, wajah Yusuf terlihat murung dan seperti tidak bahagia di acara pernikahannya. Tapi aku tidak boleh berburuk sangka, mungkin yang dirasakan Yusuf saat ini adalah terharu.Aku teringat akan kebaikan Yusuf selama aku hamil dan tinggal di kontrakan miliknya. Aku memang tidak mencintainya, tapi kebaikan dan semua perhatiannya akan selalu aku ingat. Dia adalah orang baik, dan sudah sepatutnya mendapatkan yang terbaik.Aku duduk di barisan paling belakang ingin menyaksikan acara akad ini. Acara akad Yusuf digelar di luar rumah, yang didekorasi oleh tenda-tenda mewah. Sehingga siapapun yang ingin menyaksikan, diperbolehkan karena tempatnya cukup luas.Terdengar penghulu menuntun Yusuf mengucapkan ijab kabul."Saya nikahkan engkau ananda Yusuf dengan Selina binti Lili, dengan mas kawin perhiasan sebesar 20 gram dan 1 unit moto

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 44 Berubah

    POV HanaAku heran, melihat mas Andi seharian ini sibuk menatap layar ponselnya. Hari ini mas Andi sengaja tidak pergi ke tokonya. Padahal aku sangat berharap jika ia tidak pergi ke toko atau sekedar mengontrol kebun dan sawah, ia bisa meluangkan waktunya untukku.Aku sangat ingin diperhatikan olehnya, terlebih saat ini aku sedang hamil.Namun kenyataannya, mas Andi terlihat mulai berubah entah kenapa. Entah ini hanya perasaanku saja, atau memang mas Andi benar-benar telah berubah.Perhatian dan kasih sayangnya terlihat dipaksakan. Tidak seperti dulu, saat aku belum hamil, setiap hari aku selalu dimanjakan. Aku menjadi prioritasnya sebelum yang lain. Tapi sekarang? Aku hanya bisa mengelus dada.Pernah suatu malam, aku terbangun dari tidurku karena haus. Tapi saat hendak beranjak, aku melihat mas Andi tidur membelakangiku, namun aku melihat cahaya ponsel yang menyala.Diam-diam aku memperhatikannya cukup lama, tanpa ia sadari. Aku sedikit mengintip apa yang sedang ia lakukan dengan pon

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 45 Kerja Sama

    POV Hana Akhirnya mas Andi berkenan mengajakku untuk bertemu dengan pak Samsudin. Aku tahu mas Andi keberatan, tapi aku lebih keberatan jika aku tidak ikut. Bukan karena aku mau dimanja atau apa. Tapi aku hanya ingin mengawasi mas Andi, apa saja yang ia lakukan di luaran sana. Aku tidak akan posesif begini, jika mas Andi tidak menyulut api terlebih dahulu. Bukti pesan tadi, sudah bisa membuatku curiga. Bukan hanya pesan, bahkan riwayat telepon pun terhitung banyak ke nomor yang diberi tanda I dan emot senyum itu. Aku segera bersiap dengan mengganti baju. Merias diri secantik mungkin. Namun aw … jerawatku yang sudah merah merona tak sengaja tersapu oleh tanganku. Sehingga kulit wajahku mengeluarkan nanah bercampur darah yang terasa perih dan sakit. Setelah selesai merias diri di depan cermin. Aku segera menghampiri mas Andi yang sudah bersiap di dalam mobil kami. "Jangan cemberut gitu, dong. Aku nggak suka lihat suamiku cemberut," ujarku menggoda. "Ya!" Mas Andi tersenyum

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 46 ART Baru

    POV HanaMas Andi mematikan teleponnya, kemudian menyimpan ponselnya di dalam saku celananya."Hari ini kita kedatangan tamu. Kata Ibu, dia mau melamar menjadi art di rumah kita. Kita harus pulang, karena kita harus selektif memilih art. Jangan sampai …."Mas Andi menghentikan ucapannya. Dia melirik ke arah Adit yang masih berdiri mematung di hadapan kami."Ngapain kamu masih berdiri di sini? Masih untung ya, Pak Samsudin mau memaafkan kesalahan kamu. Coba kalau kamu diminta ganti rugi, bisa habis kamu. Sana pergi, cari uang yang banyak, siapa tahu bisa beli kapal," usir mas Andi sambil mencemooh.Dengan mata yang terlihat marah, Adit pun tanpa banyak bicara, dia pergi menuju angkotnya. Secepatnya dia pergi dan secepat kilat mobilnya sudah tidak terlihat lagi dari pandangan kami."Kita mesti selektif memilih art untuk rumah kita. Jangan sampai dia lebih pintar daripada kita. Kalau dia bodoh, maka itu lebih bagus." Mas Andi meneruskan ucapannya yang tadi sempat terputus."Iya, kamu ben

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 47 Surat

    POV FinaAku tertawa melihat pak Andi bersin-bersin di depan bu Hana. Ternyata rencanaku berhasil mengerjai pak Andi, dengan mencampurkan serbuk bersin di makanan kesukaannya, yang sengaja aku beli di jalan tadi.Semula aku sangat takut menerima tawaran kerja disini dari Indri. Tapi demi membantu Indri, aku bertekad bersedia melamar pekerjaan di rumah ini.Segala keperluanku untuk pergi ke rumah ini, telah diatur sedemikian rupa oleh Indri. Diantaranya baju yang terlihat norak dan aku disuruh berpura-pura terlihat bodoh. Dengan itu, aku bisa menyelidiki tentang apa saja yang dilakukan oleh pak Andi dan bu Hana. Dan soal serbuk bersin, sengaja aku campurkan ke dalam makanan kesukaan pak Andi, karena aku ingin memberi pelajaran terhadapnya. Siapa suruh jahat kepada sahabatku? Maka bersiap-siaplah, kejutan lainnya akan aku suguhkan untuk kalian semua.Aku mengintip sambil menahan tawa di ambang pintu. Wajah bu Hana terlihat belepotan makanan dari mulut pak Andi."Ih Mas, kamu jorok bange

Bab terbaru

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 60 Sah

    (Double POV)POV AndiDua Minggu kemudian, hari yang sangat aku tunggu-tunggu yang rasanya lama sekali menuju hari ini.Dari pagi aku sudah mempersiapkan diri untuk acara pernikahan aku dengan Indri.Rencana pernikahan yang diadakan secara sederhana, tanpa mengundang siapa pun. Bahkan ibu dan bapak pun tak tahu jika aku akan menikah lagi dengan Indri. Karena jika mereka tahu, bisa kacau semuanya. Bisa saja mereka akan memberitahu Hana dan Hana akan membuat pernikahanku dengan Indri hancur."Mas, kamu wangi sekali. Mau kemana?" tanya Hana sambil memomong anaknya."Mau kerja, nggak usah interogasi aku. Aku mau kerja, jelas?" pungkasku."Aku cuma nanya saja, Mas. Kamu jawabnya terlalu ketus. Kamu kenapa, Mas? Sikap kamu benar-benar berubah seperti itu? Apa ini gara-gara perempuan itu? Kamu jadi seperti ini sama aku?" tanya Hana.Aku berbalik badan dan menghadap ke arah Hana."Nggak usah sangkut pautkan itu dengan Indri. Kamu pikir sendiri, kenapa aku bisa seberubah ini sama kamu!" Aku me

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 59 Lamaran

    POV IndriAku berada di dalam mobil Andi. Andi ingin mengantarkanku pulang, karena dia sudah mengetahui rumahku. Namun aku mengiyakan saja, padahal dalam hati aku tertawa, dia tidak tahu saja kalau aku sudah pindah ke kontrakan yang jauh dari rumahku."Kenapa kamu senyum-senyum? Bahagia banget kayaknya?" tanya Andi."Nggak apa-apa, aku cuma senang karena sebentar lagi kita akan menikah," jawabku.Rencanaku beberapa langkah lagi akan berhasil, semoga saja.Aku akan mendiskusikan lagi rencanaku dengan Leo alias Adit, setelah Andi pulang nanti.Awalnya aku takut rencanaku gagal setelah aku bertemu dengan kedua orang tua angkat Leo. Pasalnya beberapa bulan lalu ibu angkat Leo pernah memergoki aku yang sedang menyelinap di rumahku yang dulu. Tapi syukurlah, sepertinya dia tidak mengenali aku. Karena waktu itu aku tidak menampakkan wajahku karena memakai masker.Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam.Mobil yang dikemudikan Andi sudah berada di depan rumahku. Aku buru-buru keluar dan hen

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 58 Rencana Menikah

    POV AndiAku tak menyangka anakku lahir seperti itu. Aku kembalikan anak itu ke gendongan Hana."Kenapa, Mas?" tanya Hana. Sepertinya Hana bisa membaca pikiranku."Tidak, tidak mungkin. Ini bukan anakku, tidak!" sanggahku."Mas, ini anak kita, darah daging kamu." Hana berusaha membujukku supaya aku mau mengakui anak itu."Tidak, anakku tidak mungkin seperti itu. Tidak!"Aku mundur beberapa langkah hingga ujung pintu.Blag!Aku keluar dan menutup pintu dengan cukup keras."Andi, kenapa kamu? Apakah bayinya baik-baik saja?" tanya Ibu dan Bapak, yang belum tahu keadaan anak itu.Aku tidak menjawab, aku melewati mereka dan pergi secepat mungkin dari rumah sakit."Ya Tuhan, bagaimana kalau orang-orang tahu, kalau aku mempunyai anak seperti itu. Tidak, ini tidak boleh dibiarkan. Mereka tidak boleh tahu," batinku.Aku memutuskan untuk menemui Indri di rumahnya saja. Aku memacu mobilku menuju kediaman Indri.Sampai disana, aku langsung mengetuk pintunya.Tok! Tok! Tok!Aku menunggu Indri memb

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 57 Melahirkan

    POV AndiProk! Prok! Prok!"Bagus, Mas, bagus sekali. Ternyata kecurigaanku benar dan semuanya terbukti," imbuh Hana.Hana yang ditemani oleh Fina, berdiri dengan menatapku nyalang."Ha-Hana, sejak kapan kamu disini?" tanyaku tergugup."Sejak kamu memberikan cincin itu kepada wanita sial*n itu. Maaf Mas, aku bukan orang bodoh yang dengan seenaknya kamu bohongi. Kamu teledor, Mas, aku sempat melihat cincin itu yang bertuliskan nama perempuan itu. Hebat kamu, Mas, sungguh kamu pemain yang hebat. Omongan kamu selama ini hanya omongan kosong. Mengaku membenci Indri, tapi pada kenyataannya kamu melamarnya hari ini.Oke, nikmatilah kebahagiaan kamu yang sementara ini, Mas. Karena ini bisa menjadi bom waktu buat kamu. Cepat atau lambat, semuanya akan terbongkar." Hana mengeluarkan semua unek-uneknya yang justru membuatku ketar-ketir.Hana mendekati Indri, dan berdiri menatapnya dengan tatapan sinis. Aku khawatir jika Hana akan melakukan sesuatu kepada Indri.Plak!Aku terperanjat saat Hana m

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 56 Artis Dadakan

    POV AndiAku berdiri sambil mengetuk pintu rumah yang ditempati Indri. Lumayan lama aku berdiri disitu, tapi tidak ada tanda-tanda Indri membukakan pintu untukku."Kemana Indri? Apakah dia marah karena aku mengetahui alamat rumahnya? Tapi apa masalahnya? Kenapa juga Indri marah padaku jika aku mengetahui rumahnya? Bukankah aku dan dia akan segera menikah?" batinku.Aku mencoba menghubunginya untuk memastikan apakah dia ada di dalam rumah ini atau tidak.Setelah tersambung dan Indri mengangkat telepon dariku, akhirnya perasaanku merasa lega, tatkala Indri memberitahuku dia sedang berada di luar kota, di tempat kerabat jauhnya. Dia juga berpesan kepadaku, agar aku menjaga hatiku untuknya, selama dia jauh dariku. Entahlah, hanya mendengar kata-kata itu saja membuat hatiku berbunga-bunga.Aku pun pulang ke rumah, karena percuma saja aku tetap disini, karena Indri tidak ada.Aku menaiki mobilku, dan keluar dari gang rumah Indri. Sebelum aku pulang, aku mampir ke toko mas, untuk mengambil c

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 55 Sekian Lama Terpisah

    POV Pak Samsudin "Iya betul, Adit adalah anak saya. Dia anak bungsu kami," jawab pak Edi.Mendengar jawabannya, sama sekali tak membuatku puas."Tolong jawab yang jujur, Pak Edi. Saya mohon, sekali lagi saya tanya sama Bapak, apakah benar Adit adalah anak Bapak?" Aku mengulang pertanyaan."Saya serius, Pak. Ini Adit anak saya! Ini sebenarnya ada apa, Pak Sam? Kenapa Bapak bisa bertanya demikian kepada saya?" tanya Pak Edi.Aku kemudian mengambil dompetku dan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya."Coba Bapak lihat ini," tunjukku. Aku memperlihatkan sebuah foto berukuran kecil yang selalu aku bawa kepada pak Edi dan istrinya. Foto anakku yang masih sangat kecil sebelum tragedi hilangnya anakku terjadi."Adit," lirih pak Edi.Aku menatap pak Edi dengan intens. Melihat ekspresinya aku yakin, dia memang terkejut setelah melihat foto itu."Bapak dapat dari mana foto anak saya?" tanya pak Edi.Dari pertanyaannya saja sudah membuatku yakin jika Adit adalah anakku yang hilang."Satu lagi!" Aku

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 54 Tanda Lahir

    POV IndriAku buru-buru menghampiri Adit, dan bertanya ada apa."Adit, ada apa ini? Kok Bapak ini marahin kamu?" tanyaku.Aku menoleh ke arah pria paruh baya itu."Ajarin pacar kamu, untuk lebih sopan terhadap orang yang lebih tua. Gara-gara dia, tangan saya tersiram kuah sup panas. Ponsel saya juga terjatuh, untung saja tidak sampai pecah. Bukan hanya itu, pacar kamu juga pernah menyerempet mobil saya hingga lecet," ujar pria paruh baya itu dengan menatap bengis."Tapi ini bukan salah saya, Pak! Bapak sendiri yang jalannya tidak hati-hati. Berjalan menunduk sambil main ponsel. Kenapa malah nyalahin saya? Soal mobil itu, saya minta maaf. Saja akan ganti rugi, hitung saja berapa kerugian yang Bapak alami," timpal Adit penuh emosi."Jangan sombong kamu, cuma sopir angkot saja lagaknya seperti orang kaya. Contoh kakak kamu, bukan pecicilan seperti ini," cetus pria itu."Maaf, Pak! Tidak usah membanding-bandingkan saya dengan kakak saya. Anda tidak tahu saja seperti apa kakak saya." Adit

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 53 ODGJ

    POV Indri Setengah perjalanan kembali, perutku terasa lapar. Tadi pagi aku dan Adit belum sempat sarapan, karena kami berdua terlalu fokus dengan tujuan kami."Aku lapar," imbuhku sambil memegangi perut."Oke, kita makan dulu. Itu ada pedagang nasi uduk, lebih baik kita makan disana," ajak Adit.Kami berdua turun dari dalam mobil. Kemudian menghampiri penjual nasi uduk.Kring! Kring! Kring!Aku mengabaikan telepon darinya. Rasanya aku malas untuk mengangkatnya."Kenapa nggak diangkat?" tanya Adit."Nggak ah malas, ini telepon dari Andi. Pasti dia ngajak ketemuan lagi. Ah … terlalu sering membuat aku bt," jawabku.Adit mengangguk sambil memakan nasi uduk pesanan kami.Aku pun berinisiatif mengirim pesan kepada Andi, supaya dia tidak menelponku lagi."Maaf, Mas, aku sedang berada di luar kota. Aku sedang menjenguk kerabat jauhku. Aku kangen sama mereka. Jaga hatimu untuk aku, ya selama aku jauh dari kamu." (Send).Aku mendelik dan bergidik saat mengirim pesan itu."Sudah selesai sarapa

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 52 Aku Kaya

    POV Adit"Apa? Kamu serius?" tanyaku memastikan."Ya beneran, secepatnya kita mesti menggalinya. Aku masih ingat betul dimana tempat aku waktu itu mengubur baju bi Ratmi," jawab Indri."Oke kalau begitu, besok subuh kita ke tempat bi Ratmi. Supaya kita bisa cepat-cepat menyelesaikan permasalahan ini," ajakku."Oke, baiklah! Semoga keadaan disana masih sama. Karena rumah bi Ratmi sudah dijual oleh Hana," sahut Indri."Ya sudah, lebih baik kita istirahat dulu. Supaya besok subuh kita nggak telat. Nanti aku jemput kamu. Jangan lupa, pas aku jemput kamu, kamu sudah bersiap," ucapku."Oke, see you!" sahut Indri.Aku mematikan sambungan telepon. Bergegas aku tidur supaya besok aku tidak telat.Tak membutuhkan waktu lama, ternyata mataku sudah mulai berat dan aku tertidur dengan cepatnya.Kumandang adzan sudah terdengar dari masjid di area tempatku tinggal. Aku memaksakan diri untuk bangun, walaupun aku masih sangat mengantuk.Secepatnya aku mandi dan tidak sarapan terlebih dahulu. Biarlah,

DMCA.com Protection Status