Share

Bab 47 Surat

Author: Yuni Masrifah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

POV Fina

Aku tertawa melihat pak Andi bersin-bersin di depan bu Hana. Ternyata rencanaku berhasil mengerjai pak Andi, dengan mencampurkan serbuk bersin di makanan kesukaannya, yang sengaja aku beli di jalan tadi.

Semula aku sangat takut menerima tawaran kerja disini dari Indri. Tapi demi membantu Indri, aku bertekad bersedia melamar pekerjaan di rumah ini.

Segala keperluanku untuk pergi ke rumah ini, telah diatur sedemikian rupa oleh Indri. Diantaranya baju yang terlihat norak dan aku disuruh berpura-pura terlihat bodoh. Dengan itu, aku bisa menyelidiki tentang apa saja yang dilakukan oleh pak Andi dan bu Hana. Dan soal serbuk bersin, sengaja aku campurkan ke dalam makanan kesukaan pak Andi, karena aku ingin memberi pelajaran terhadapnya. Siapa suruh jahat kepada sahabatku? Maka bersiap-siaplah, kejutan lainnya akan aku suguhkan untuk kalian semua.

Aku mengintip sambil menahan tawa di ambang pintu. Wajah bu Hana terlihat belepotan makanan dari mulut pak Andi.

"Ih Mas, kamu jorok bange
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 48 Persembahan Lagu

    POV IndriBeberapa bulan kemudian, Fina mengerjakan misi di rumahku sebagai art. Fina selalu memberi kabar tentang Andi dan Hana. Dari mulai hal terkecil, sampai hal terbesar. Walaupun Fina belum berhasil mengetahui informasi tentang letak surat-surat berharga.Fina juga mengaku, dari hari pertama ia bekerja di rumah itu, Fina sudah bisa mengambil hati Hana. Kini apapun tentang Hana, Fina tahu. Hanya saja sangat susah mengetahui informasi tentang surat-surat berharga, karena Hana sangat sensitif dalam masalah itu."Halo, Fina! Sebisa mungkin kamu terus dekati Hana. Sampai dia mau curhat tentang kekayaan dia berasal dari mana. Syukur-syukur dia mau memberitahu kamu tentang rahasia harta itu. Kalau bisa, kamu rekam semuanya dan kirim ke aku." Aku menjelaskan apa yang mesti dilakukan Fina di rumah Hana."Tenang, aku pasti berusaha mendapatkan informasi itu. Oh iya, perut Bu Hana sudah besar, jadi aku harus siaga bilamana Bu Hana membutuhkan bantuanku. Jadi, kalau kamu nelpon tapi nggak

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 49 Mengigau

    POV IndriSetelah aku dan Andi selesai nyanyi dan makan di acara nikahan temannya. Aku pun memutuskan untuk pulang.Tapi untuk sekarang, Andi sudah tidak mengutarakan keinginannya untuk mengantarku pulang. Dia mengantarku sampai di tempat biasa, seperti sebelum-sebelumnya."Terima kasih, Mas, sudah bikin aku bahagia hari ini. Aku pamit ya, Mas!" pamitku."Iya sama-sama, terima kasih juga kamu sudah bikin aku bahagia seperti tadi. Kamu hati-hati di jalan, aku mau langsung pulang sekarang," sahut Andi.Aku pun keluar dari dalam mobil dan berjalan menjauh dari mobil Andi.Setelah dirasa jauh, aku bersembunyi di balik mobil yang terparkir di pinggir jalan, memastikan jika mobil Andi sudah pergi.Mobil Andi sudah tak terlihat lagi, kini aku buru-buru menaiki ojek, untuk mengantarku pulang.Setelah mendapatkan ojek, akupun menaikinya dan segera diantar pulang."Turun disini, Bang," ujarku setelah aku sudah sampai di depan rumahku.Aku membayar ojek itu, dan langsung memasuki rumahku.Rasany

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 50 Mobil Impian

    POV AditDisaat Indri tengah sibuk mengemasi semua pakaian dan barang-barangnya. Aku dengan secepat mungkin mengambil mobilku yang aku taruh di pinggir jalan luar gang.Aku harus melindungi Indri dari bang Andi. Aku tidak mau jika sampai perempuan itu disakiti lagi oleh bang Andi.Aku memarkirkan mobil angkotku di depan rumah Indri. Terlihat dia sudah berada di teras dengan koper dan barang-barang berupa kompor dan barang-barang kecil lainnya untuk keperluannya sehari-hari."Sudah siap?" tanyaku."Sudah, Dit, ayo cepat aku takut jika Andi sampai tahu aku pindah," ajakku tergesa-gesa.Aku membantu Indri memasukkan semua barangnya ke dalam mobil barisan penumpang. Lanjut Indri duduk di sebelahku."Kira-kira dimana kontrakan yang paling aman? Apa kamu tahu?" tanya Indri."Kita cari, pasti ada banyak kontrakan yang aman buat kamu. Jangan khawatir, aku pasti bantu kamu. Kamu nggak usah takut begitu, orang baik akan selalu dilindungi oleh-Nya," jawabku.Indri mengangguk namun wajahnya masih

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 51 Noda Hitam

    POV Adit"Saat itu, hidup kami seakan hancur berkeping-keping. Karena keteledoran kami, anak kami meregang nyawa. Seharusnya saya mengingatkan anak kami, untuk tidak terlalu senang, dan mengingatkannya untuk meminum obat. Tapi nahas, takdir berkata lain. Sejak saat itu, saya maupun istri saya, enggan untuk memakai mobil ini karena masih terekam jelas saat anak kami terkulai lemas dan meninggal di dalam mobil ini," lanjut pak Toto bersedih.Aku merasa prihatin atas apa yang menimpa anak pak Toto. Kutoleh Indri, dia terlihat beberapa kali menyeka wajahnya."Pak Toto yang sabar, ya, anak pak Toto sekarang sudah tidak merasakan kesakitan lagi. Maaf jika kedatangan kami kesini membuka luka lama buat pak Toto." Aku berucap sambil menahan sedih dan tidak enak hati."Tidak apa-apa, saya dan istri saya berusaha tegar dan berusaha berdamai dengan kenyataan. Oh iya, maaf, maksud kalian melihat-lihat mobil ini ada apa, ya? Bisa dijelaskan?" tanya pak Toto."Ada sedikit masalah, pak, yang mengharu

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 52 Aku Kaya

    POV Adit"Apa? Kamu serius?" tanyaku memastikan."Ya beneran, secepatnya kita mesti menggalinya. Aku masih ingat betul dimana tempat aku waktu itu mengubur baju bi Ratmi," jawab Indri."Oke kalau begitu, besok subuh kita ke tempat bi Ratmi. Supaya kita bisa cepat-cepat menyelesaikan permasalahan ini," ajakku."Oke, baiklah! Semoga keadaan disana masih sama. Karena rumah bi Ratmi sudah dijual oleh Hana," sahut Indri."Ya sudah, lebih baik kita istirahat dulu. Supaya besok subuh kita nggak telat. Nanti aku jemput kamu. Jangan lupa, pas aku jemput kamu, kamu sudah bersiap," ucapku."Oke, see you!" sahut Indri.Aku mematikan sambungan telepon. Bergegas aku tidur supaya besok aku tidak telat.Tak membutuhkan waktu lama, ternyata mataku sudah mulai berat dan aku tertidur dengan cepatnya.Kumandang adzan sudah terdengar dari masjid di area tempatku tinggal. Aku memaksakan diri untuk bangun, walaupun aku masih sangat mengantuk.Secepatnya aku mandi dan tidak sarapan terlebih dahulu. Biarlah,

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 53 ODGJ

    POV Indri Setengah perjalanan kembali, perutku terasa lapar. Tadi pagi aku dan Adit belum sempat sarapan, karena kami berdua terlalu fokus dengan tujuan kami."Aku lapar," imbuhku sambil memegangi perut."Oke, kita makan dulu. Itu ada pedagang nasi uduk, lebih baik kita makan disana," ajak Adit.Kami berdua turun dari dalam mobil. Kemudian menghampiri penjual nasi uduk.Kring! Kring! Kring!Aku mengabaikan telepon darinya. Rasanya aku malas untuk mengangkatnya."Kenapa nggak diangkat?" tanya Adit."Nggak ah malas, ini telepon dari Andi. Pasti dia ngajak ketemuan lagi. Ah … terlalu sering membuat aku bt," jawabku.Adit mengangguk sambil memakan nasi uduk pesanan kami.Aku pun berinisiatif mengirim pesan kepada Andi, supaya dia tidak menelponku lagi."Maaf, Mas, aku sedang berada di luar kota. Aku sedang menjenguk kerabat jauhku. Aku kangen sama mereka. Jaga hatimu untuk aku, ya selama aku jauh dari kamu." (Send).Aku mendelik dan bergidik saat mengirim pesan itu."Sudah selesai sarapa

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 54 Tanda Lahir

    POV IndriAku buru-buru menghampiri Adit, dan bertanya ada apa."Adit, ada apa ini? Kok Bapak ini marahin kamu?" tanyaku.Aku menoleh ke arah pria paruh baya itu."Ajarin pacar kamu, untuk lebih sopan terhadap orang yang lebih tua. Gara-gara dia, tangan saya tersiram kuah sup panas. Ponsel saya juga terjatuh, untung saja tidak sampai pecah. Bukan hanya itu, pacar kamu juga pernah menyerempet mobil saya hingga lecet," ujar pria paruh baya itu dengan menatap bengis."Tapi ini bukan salah saya, Pak! Bapak sendiri yang jalannya tidak hati-hati. Berjalan menunduk sambil main ponsel. Kenapa malah nyalahin saya? Soal mobil itu, saya minta maaf. Saja akan ganti rugi, hitung saja berapa kerugian yang Bapak alami," timpal Adit penuh emosi."Jangan sombong kamu, cuma sopir angkot saja lagaknya seperti orang kaya. Contoh kakak kamu, bukan pecicilan seperti ini," cetus pria itu."Maaf, Pak! Tidak usah membanding-bandingkan saya dengan kakak saya. Anda tidak tahu saja seperti apa kakak saya." Adit

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 55 Sekian Lama Terpisah

    POV Pak Samsudin "Iya betul, Adit adalah anak saya. Dia anak bungsu kami," jawab pak Edi.Mendengar jawabannya, sama sekali tak membuatku puas."Tolong jawab yang jujur, Pak Edi. Saya mohon, sekali lagi saya tanya sama Bapak, apakah benar Adit adalah anak Bapak?" Aku mengulang pertanyaan."Saya serius, Pak. Ini Adit anak saya! Ini sebenarnya ada apa, Pak Sam? Kenapa Bapak bisa bertanya demikian kepada saya?" tanya Pak Edi.Aku kemudian mengambil dompetku dan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya."Coba Bapak lihat ini," tunjukku. Aku memperlihatkan sebuah foto berukuran kecil yang selalu aku bawa kepada pak Edi dan istrinya. Foto anakku yang masih sangat kecil sebelum tragedi hilangnya anakku terjadi."Adit," lirih pak Edi.Aku menatap pak Edi dengan intens. Melihat ekspresinya aku yakin, dia memang terkejut setelah melihat foto itu."Bapak dapat dari mana foto anak saya?" tanya pak Edi.Dari pertanyaannya saja sudah membuatku yakin jika Adit adalah anakku yang hilang."Satu lagi!" Aku

Latest chapter

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 60 Sah

    (Double POV)POV AndiDua Minggu kemudian, hari yang sangat aku tunggu-tunggu yang rasanya lama sekali menuju hari ini.Dari pagi aku sudah mempersiapkan diri untuk acara pernikahan aku dengan Indri.Rencana pernikahan yang diadakan secara sederhana, tanpa mengundang siapa pun. Bahkan ibu dan bapak pun tak tahu jika aku akan menikah lagi dengan Indri. Karena jika mereka tahu, bisa kacau semuanya. Bisa saja mereka akan memberitahu Hana dan Hana akan membuat pernikahanku dengan Indri hancur."Mas, kamu wangi sekali. Mau kemana?" tanya Hana sambil memomong anaknya."Mau kerja, nggak usah interogasi aku. Aku mau kerja, jelas?" pungkasku."Aku cuma nanya saja, Mas. Kamu jawabnya terlalu ketus. Kamu kenapa, Mas? Sikap kamu benar-benar berubah seperti itu? Apa ini gara-gara perempuan itu? Kamu jadi seperti ini sama aku?" tanya Hana.Aku berbalik badan dan menghadap ke arah Hana."Nggak usah sangkut pautkan itu dengan Indri. Kamu pikir sendiri, kenapa aku bisa seberubah ini sama kamu!" Aku me

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 59 Lamaran

    POV IndriAku berada di dalam mobil Andi. Andi ingin mengantarkanku pulang, karena dia sudah mengetahui rumahku. Namun aku mengiyakan saja, padahal dalam hati aku tertawa, dia tidak tahu saja kalau aku sudah pindah ke kontrakan yang jauh dari rumahku."Kenapa kamu senyum-senyum? Bahagia banget kayaknya?" tanya Andi."Nggak apa-apa, aku cuma senang karena sebentar lagi kita akan menikah," jawabku.Rencanaku beberapa langkah lagi akan berhasil, semoga saja.Aku akan mendiskusikan lagi rencanaku dengan Leo alias Adit, setelah Andi pulang nanti.Awalnya aku takut rencanaku gagal setelah aku bertemu dengan kedua orang tua angkat Leo. Pasalnya beberapa bulan lalu ibu angkat Leo pernah memergoki aku yang sedang menyelinap di rumahku yang dulu. Tapi syukurlah, sepertinya dia tidak mengenali aku. Karena waktu itu aku tidak menampakkan wajahku karena memakai masker.Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam.Mobil yang dikemudikan Andi sudah berada di depan rumahku. Aku buru-buru keluar dan hen

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 58 Rencana Menikah

    POV AndiAku tak menyangka anakku lahir seperti itu. Aku kembalikan anak itu ke gendongan Hana."Kenapa, Mas?" tanya Hana. Sepertinya Hana bisa membaca pikiranku."Tidak, tidak mungkin. Ini bukan anakku, tidak!" sanggahku."Mas, ini anak kita, darah daging kamu." Hana berusaha membujukku supaya aku mau mengakui anak itu."Tidak, anakku tidak mungkin seperti itu. Tidak!"Aku mundur beberapa langkah hingga ujung pintu.Blag!Aku keluar dan menutup pintu dengan cukup keras."Andi, kenapa kamu? Apakah bayinya baik-baik saja?" tanya Ibu dan Bapak, yang belum tahu keadaan anak itu.Aku tidak menjawab, aku melewati mereka dan pergi secepat mungkin dari rumah sakit."Ya Tuhan, bagaimana kalau orang-orang tahu, kalau aku mempunyai anak seperti itu. Tidak, ini tidak boleh dibiarkan. Mereka tidak boleh tahu," batinku.Aku memutuskan untuk menemui Indri di rumahnya saja. Aku memacu mobilku menuju kediaman Indri.Sampai disana, aku langsung mengetuk pintunya.Tok! Tok! Tok!Aku menunggu Indri memb

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 57 Melahirkan

    POV AndiProk! Prok! Prok!"Bagus, Mas, bagus sekali. Ternyata kecurigaanku benar dan semuanya terbukti," imbuh Hana.Hana yang ditemani oleh Fina, berdiri dengan menatapku nyalang."Ha-Hana, sejak kapan kamu disini?" tanyaku tergugup."Sejak kamu memberikan cincin itu kepada wanita sial*n itu. Maaf Mas, aku bukan orang bodoh yang dengan seenaknya kamu bohongi. Kamu teledor, Mas, aku sempat melihat cincin itu yang bertuliskan nama perempuan itu. Hebat kamu, Mas, sungguh kamu pemain yang hebat. Omongan kamu selama ini hanya omongan kosong. Mengaku membenci Indri, tapi pada kenyataannya kamu melamarnya hari ini.Oke, nikmatilah kebahagiaan kamu yang sementara ini, Mas. Karena ini bisa menjadi bom waktu buat kamu. Cepat atau lambat, semuanya akan terbongkar." Hana mengeluarkan semua unek-uneknya yang justru membuatku ketar-ketir.Hana mendekati Indri, dan berdiri menatapnya dengan tatapan sinis. Aku khawatir jika Hana akan melakukan sesuatu kepada Indri.Plak!Aku terperanjat saat Hana m

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 56 Artis Dadakan

    POV AndiAku berdiri sambil mengetuk pintu rumah yang ditempati Indri. Lumayan lama aku berdiri disitu, tapi tidak ada tanda-tanda Indri membukakan pintu untukku."Kemana Indri? Apakah dia marah karena aku mengetahui alamat rumahnya? Tapi apa masalahnya? Kenapa juga Indri marah padaku jika aku mengetahui rumahnya? Bukankah aku dan dia akan segera menikah?" batinku.Aku mencoba menghubunginya untuk memastikan apakah dia ada di dalam rumah ini atau tidak.Setelah tersambung dan Indri mengangkat telepon dariku, akhirnya perasaanku merasa lega, tatkala Indri memberitahuku dia sedang berada di luar kota, di tempat kerabat jauhnya. Dia juga berpesan kepadaku, agar aku menjaga hatiku untuknya, selama dia jauh dariku. Entahlah, hanya mendengar kata-kata itu saja membuat hatiku berbunga-bunga.Aku pun pulang ke rumah, karena percuma saja aku tetap disini, karena Indri tidak ada.Aku menaiki mobilku, dan keluar dari gang rumah Indri. Sebelum aku pulang, aku mampir ke toko mas, untuk mengambil c

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 55 Sekian Lama Terpisah

    POV Pak Samsudin "Iya betul, Adit adalah anak saya. Dia anak bungsu kami," jawab pak Edi.Mendengar jawabannya, sama sekali tak membuatku puas."Tolong jawab yang jujur, Pak Edi. Saya mohon, sekali lagi saya tanya sama Bapak, apakah benar Adit adalah anak Bapak?" Aku mengulang pertanyaan."Saya serius, Pak. Ini Adit anak saya! Ini sebenarnya ada apa, Pak Sam? Kenapa Bapak bisa bertanya demikian kepada saya?" tanya Pak Edi.Aku kemudian mengambil dompetku dan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya."Coba Bapak lihat ini," tunjukku. Aku memperlihatkan sebuah foto berukuran kecil yang selalu aku bawa kepada pak Edi dan istrinya. Foto anakku yang masih sangat kecil sebelum tragedi hilangnya anakku terjadi."Adit," lirih pak Edi.Aku menatap pak Edi dengan intens. Melihat ekspresinya aku yakin, dia memang terkejut setelah melihat foto itu."Bapak dapat dari mana foto anak saya?" tanya pak Edi.Dari pertanyaannya saja sudah membuatku yakin jika Adit adalah anakku yang hilang."Satu lagi!" Aku

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 54 Tanda Lahir

    POV IndriAku buru-buru menghampiri Adit, dan bertanya ada apa."Adit, ada apa ini? Kok Bapak ini marahin kamu?" tanyaku.Aku menoleh ke arah pria paruh baya itu."Ajarin pacar kamu, untuk lebih sopan terhadap orang yang lebih tua. Gara-gara dia, tangan saya tersiram kuah sup panas. Ponsel saya juga terjatuh, untung saja tidak sampai pecah. Bukan hanya itu, pacar kamu juga pernah menyerempet mobil saya hingga lecet," ujar pria paruh baya itu dengan menatap bengis."Tapi ini bukan salah saya, Pak! Bapak sendiri yang jalannya tidak hati-hati. Berjalan menunduk sambil main ponsel. Kenapa malah nyalahin saya? Soal mobil itu, saya minta maaf. Saja akan ganti rugi, hitung saja berapa kerugian yang Bapak alami," timpal Adit penuh emosi."Jangan sombong kamu, cuma sopir angkot saja lagaknya seperti orang kaya. Contoh kakak kamu, bukan pecicilan seperti ini," cetus pria itu."Maaf, Pak! Tidak usah membanding-bandingkan saya dengan kakak saya. Anda tidak tahu saja seperti apa kakak saya." Adit

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 53 ODGJ

    POV Indri Setengah perjalanan kembali, perutku terasa lapar. Tadi pagi aku dan Adit belum sempat sarapan, karena kami berdua terlalu fokus dengan tujuan kami."Aku lapar," imbuhku sambil memegangi perut."Oke, kita makan dulu. Itu ada pedagang nasi uduk, lebih baik kita makan disana," ajak Adit.Kami berdua turun dari dalam mobil. Kemudian menghampiri penjual nasi uduk.Kring! Kring! Kring!Aku mengabaikan telepon darinya. Rasanya aku malas untuk mengangkatnya."Kenapa nggak diangkat?" tanya Adit."Nggak ah malas, ini telepon dari Andi. Pasti dia ngajak ketemuan lagi. Ah … terlalu sering membuat aku bt," jawabku.Adit mengangguk sambil memakan nasi uduk pesanan kami.Aku pun berinisiatif mengirim pesan kepada Andi, supaya dia tidak menelponku lagi."Maaf, Mas, aku sedang berada di luar kota. Aku sedang menjenguk kerabat jauhku. Aku kangen sama mereka. Jaga hatimu untuk aku, ya selama aku jauh dari kamu." (Send).Aku mendelik dan bergidik saat mengirim pesan itu."Sudah selesai sarapa

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 52 Aku Kaya

    POV Adit"Apa? Kamu serius?" tanyaku memastikan."Ya beneran, secepatnya kita mesti menggalinya. Aku masih ingat betul dimana tempat aku waktu itu mengubur baju bi Ratmi," jawab Indri."Oke kalau begitu, besok subuh kita ke tempat bi Ratmi. Supaya kita bisa cepat-cepat menyelesaikan permasalahan ini," ajakku."Oke, baiklah! Semoga keadaan disana masih sama. Karena rumah bi Ratmi sudah dijual oleh Hana," sahut Indri."Ya sudah, lebih baik kita istirahat dulu. Supaya besok subuh kita nggak telat. Nanti aku jemput kamu. Jangan lupa, pas aku jemput kamu, kamu sudah bersiap," ucapku."Oke, see you!" sahut Indri.Aku mematikan sambungan telepon. Bergegas aku tidur supaya besok aku tidak telat.Tak membutuhkan waktu lama, ternyata mataku sudah mulai berat dan aku tertidur dengan cepatnya.Kumandang adzan sudah terdengar dari masjid di area tempatku tinggal. Aku memaksakan diri untuk bangun, walaupun aku masih sangat mengantuk.Secepatnya aku mandi dan tidak sarapan terlebih dahulu. Biarlah,

DMCA.com Protection Status