Share

Bab 11 Ziarah

Penulis: Yuni Masrifah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

POV Indri

Sebulan sudah aku menempati rumah bi Ratmi. Aku mulai merasa nyaman, perlahan aku bisa bangkit lagi.

Hampir sebulan juga aku dan bi Ratmi berjualan jajanan makanan anak-anak. Alhamdulillah … anak-anak di kampung sini suka sama makanan buatanku. Tepatnya buatan Bi Ratmi. Aku hanya membantu mengiris dan menyiapkan wadahnya saja. Bahkan orang dewasa pun tak jarang mampir kesini, sekedar untuk membeli cemilan.

"Alhamdulillah ya, Bi. Uang kita sudah terkumpul lumayan banyak. Kalau begini terus, bisa-bisa kita punya warung beneran, Bi. Aku senang sekali, bisa usaha seperti ini bersama Bibi," ujarku, sambil menghitung sejumlah uang hasil berjualan kami.

"Iya, Bibi juga senang. Dengan begitu, Bibi tidak perlu jadi art lagi. Ini semua karena kamu yang sudah memberi semangat Bibi. Bahwa menjadi pengusaha sekecil apapun, lebih enak daripada kerja di tempat orang," sahut Bi Ratmi.

"Oh iya, tadi Bibi berpapasan sama lelaki warga kampung sini, namanya Yusuf. Dia titip salam buat kamu. Dia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 12 Rendang Terakhir

    POV IndriBruk!Tubuhku ambruk terlempar ke pinggir jalan. Badanku terasa sakit, dan aku mulai membuka mataku."Sakit," gumamku.Aku mencoba bangun walaupun punggungku terasa sakit."Bibi," panggilku.Tak ada sahutan sama sekali dari Bi Ratmi.Aku menoleh ke belakang dan mendapati tubuh yang terbaring dengan kepala berlumuran darah."Bibiiii!" teriakku histeris.Aku bangkit dan berlari tergopoh-gopoh ke arah Bibi. Terlebih dahulu aku melihat satu mobil yang melaju kencang, yang sempat hampir menabrakku.Aku melihat pita panjang melambai-lambai terbawa angin, di depan mobil yang sudah menjauh. Tapi aku tidak bisa membaca nomor polisi mobil itu, karena mobil itu melaju sangat kencang dan sudah menjauh."Bibi, apa yang terjadi, Bi? Kenapa Bibi bisa seperti ini?" tanyaku dengan perasaan panik."Indri, kamu selamat. Syukurlah …." lirih Bi Ratmi dengan suara yang hampir hilang."Apa maksud Bibi? Jangan bilang yang mendorongku itu adalah Bibi. Kenapa Bi? Kenapa Bibi mengorbankan diri Bibi un

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 13 Takdir Berkata Lain

    POV IndriWiuwiuwiu ….Suara ambulance menggema di sepanjang jalan. Aku sengaja menyewa ambulance dari rumah sakit untuk mengantar kami pulang ke kampung halaman bi Ratmi, supaya bi Ratmi tidak kepanasan ataupun kehujanan.Bahkan sopir pick up tadi, mengikuti mobil ambulans yang kamu tumpangi, dari belakang. Walaupun mereka berdua belum kenal dan baru bertemu dengan kami mungkin sekitar kurang lebih satu jam setengah, tapi kepedulian mereka begitu besar. Mereka orang baik, walaupun kami orang asing."Bibi, ternyata kebersamaan kita harus sesingkat ini. Bibi adalah sosok Ibu yang baik buatku. Ya Tuhan, kenapa orang-orang baik selalu lebih dulu Engkau panggil? Kenalan bukan aku saja yang kay ambil ya Tuhan?" batinku menahan sesak di dada.Aku menatap Bi Ratmi yang sudah terbujur kaku, yang tertutup kain dari ujung kepala sampai ujung kaki. Di rumah sakit, aku hanya menyewa ambulans saja. Untuk prosesi mengurus jenazah, aku akan meminta bantuan kepada warga kampung bibi. Aku melakukan in

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 14 Akad Nikah

    POV Andi"Eh saya tidak menyangka loh, kok si Indri ternyata selingkuh, ya! Dia rela mengejar selingkuhannya, sampai-sampai dia menuntut cerai sama suaminya. Ih saya kok jadi ngenes ya sama dia. Padahal yang saya lihat, si Indri itu gadis lugu. Tapi dibalik keluguannya, si Indri ternyata sangat jahat.""Si Hana bilang, kalau si Indri mau nenangin diri di suatu tempat, karena masih bersedih sepeninggal Pak Yudha. Tapi ternyata ya Ibu-ibu, si Indri bukannya nenangin diri. Tapi dia tinggal sama selingkuhannya. Tapi untung ya, Pak Yudha mewariskan semua hartanya kepada Andi, saat dirinya selesai dinikahkan dengan Indri. Kalau tidak, mungkin selingkuhannya sekarang ini dengan bebasnya berfoya-foya menikmati warisan dari Pak Yudha yang mungkin tidak akan habis tujuh turunan.""Iya ya, kasihan Mas Andi. Dia orang baik, dan setia sama Indri. Tapi dia malah dikhianati seperti itu. Dia juga berhak membalas perbuatan si Indri yang keterlaluan itu. Contohnya dengan menikah seperti sekarang ini, t

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 15 Rusuh di Malam Tahlilan

    POV IndriSamar-samar aku mendengar suara orang-orang yang tengah ramai berbicara. Aku membuka mata, dan melihat ada beberapa orang tengah menatapku. Mereka tersenyum melihatku.Aku mengedarkan pandangan ternyata aku ada di dalam kamar Hana. Tapi … tunggu-tunggu. Kenapa ada wanita yang memakai jas putih? Dengan stetoskop yang dikalungkan pada lehernya."Kamu sudah sadar? Syukurlah," imbuh bu Rini, yang berada di samping kiriku."Aku kenapa?" tanyaku.Wanita berjas putih itu tersenyum seraya menjawab pertanyaanku."Kamu tidak apa-apa, kamu tidak perlu khawatir. Mulai sekarang, kamu harus jaga kesehatan, terutama asupan gizi. Supaya janin dalam kandungan kamu tetap sehat," imbuhnya.Aku terperangah mendengar ucapannya."Aku hamil?" lirihku."Iya, kamu hamil, barusan Bu bidan ini telah memeriksa kamu," ujar bu Rini.Tanpa terasa, air mataku menetes. Aku hamil? Ya Tuhan …."Kamu yang sabar ya, memang tidak mudah menjadi orang tua tunggal. Tapi saya yakin kamu pasti bisa. Saya ikut prihati

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 16 Membeberkan Kebusukan Hana dan Andi

    POV HanaApa? Indri hamil? Berarti anak yang dikandung Indri adalah anak Mas Andi? Tidak, aku tidak rela. Aku harus melakukan sesuatu, supaya Mas Andi tidak terpengaruh dan luluh atas kehamilan Indri. Ini tidak boleh terjadi, Mas Andi adalah milikku, hanya milikku. Tidak boleh ada yang memiliki mas Andi selain aku."Mas, sebaiknya kita pulang. Kita tidak usah mendengarkan omong kosong dia, buang-buang waktu saja." Aku mengajak Mas Andi pulang, guna menghindari pertanyaan-pertanyaan yang mungkin saja akan dilontarkan Mas Andi kepada Indri, seputar kehamilannya."Sebentar, sayang, aku mau bicara dulu dengan Indri," tolak Mas Andi. Kemudian mas Andi mendekati Indri. Namun Indri beringsut menjauh Tuh kan, apa yang aku takutkan terjadi juga. Jangan sampai Mas Andi luluh. Ya Tuhan, aku harus bagaimana? Tolong aku Tuhan …."Indri, apakah benar kamu sedang hamil?" tanya Mas Andi dengan tatapan serius.Indri menatap Mas Andi dengan tatapan penuh kebencian."Apa peduli kamu, Mas? Mau hamil ata

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 17 Ngidam Tengah Malam

    POV IndriTanpa mendoakan dan tanpa ingin tahu dimana letak makam sang ibu. Hana pergi dengan emosi yang memuncak. Aku menggelengkan kepala, tidak habis pikir dengan perilaku Hana."Sepertinya masalah kalian begitu pelik, kalau misalnya kamu ada kesusahan, cerita sama saya. Siapa tahu saya ada solusi buat kamu," ujar bu Rini."Iya, Bu, terima kasih. Masalah kami memang sangat pelik. Saya pun lelah menghadapi semua ini. Tapi saya juga harus berusaha bangkit dan merebut kembali apa yang menjadi hakku," sahutku."Segala permasalahan pasti ada jalan keluarnya. Jangan ragu untuk meminta bantuan. Kami disini ada untuk kamu, kamu tidak perlu merasa sendiri," timpal Yusuf.Aku meraba perutku yang masih rata ini. Disatu sisi, aku kecewa kenapa aku hamil. Disisi lain, rasa sayang timbul begitu saja. Mungkin ini yang dinamakan naluri seorang ibu. "Nak, kamu yang sehat ya. Mama doakan, kelak kamu lahir dengan sehat dan menjadi anak yang Soleh atau Solehah," batinku sambil mengusap pelan perutku.

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 18 Dendam dan Kebencian

    POV Indri"Apa? Apa maksud anda berbicara seperti ini? Ini rumah milik Bi Ratmi, kenapa anda bisa bicara seperti itu, dengan mengaku-ngaku sebagai pemilik baru rumah ini? Siapa anda sebenarnya?" tanyaku merasa heran."Saya adalah juragan Anto. Maaf, Nona, tapi saya sudah membeli rumah ini dari anak pemilik rumah ini. Jadi, saya lebih berhak atas rumah ini," jawab bapak-bapak yang bernama juragan Anto itu."Hana?" lirihku."Ya, saya beli rumah ini dari Bu Hana. Semalam kami bertransaksi jual beli rumah ini. Dan ini sertifikat rumah ini," imbuhnya sembari menunjukkan sertifikat rumah ini.Aku membekap mulutku sendiri, bahkan tak pernah terlintas semua bakalan seperti ini."Silahkan, Nona, angkat kaki dari rumah ini. Atau … saya bisa memberi toleransi, jika Nona masih mau tinggal di rumah ini," pungkasnya.Juragan Anto menatapku lekat dari atas sampai ke bawah. Itu justru membuatku tak nyaman dan merasa risih."Toleransi bagaimana?" tanyaku.Aku mencoba menghindar dari tatapannya yang me

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 19 Hasutan

    POV YusufAku senang dengan kehadiran Indri, di kampung ini. Kehadirannya seperti warna baru dalam kehidupanku. Belum pernah aku sejatuh cinta ini kepada seorang perempuan. Bisa dibilang, aku adalah orang tertutup dan susah untuk membuka hati kepada perempuan manapun. Tapi dengan Indri, entah kenapa, perasaan itu muncul begitu saja."Gimana, Bi, rujaknya udah dikasih belum? Gimana tanggapannya?" tanyaku pada bi Rini, yang baru saja pulang dari kontrakan yang ditempati oleh Indri."Memangnya kamu ngarepinnya dengan tanggapan apa? Wow, peduli, ketawa, atau like?" imbuh bi Rini."Ck!" Aku berdecak kesal mendengar jawaban bibi, yang tidak serius seperti itu."Aku serius, Bi!" pungkasku."Ya dia sih bilang terima kasih. Terlihat sekali, kalau dia sangat senang menerima rujak itu. Ya … namanya juga orang ngidam. Dikasih rujak aja, senangnya minta ampun," jelas bi Rini.Aku tersenyum lega, mendengar penjelasan dari bi Rini."Bibi mau tanya, memangnya kamu beneran serius suka sama si Indri? B

Bab terbaru

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 60 Sah

    (Double POV)POV AndiDua Minggu kemudian, hari yang sangat aku tunggu-tunggu yang rasanya lama sekali menuju hari ini.Dari pagi aku sudah mempersiapkan diri untuk acara pernikahan aku dengan Indri.Rencana pernikahan yang diadakan secara sederhana, tanpa mengundang siapa pun. Bahkan ibu dan bapak pun tak tahu jika aku akan menikah lagi dengan Indri. Karena jika mereka tahu, bisa kacau semuanya. Bisa saja mereka akan memberitahu Hana dan Hana akan membuat pernikahanku dengan Indri hancur."Mas, kamu wangi sekali. Mau kemana?" tanya Hana sambil memomong anaknya."Mau kerja, nggak usah interogasi aku. Aku mau kerja, jelas?" pungkasku."Aku cuma nanya saja, Mas. Kamu jawabnya terlalu ketus. Kamu kenapa, Mas? Sikap kamu benar-benar berubah seperti itu? Apa ini gara-gara perempuan itu? Kamu jadi seperti ini sama aku?" tanya Hana.Aku berbalik badan dan menghadap ke arah Hana."Nggak usah sangkut pautkan itu dengan Indri. Kamu pikir sendiri, kenapa aku bisa seberubah ini sama kamu!" Aku me

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 59 Lamaran

    POV IndriAku berada di dalam mobil Andi. Andi ingin mengantarkanku pulang, karena dia sudah mengetahui rumahku. Namun aku mengiyakan saja, padahal dalam hati aku tertawa, dia tidak tahu saja kalau aku sudah pindah ke kontrakan yang jauh dari rumahku."Kenapa kamu senyum-senyum? Bahagia banget kayaknya?" tanya Andi."Nggak apa-apa, aku cuma senang karena sebentar lagi kita akan menikah," jawabku.Rencanaku beberapa langkah lagi akan berhasil, semoga saja.Aku akan mendiskusikan lagi rencanaku dengan Leo alias Adit, setelah Andi pulang nanti.Awalnya aku takut rencanaku gagal setelah aku bertemu dengan kedua orang tua angkat Leo. Pasalnya beberapa bulan lalu ibu angkat Leo pernah memergoki aku yang sedang menyelinap di rumahku yang dulu. Tapi syukurlah, sepertinya dia tidak mengenali aku. Karena waktu itu aku tidak menampakkan wajahku karena memakai masker.Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam.Mobil yang dikemudikan Andi sudah berada di depan rumahku. Aku buru-buru keluar dan hen

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 58 Rencana Menikah

    POV AndiAku tak menyangka anakku lahir seperti itu. Aku kembalikan anak itu ke gendongan Hana."Kenapa, Mas?" tanya Hana. Sepertinya Hana bisa membaca pikiranku."Tidak, tidak mungkin. Ini bukan anakku, tidak!" sanggahku."Mas, ini anak kita, darah daging kamu." Hana berusaha membujukku supaya aku mau mengakui anak itu."Tidak, anakku tidak mungkin seperti itu. Tidak!"Aku mundur beberapa langkah hingga ujung pintu.Blag!Aku keluar dan menutup pintu dengan cukup keras."Andi, kenapa kamu? Apakah bayinya baik-baik saja?" tanya Ibu dan Bapak, yang belum tahu keadaan anak itu.Aku tidak menjawab, aku melewati mereka dan pergi secepat mungkin dari rumah sakit."Ya Tuhan, bagaimana kalau orang-orang tahu, kalau aku mempunyai anak seperti itu. Tidak, ini tidak boleh dibiarkan. Mereka tidak boleh tahu," batinku.Aku memutuskan untuk menemui Indri di rumahnya saja. Aku memacu mobilku menuju kediaman Indri.Sampai disana, aku langsung mengetuk pintunya.Tok! Tok! Tok!Aku menunggu Indri memb

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 57 Melahirkan

    POV AndiProk! Prok! Prok!"Bagus, Mas, bagus sekali. Ternyata kecurigaanku benar dan semuanya terbukti," imbuh Hana.Hana yang ditemani oleh Fina, berdiri dengan menatapku nyalang."Ha-Hana, sejak kapan kamu disini?" tanyaku tergugup."Sejak kamu memberikan cincin itu kepada wanita sial*n itu. Maaf Mas, aku bukan orang bodoh yang dengan seenaknya kamu bohongi. Kamu teledor, Mas, aku sempat melihat cincin itu yang bertuliskan nama perempuan itu. Hebat kamu, Mas, sungguh kamu pemain yang hebat. Omongan kamu selama ini hanya omongan kosong. Mengaku membenci Indri, tapi pada kenyataannya kamu melamarnya hari ini.Oke, nikmatilah kebahagiaan kamu yang sementara ini, Mas. Karena ini bisa menjadi bom waktu buat kamu. Cepat atau lambat, semuanya akan terbongkar." Hana mengeluarkan semua unek-uneknya yang justru membuatku ketar-ketir.Hana mendekati Indri, dan berdiri menatapnya dengan tatapan sinis. Aku khawatir jika Hana akan melakukan sesuatu kepada Indri.Plak!Aku terperanjat saat Hana m

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 56 Artis Dadakan

    POV AndiAku berdiri sambil mengetuk pintu rumah yang ditempati Indri. Lumayan lama aku berdiri disitu, tapi tidak ada tanda-tanda Indri membukakan pintu untukku."Kemana Indri? Apakah dia marah karena aku mengetahui alamat rumahnya? Tapi apa masalahnya? Kenapa juga Indri marah padaku jika aku mengetahui rumahnya? Bukankah aku dan dia akan segera menikah?" batinku.Aku mencoba menghubunginya untuk memastikan apakah dia ada di dalam rumah ini atau tidak.Setelah tersambung dan Indri mengangkat telepon dariku, akhirnya perasaanku merasa lega, tatkala Indri memberitahuku dia sedang berada di luar kota, di tempat kerabat jauhnya. Dia juga berpesan kepadaku, agar aku menjaga hatiku untuknya, selama dia jauh dariku. Entahlah, hanya mendengar kata-kata itu saja membuat hatiku berbunga-bunga.Aku pun pulang ke rumah, karena percuma saja aku tetap disini, karena Indri tidak ada.Aku menaiki mobilku, dan keluar dari gang rumah Indri. Sebelum aku pulang, aku mampir ke toko mas, untuk mengambil c

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 55 Sekian Lama Terpisah

    POV Pak Samsudin "Iya betul, Adit adalah anak saya. Dia anak bungsu kami," jawab pak Edi.Mendengar jawabannya, sama sekali tak membuatku puas."Tolong jawab yang jujur, Pak Edi. Saya mohon, sekali lagi saya tanya sama Bapak, apakah benar Adit adalah anak Bapak?" Aku mengulang pertanyaan."Saya serius, Pak. Ini Adit anak saya! Ini sebenarnya ada apa, Pak Sam? Kenapa Bapak bisa bertanya demikian kepada saya?" tanya Pak Edi.Aku kemudian mengambil dompetku dan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya."Coba Bapak lihat ini," tunjukku. Aku memperlihatkan sebuah foto berukuran kecil yang selalu aku bawa kepada pak Edi dan istrinya. Foto anakku yang masih sangat kecil sebelum tragedi hilangnya anakku terjadi."Adit," lirih pak Edi.Aku menatap pak Edi dengan intens. Melihat ekspresinya aku yakin, dia memang terkejut setelah melihat foto itu."Bapak dapat dari mana foto anak saya?" tanya pak Edi.Dari pertanyaannya saja sudah membuatku yakin jika Adit adalah anakku yang hilang."Satu lagi!" Aku

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 54 Tanda Lahir

    POV IndriAku buru-buru menghampiri Adit, dan bertanya ada apa."Adit, ada apa ini? Kok Bapak ini marahin kamu?" tanyaku.Aku menoleh ke arah pria paruh baya itu."Ajarin pacar kamu, untuk lebih sopan terhadap orang yang lebih tua. Gara-gara dia, tangan saya tersiram kuah sup panas. Ponsel saya juga terjatuh, untung saja tidak sampai pecah. Bukan hanya itu, pacar kamu juga pernah menyerempet mobil saya hingga lecet," ujar pria paruh baya itu dengan menatap bengis."Tapi ini bukan salah saya, Pak! Bapak sendiri yang jalannya tidak hati-hati. Berjalan menunduk sambil main ponsel. Kenapa malah nyalahin saya? Soal mobil itu, saya minta maaf. Saja akan ganti rugi, hitung saja berapa kerugian yang Bapak alami," timpal Adit penuh emosi."Jangan sombong kamu, cuma sopir angkot saja lagaknya seperti orang kaya. Contoh kakak kamu, bukan pecicilan seperti ini," cetus pria itu."Maaf, Pak! Tidak usah membanding-bandingkan saya dengan kakak saya. Anda tidak tahu saja seperti apa kakak saya." Adit

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 53 ODGJ

    POV Indri Setengah perjalanan kembali, perutku terasa lapar. Tadi pagi aku dan Adit belum sempat sarapan, karena kami berdua terlalu fokus dengan tujuan kami."Aku lapar," imbuhku sambil memegangi perut."Oke, kita makan dulu. Itu ada pedagang nasi uduk, lebih baik kita makan disana," ajak Adit.Kami berdua turun dari dalam mobil. Kemudian menghampiri penjual nasi uduk.Kring! Kring! Kring!Aku mengabaikan telepon darinya. Rasanya aku malas untuk mengangkatnya."Kenapa nggak diangkat?" tanya Adit."Nggak ah malas, ini telepon dari Andi. Pasti dia ngajak ketemuan lagi. Ah … terlalu sering membuat aku bt," jawabku.Adit mengangguk sambil memakan nasi uduk pesanan kami.Aku pun berinisiatif mengirim pesan kepada Andi, supaya dia tidak menelponku lagi."Maaf, Mas, aku sedang berada di luar kota. Aku sedang menjenguk kerabat jauhku. Aku kangen sama mereka. Jaga hatimu untuk aku, ya selama aku jauh dari kamu." (Send).Aku mendelik dan bergidik saat mengirim pesan itu."Sudah selesai sarapa

  • Hari Pertamaku Setelah Menikah, Hari Pertamaku Menjadi Janda   Bab 52 Aku Kaya

    POV Adit"Apa? Kamu serius?" tanyaku memastikan."Ya beneran, secepatnya kita mesti menggalinya. Aku masih ingat betul dimana tempat aku waktu itu mengubur baju bi Ratmi," jawab Indri."Oke kalau begitu, besok subuh kita ke tempat bi Ratmi. Supaya kita bisa cepat-cepat menyelesaikan permasalahan ini," ajakku."Oke, baiklah! Semoga keadaan disana masih sama. Karena rumah bi Ratmi sudah dijual oleh Hana," sahut Indri."Ya sudah, lebih baik kita istirahat dulu. Supaya besok subuh kita nggak telat. Nanti aku jemput kamu. Jangan lupa, pas aku jemput kamu, kamu sudah bersiap," ucapku."Oke, see you!" sahut Indri.Aku mematikan sambungan telepon. Bergegas aku tidur supaya besok aku tidak telat.Tak membutuhkan waktu lama, ternyata mataku sudah mulai berat dan aku tertidur dengan cepatnya.Kumandang adzan sudah terdengar dari masjid di area tempatku tinggal. Aku memaksakan diri untuk bangun, walaupun aku masih sangat mengantuk.Secepatnya aku mandi dan tidak sarapan terlebih dahulu. Biarlah,

DMCA.com Protection Status