Minggu demi minggu, berlalu. Lima bulan kembali dilewati, setelah mereka berpisah.
Jenna, membuka toko bunga kecil di daerah puncak, di mana ia memilih untuk memulai kehidupan barunya. Hidup sederhana, dengan para tetangga yang penuh perhatian, membuatnya mulai dapat tersenyum. Walaupun, dalam hatinya seakan ada lubang yang tidak mampu ditutup sampai sekarang ini.
Pagi ini, banyak jenis bunga yang masuk ke toko. Daerah puncak, juga merupakan tempat wisata. Bunga-bunga indah ini, selalu menarik minat wisatawan yang datang dan penginapan, serta restoran di daerah ini. Awalnya, Jenna tidak yakin apakah dapat hidup dengan mengandalkan dari bunga-bunga yang dijualnya. Namun, kenyataannya bisa, bahkan ia memiliki tabungan saat ini.
Yang tidak diketahui Jenna adalah Leo, selalu memperhatikan dan menjaganya, dari jauh. Hotel dan restoran besar di daerah puncak ini telah dibeli olehnya dan semua keperluan bunga, diperintahkan untuk dibeli pada toko mili
Di lantai atap rumah sakit.Jenna dengan kaki goyah, mulai memanjat dinding pembatas atap itu. Gedung rumah sakit ini tidak terlalu tinggi, hanya memiliki 7 lantai, tetapi jika melompat, maka Jenna yakin ia pasti akan mati. Walaupun tidak tinggi, tetapi gedung rumah sakit ini begitu luas.Namun, dari begitu banyak sudut gedung ini, Jenna menaiki sisi atap yang tepat menghadap ke arah depan rumah sakit.Mata Jenna menatap jauh ke atas langit, air mata sudah berhenti mengalir. Kedua kakinya sudah menapak di atas dinding pagar. Perlahan, Jenna merentangkan kedua tangan, lebar. Memejamkan mata, merasakan terpaan angin dan hangatnya pancaran sinar mentari. Namun, perasaan Jenna tetap sama, ya ia hanya merasa begitu hampa, kosong."A-Anakku.... N-Nenek.... Apakah kalian menunggu kedatanganku?" bisik Jenna dengan suara yang begitu pelan. Seulas senyum putus asa menghiasi wajah pucatnya.Kembali menundukkan kepala, Jenna perla
Keluar dari lobi, Jenna masuk ke dalam taksi dan minta diantar ke Hotel King. Jalanan macet, karena waktunya pulang kerja. Jenna merasa perutnya kembung dan sedikit mual, apalagi saat menghirup aroma pengharum di dalam taksi ini. Membuka kaca jendela mobil, barulah Jenna dapat bernapas lega.Perjalanan cukup lama, karena terjebak macet. Saat dapat melihat gedung Hotel King yang menjulang tinggi, Jenna membayar biaya taksi dan turun. Berlari di trotoar untuk menuju ke gedung hotel. Berlari bahkan lebih cepat dari barisan kendaraan yang merayap lambat.Seperti inilah Jenna, melakukan apa pun untuk menyenangkan bos yang tidak suka menunggu. Selalu lupa akan dirinya sendiri, apalagi saat ini dalam tubuhnya sudah ada jiwa yang lain.Akhirnya setelah berlari beberapa menit, Jenna tiba di depan pintu lobi hotel itu. Para penjaga keamanan sudah mengenalnya sebagai sekretaris hantu sang CEO. Ya, sebutan untuk dirinya selain budak, juga sebagai sek
Para perawat berdiri di samping, membiarkan beberapa dokter langsung turun tangan, memeriksa pasien istimewa itu."Lakukan pengecekan seluruh tubuh! Termasuk, tes kehamilan," ujar Leo santai.Para dokter membeku sejenak, lalu melakukan perintah Leonel Kim. Pihak lain yang mendengar perintah itu langsung berlari, ya berlari. Melaporkan kepada pihak yang lebih tinggi.Leonel menarik kursi dan duduk di samping ranjang, mengeluarkan ponsel dan mulai memeriksa surel, dengan seulas senyum di wajahnya. Sebentar lagi, ya sebentar lagi pria tua itu pasti akan segera tiba.Di sudut kota yang lain, Bugatti hitam membelah jalanan kota dengan kawalan mobil kepolisian, lengkap dengan sirene yang menyala, meraung-raung. Ya, ini menyalahi aturan, tetapi untuk kali pertama Tuan Lucas Kim melakukannya. Setelah mendapatkan panggilan dari rumah sakit, yang menyampaikan bahwa putra bungsunya membawa seorang wanita halim ke sana. Jelas putra bungsunya i
Malam itu, Jenna duduk termenung. Berpikir, apakah ini keberuntungan? Sepertinya begitu. Selama hidupnya, Jenna tidak pernah memiliki keberuntungan sebesar ini. Siapa yang menyangka, ia akan menjadi Nyonya Muda Kim? Jenna yakin, perlahan Leonel Kim akan mulai mencintainya. Ya, Jenna wanita polos yang percaya akan cinta sejati atau dongeng akan kisah Cinderella.Namun yang tidak disadari, Jenna melangkah penuh percaya diri menuju gerbang neraka.***Keesokan paginya, seorang wanita paruh baya, melangkah masuk ke dalam ruang rawat di mana Jenna berada."Perkenalkan saya Yura, asisten Tuan Besar Kim. Hari ini, aku akan menemani Nona pergi ke kediaman Kim untuk melakukan pertemuan keluarga," jelas Yura sopan.Tuan Leonel Kim tidak mengangkat panggilan telepon dari sang ayah. Seperti dugaan, karena ini hari Minggu maka Tuan Muda masih tidur, setelah kemarin malam pulang dalam kondisi mabuk berat. Mau tidak mau, Tuan Besar Kim yan
"Ibu kira, kamu tidak akan datang," ujar Nyonya Besar Kim, penuh ejekan."Aku hanya terlambat dan kamu bukan Ibuku!" balas Leonel dingin. Ia tidak pernah akur dengan ibu tirinya itu dan tidak sudi, memanggil wanita mata duitan itu dengan sebutan ibu."Cukup! Kita memiliki tamu," tegur Tuan Besar Kim tegas."Ibu...." pekik seorang gadis muda yang berlari masuk ke ruang makan.Jenna menatap ke arah gadis muda itu, ya begitu mirip dengan Nyonya Besar. Begitu cantik dengan penampilan berkelas.Lulu Kim, adik tiri Leonel Kim baru pulang dari sekolah dan langsung berlari ke arah sang ibu, memeluknya erat."Bagaimana ulangan hari ini?" tanya Nyonya Besar sambil mengecup pipi anak gadisnya itu.Menarik kursi dan duduk di samping sang ibu, Lulu menjawab, "Tidak sulit.""Tidak sopan! Tidakkah kamu melihat kita memiliki tamu? Setidaknya ucapkan salam. Tunjukkan sedikit tata krama!" tegur Tuan Besa
Janji suci diucapkan oleh Leonel tanpa ada keraguan sedikitpun. Sebab, ia yakin tidak ada yang berubah walau statusnya berubah, sebab Jenna Ren yang menjadi istrinya.Lima tahun, ya Jenna menjadi sekretarisnya yang paling lama. Sebelum Jenna, sekretaris sebelumnya hanya bertahan selama beberapa bulan saja. Tidak ada yang tahan dengan perangai dan tuntutan kerjanya yang tidak masuk akal. Hanya Jenna yang mampu bertahan, walau sudah dicaci maki karena kesalahan kerja yang sepele.Namun, hal itu membuat Jenna menjadi sekretaris yang sempurna. Menyelesaikan pekerjaan dengan sempurna dan mengerti apa yang harus dilakukan, tanpa harus diberitahu.Malam itu, malam di mana mereka bercinta, Leonel masih sadar akan apa yang terjadi. Awalnya, ia hanya penasaran apakah wanita polos itu pernah berciuman? Jadi, saat Jenna mendaratkan bibirnya dalam keadaan mabuk, Leo diam dan merasakan. Ternyata, bibir wanita itu begitu lembut dan hangat, mampu membangunkan
Seorang gadis belia di lantai dansa, membalas tatapan Leonel dengan terang-terangan.Leo mengambil gelas berisi wiski dan menenggaknya, sebelum berdiri dari duduk, berjalan ke lantai dansa, menghampiri gadis itu.Wanita seperti itu akan menakjubkan saat dikencani, tetapi tidak akan tepat jika dinikahi. Jadi, ini hanya akan menjadi percintaan satu malam, tentu Leo akan memastikan tidak menghamili wanita seperti ini.Kembali ke kediaman besar Kim, tepatnya di kamar pengantin.Semua berkumpul di meja makan, untuk makan malam bersama.Jenna duduk berhadapan dengan Nyonya Besar Kim dan putrinya, Lulu Kim. Tuan Besar Kim duduk di kursi utama. Para pelayan, mulai menyajikan begitu banyak makanan lezat dan terlihat mewah."Di mana Leo?" tanya Tuan Besar Kim kepada Jenna.Jenna tidak tahu ke mana suaminya dan berkata, "Kata Leo, ada janji yang harus ditepati.""Dasar anak kurang ajar!" gerutu Tuan Bes
Duduk di kursi taman, Jenna menatap nanar. Mengapa pernikahan ini tidak seperti yang dibayangkan? Ia tidak berharap kehidupan mewah, Jenna hanya berpikir akan berbeda saat memiliki seorang suami di sisinya. Namun, itu tidak terjadi. Kedua tangan yang diletakkan di atas pangkuan, meremas kain celana yang dikenakannya.Entah berapa lama, ia duduk termenung. Sampai pada seorang pelayang datang menghampiri dan membuat lamunan Jenna terhenti."Nyonya, sudah saatnya sarapan," ujar sang pelayan sopan."Ah, terima kasih."Setelah mengucapkan terima kasih, Jenna mengikuti pelayan itu masuk ke dalam kediaman.Di ruang makan, Tuan dan Nyonya Besar Kim, beserta adik iparnya, sudah duduk di kursi masing-masing, mengitari meja makan.Jenna menyapa sopan dan hanya ayah mertua yang membalas. Menarik kursi dan duduk."Di mana Leo?" tanya Nyonya Besar sambil mengaduk kopi miliknya. Dulu, ia sama sekali tidak peduli d