Tok tok tokSuara ketukan nyaring telah menyita perhatian Pak Khaled, Bu Layla dan Camelia yang sedang bermain dengan Xavier dan Xiena di ruang keluarga. Ketiganya saling menatap satu sama lain selama beberapa saat. "Siapa ya yang datang? " tanya Pak Khaled yang terlihat penasaran. Camelia hanya angkat bahu, lalu kembali mengalihkan pandangannya menatap wajah Xavier dan Xiena. Bu Layla yang menyadari bahwa dirinya yang harus membukakan pintu, segera beranjak dari tempat ia duduk. "Biar ibu saja yang buka, " ucapnya yang melenggang pergi menuju ke pintu depan. Raut wajah Bu Layla berubah saat ia melihat seseorang yang berada di balik pintu, yang telah mengetuk pintu rumahnya adalah Pak Clint. Sebuah senyuman tampak tercetak dengan jelas di bibirnya. "Pak Clint? Ada apa ya? Tumben sore-sore datang bertamu? " tanya Bu Layla hendak memastikan. Pak Clint terdiam selama beberapa saat. Wajahnya tampak memperlihatkan raut kebingungan dan gelisah, membuat Bu Layla menyadari bahwa ada
"Bu, coba lihat siapa yang datang? " ucap Pak Khaled memberikan perintah. Bu Layla tidak menyahut. Ia segera beranjak dari tempat duduk nya menuju ke pintu depan. Saat ia membuka pintu dengan perlahan, ia membelalakkan kedua matanya karena terkejut. Ia hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Wanita yang berdiri di depan pintu dengan wajah yang pucat itu, benar-benar Esmeralda. Dia sudah pulang setelah hampir satu bulan menghilang tanpa jejak, dan juga tiada kabar. Bu Layla melongo. "Ini beneran kamu Esmeralda? " tanyanya hendak memastikan. Wanita itu diam. Bibirnya mengatup rapat. Pandangannya kosong. Ia tidak menyahut pertanyaan yang telah diajukan oleh Bu Layla. Tatapan matanya terlihat kosong. Ia berjalan masuk ke dalam, melewati Bu Layla yang masih terbengong memandangi punggung Esmeralda yang semakin jauh dari hadapannya. wanita itu menuju ke kamar si kembar. Bu Layla yang tersadar dari lamunannya, bergegas masuk ke dalam rumah. Pak Khaled yang semula terlihat f
Melihat pemandangan di depannya, membuat Bu Layla berteriak dengan histeris. Wanita itu merangkak untuk menghampiri tubuh suaminya yang terlihat tidak berdaya. Pak Khaled batuk berdarah, yang membuat Bu Layla semakin panik. "Bu, cepat bawa Xiena dan Xavier keluar dari rumah ini. Ajak juga putri kita, " ucapnya dengan suara yang lirih. Lelaki tua itu tampak sekarat. "Tapi kami harus ke mana Pak? " tanya Bu Layla dengan panik. Belum sempat Pak Khaled menjawab pertanyaan istrinya, ia yang melihat Esmeralda berjalan maju ke arahnya, berusaha sekuat tenaga untuk kembali bangkit, melindungi anak dan istrinya. "Cepatlah pergi, bu! " ucapnya yang segera berdiri di hadapan Esmeralda. Sementara Pak Khaled mengalihkan perhatian hantu wanita itu, Bu Layla dan Camelia pergi meninggalkan kamar sambil membawa serta Xiena dan Xavier. Mereka berhasil keluar dari rumah itu. Sedangkan Pak Khaled mendapatkan serangan bertubi-tubi yang membuat lelaki tua itu semakin tidak berdaya. Pak Khaled yan
Tok Tok TokSuara ketukan pintu yang cukup keras, telah menyita perhatian Esmeralda yang sedang memasak di dapur, untuk makan malam suaminya. Wanita yang memiliki rambut panjang dan sedikit ikal itu bergegas mematikan kompor. Ia setengah berlari menuju ke pintu depan sambil menguncir rambutnya. Saat Esmeralda membuka pintu, ia sedikit terkejut saat melihat wanita bertubuh gemuk yang sudah sangat familiar baginya. "Bu Hilda? Hehe, ada apa ya Bu bertamu malam-malam?" tanya wanita itu hendak memastikan. Ia tampak tersenyum kaku. "Esme, kamu nggak lupa kan? Hari ini sudah jatuh tempo untuk bayar kontrakan," sahutnya dengan nada yang tegas. "Maaf ya, Bu! Suami saya belum pulang. Nanti kalau sudah pulang, uangnya saya antar ke rumah ya, Bu?" ucap Esmeralda berusaha untuk negosiasi pada si empu pemilik kontrakan, tempat tinggalnya selama beberapa tahun ini. Wanita itu tidak langsung menyahuti. Ia tampak berpikir dengan serius. "Masa ibu nggak percaya sama saya? Saya sudah lama lho tin
Sebuah tepukan halus di bahu Esmeralda, telah membuat wanita itu tersentak. Ia menoleh, menatap Franky telah berdiri di belakangnya sambil memandangi wanita itu dengan tatapan yang sedikit aneh. "Dek, kamu ngapain magrib-magrib begini duduk di depan pintu? Masuk, yuk!" ucapnya menegur dengan suara yang terdengar lembut. Esmeralda tak menyahuti suaminya. Ia menatap sebentar ke arah lelaki itu yang telah melenggang masuk ke dalam rumahnya. Pandangan Esmeralda beralih pada pohon beringin yang berada di seberang rumah mertuanya. Ia berusaha mencari sosok yang cukup jelas ia lihat, meskipun hanya sekelebatan saja. "Dek, kamu belum masuk?" Suara teriakan Franky dari dalam rumah, telah membuat wanita itu tersadar. Ia segera beranjak dari tangga depan untuk menghampiri pemilik suara. "Mas..." Suara Esmeralda terdengar lirih saat ia berdiri di samping Franky yang kini telah berada di dalam kamarnya. Lelaki itu terlihat berbaring di atas tempat tidur sambil membaca buku. Kehadiran Esmeral
Sosok itu perlahan-lahan keluar dari tempat persembunyiannya. Ia berjalan mendekat ke arah Esmeralda yang masih membeku. Semakin dekat dan dekat, yang membuat wanita itu menyadari bahwa ia hanyalah makhluk yang sangat kecil. Semakin dekat, Esmeralda semakin jelas melihat bahwa tubuh sosok itu dipenuhi dengan bulu. Gigi-giginya tajam dan saling tumpang tindih. Semakin dekat, Esmeralda terduduk lemas. Kedua kakinya terasa lumpuh. Meskipun otaknya memberikan perintah untuk segera lari dari tempat itu, tapi ia sama sekali tidak bisa menggerakkan kakinya. Saat sosok itu sudah berdiri di hadapan Esmeralda, sosok itu menunjukkan tangan besarnya yang memiliki kuku yang panjang dan juga runcing, seolah-olah sosok itu ingin melukai dirinya. Esmeralda menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. Ia berteriak histeris. Ia berteriak sangat keras. Teriakannya terdengar sampai ke rumah-rumah tetangga di dekatnya. Sebuah tepukan keras yang menyentuh bahunya, membuat Esmeralda semakin berteriak
"Nduk, kamu baru pindah ya?" tanya wanita paruh baya itu dengan kedua matanya yang tampak berbinar. Esmeralda tidak langsung menyahuti. Ia menatap wanita yang telah dipenuhi dengan kerutan wajahnya itu dengan tatapan heran. Kedua alisnya tampak sedikit mengerut. "Ibu siapa ya?" tanyanya hendak memastikan."Nama ibu, Valentina. Rumah ibu ada di ujung sana!" sahutnya sambil menunjuk ke arah sebuah jalan yang cukup jauh dari rumah mertua Esmeralda. Wanita itu menoleh sebentar, menatap ke arah yang ditunjuk oleh Bu Valentine. "Oh!" Esmeralda manggut-manggut. Pandangannya kembali ia alihkan pada wanita paruh baya itu yang masih berdiri di hadapannya. "Kamu baru pindah ya? Datang dari mana, nduk?" Bu Valentine kembali mengulangi pertanyaannya yang belum terjawab oleh Esmeralda. "Saya datang dari kota, Bu," sahut wanita itu dengan nada suara yang terdengar lembut sambil mengulas senyuman tipis di bibirnya yang sedikit tebal. "Kamu masih gadis? Atau sudah menikah?" tanya Bu Valentine l
Sosok bertubuh besar dan tinggi, serta memiliki bulu yang lebat di sekujur tubuhnya, berdiri tepat di belakang Esmeralda yang tampak mematung dengan mulut menganga. Sosok itu menatap wanita itu dengan kedua mata yang berwarna merah menyala. Sorot matanya terlihat tajam. Esmeralda terjatuh. Tubuhnya ia rasakan menggigil. Keringat dingin mengalir deras di sekujur tubuh yang tampak kaku. Ini adalah kali pertama ia melihat sosok itu dengan jarak yang sangat dekat. Hanya beberapa centimeter saja. Sosok itu bergerak. Ia mendekatkan wajahnya ke depan wajah Esmeralda yang segera memejamkan kedua matanya dengan sangat rapat. Ia merasakan takut setengah mati, saat ia merasakan desah nafas makhluk yang berdiri di hadapannya. Hawa panas menyeruak di sekitar wajahnya. "Esme!" Suara teriakan keras Bu Edith terdengar memanggil wanita itu yang masih memaksa kedua matanya untuk terpejam. "Esme!" Sekali lagi, ia mendengar suara itu semakin keras memanggil namanya. Pemilik nama itu berusaha mengu